Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“KONSEP PERUBAHAN FISIOLOGIS BAYI BARU LAHIR”

OLEH:

HAERUNNISA
JANNIATI
NURFADILLAH
DIAN ALFIONITA
ANDI MAYANG SARI
ANDI HASRIANI YUSUF
AKHYAR KHALID

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Perubahan Fisiologi Bayi Baru Lahir“ ini dapat kami selesaikan sesuai

dengan waktu yang di tetapkan.

Sangat disadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan yang disebabkan

oleh keterbatasan kami sebagai mahasiswa. Meskipun demikian usaha maksimal telah

kami upayakan guna mencapai hasil yang terbaik.Semua kritik dan saran yang

mengarah pada perbaikan dan kesempurnaan sangat diharapkan, semoga penulisan

Makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam mengembangkan ilmu pengetahuannya.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya

dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan Makalah ini,

mudah-mudahan bantuannya dapat bernilai ibadah disisi Allah SWT, Amin.

Bulukumba,31 maret2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii


DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan masalah 1
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Dan Tujuan 3
B. Perubahan Fisiologi Pada Bbl 3
C. Penilaian Awal Dan Langkah Esensial Bayi Baru Lahir 12
D. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir 14
BAB III PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa perubahan
fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan
kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi
harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri,
mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di
dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi
darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa.
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan atau masa
gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir
normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim (intrauterine)
ke kehidupan di luar rahim (ekstrauterin). Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi
bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan
lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan
dan sirkulasi pada bayi baru lahir normal. Penatalaksanaan dan mengenali kondisi
kesehatan bayi baru lahir resiko tinggi yang mana memerlukan pelayanan rujukan/
tindakan lanjut.
Sebagai seorang tenaga kesehatan, perawat harus mampu memahami tentang
perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan
asuhan keperawatan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari
keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah
lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya

4
sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana fisiologi bayi baru lahir?
2.Bagaimana penilaian awal dan langkah esensial bayi baru lahir ?
3.Bagaimana melaksanakan pengkajian terkait bayi baru lahir?
● C. Tujuan
1. Mampu mengetahui fisiologi pada bayi baru lahir.
2. Mampu mengidentifikasi penilaian awal dan langkah esensial bayi baru lahir.
3. Mampu melaksanakan pengkajian terkait dengan bayi baru lahir.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Tujuan
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas,
maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain.
Adaptasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan baru.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin
dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Jadi dapat disimpulkan adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri
individu (BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara
fisiologis.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di
dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan
sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta
menggunakan glukosa.
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk
mempertahankan hidupnya secara mandiri dengan cara :
1. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya
sendiri.
2. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup.
3. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
B. Perubahan Fisiologi Pada Bbl
Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1. Perubahan sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

6
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai
jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun
janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III.
Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL
sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar
rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru -
paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2
meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

7
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat
sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi
surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan
membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada
akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat
akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa.
Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya
sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat
bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio
cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan
beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea
dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting
dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat
hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika
hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

8
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2. Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen
ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim
harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh
sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan
dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah
aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat
dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen
sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi
ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada
pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system
pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium
kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan
pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,
foramen ovali secara fungsional akan menutup.

9
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat
menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah
tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3
bulan.
Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
a. sirkulasi darah fetus
1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a) Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami
deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum
mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru
yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c) Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan
darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
d) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari
venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e) Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang
mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus
umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di
dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri
hypogastica.

2) Sistem sirkulasi fetus


a) Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari
plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica
meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava
inferior
b) Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis
dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami
oksigenasi ke dalam vena cava inferior

10
c) Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar
dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah
dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke
atrium dextrum
d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah
yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk
menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula
mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta
masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah
bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar,
jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami
oksigenase
e) Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan
ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa
aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula
tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter
f) Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru -
paru yang nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien
sedikit
g) Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena
ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok
darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca
interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan
mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari
peredaran darah maternal
b. Perubahan pada saat lahir
1) Penghentian pasokan darah dari plasenta
2) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3) Penutupan foramen ovale

11
4) Fibrosis
a) Vena umbilicalis
b) Ductus venosus
c) Arteriae hypogastrica
d) Ductus arteriosus
3. Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu
ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan
air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan
suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan
lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas.
Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami
hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya pencegahan kehilangan
panas merupakan prioritas utama dan tenaga kesehatan (perawat dan bidan)
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus
mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru
lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI

12
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang
cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya
terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat
akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama
bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat
lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen
dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya
tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua
persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan
berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur),
bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin
merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan
sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-
kejang halus, sianosis, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak
makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka
panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.
5. Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat
lahir.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi
baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc
untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah
secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan

13
makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on
demand.
6. Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di
dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah
yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-
sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi
keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal
kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah
pembentukan sistem kekebalan tubuh.

C. Penilaian Awal Dan Langkah Esensial Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir normal (BBLN) adalah bayi yang baru lahir dengan usia
kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40
minggu. Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di
dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemahaman terhadap adaptasi dan fisiologi
bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar dalam memberikan asuhan. Perubahan
lingkungan dari dalam uterus ke luar rahim dipengaruhi oleh banyak faktor seperti

14
kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan
dan sirkulasi pada bayi baru lahir.

Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal


a. Usia 36-42 minggu.
b. Berat badan lahir 2500-4000 gr.
c. Dapat bernafas dengan teratur dan normal.
d. Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

1. Penilaian awal bayi baru lahir


Penilaian awal dilakukan pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi bayi apakah :
1) Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36 – 40
minggu. Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi
di luar rahim (uterus)
2) Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24 jam
pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang
berwarna hijau tua yang berada di dalam usus bayi sejak dalam kandungan
ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi
saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan tubuh.
3) Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas spontan.
Perhatikan dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas
cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi
pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali permenit dan bayi segera
menangis kuat pada saat lahir.
4) Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi
lembut dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk
berkontraksi ketika ada rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai
kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi
dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga bayi menunjukkan

15
gerakan – gerakan tidak terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
5) Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah
muda, pucat, kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya
edema. Warna kulit bayi yang normal, bayi tampak kemerah – merahan.
Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis, lapisan lemak subkutan belum
melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit dengan pigmen
yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi
menangis.
2. Diagnosis bayi baru lahir
Diagnosis bayi baru lahir pada dasarnya berguna untuk mencari atau
mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada janin. Kegagalan untuk
mendeteksi kelainan janin dapat menimbulkan masalah pada jam – jam pertama
kehidupan bayi diluar rahim. Dengan mengetahui kelainan pada janin dapat
membantu untuk mengambil tindakan serta memberikan asuhkan keperawatan
yang tepat sehingga dapat membantu bayi baru lahir sehat untuk tetap sehat sejak
awal kehidupannya.
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi
tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat
essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan,
denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive seperti menghisap
dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar
keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal.
Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30
menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR
Score). Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk
memberi kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta
pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang
rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi

16
morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi
neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan
penolong persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha
napas, tonus otot, gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya
pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia
dan anoksia.

D. Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Baru Lahir


Dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir lakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
Ketika melakukan pemeriksaan fisik pada bayi lahir normal hal- hal yang harus
diperhatikan oleh petugas adalah informasikan prosedur terlebih dahulu pada orang
tua, gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan, cuci tangan sebelum
dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut pada saat
menangani bayi, lepaskan pakaian hanya pada area yang diperiksa, untuk mencegah
kehilangan panas, lakukan prosedur yang mengganggu seperti menguji refleks pada
tahap akhir, lakukan secara cepat untuk menghindari stress pada bayi. Petugas dapat
melihat, mendengarkan dan merasakan tiap – tiap daerah yang akan diperiksa yang
dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematik menuju kaki. Jika ditemukan
faktor resiko atau masalah, petugas dapat meminta bantuan yang memang diperlukan.
Rekam dan catatlah hasil pengamatan setiap hasil pemeriksaan dan setiap tindakan
yang diperlukan lebih lanjut.
Tujuan Pemeriksaan Fisik pada bayi baru lahir :
(1) Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi karakteristik bayi
(3) Memperkirakan usia gestasi
(4) Mengkaji perilaku bayi
(5) Mengkaji integritas neuromuscular
(6) Mengidentifikasi masalah kesehatan
(7) Merencanakan tindakan

17
(8) Menggunakan hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya
Langkah –langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi
(1) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum dilakukan pada bayi baru lahir adalah pengukuran Anthopometri
yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar 33 – 35 cm,
lingkar dada 30,5 – 33 cm, panjang badan 45 – 50 cm, berat badan bayi 2500 gram –
4500 gram.
(2) Pemeriksaan tanda – tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernapasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap
lingkungan.
(a) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh ibunya. Namun
demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi
pernapasan yang belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi
hipotermi. Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 derajat celcius - 37,5
derajat celcius pada pengukuran diaksila.

(b) Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak teratur
karena adanya rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut
nadi bayi yang normal berkisar 120 – 140 kali permenit.
(c) Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit. Pernapasan juga
dipengaruhi oleh aktivitas bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.
(d) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk diukur secara akurat. Meskipun
tidak secara rutin diukur pada waktu lahir, tekanan darah yang dilakukan dengan
ultrasonografi Doppler merupakan metode yang paling akurat pada bayi. Metode ini

18
mengukur sistolik dan diastolik serta tekanan arteri rata – rata tekanan darah pada
waktu lahir adalah 80/ 46 mmHg.

(1) Pemeriksaan fisik secara sistematik (head to too)


Pemeriksaan fisik secara sistematik pada bayi baru lahir dimulai dari :
(a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal.
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala
tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase. Keadaan ini normal kembali
setelah beberapa hari sehingga ubun –ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi
akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Terkadang teraba
fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena adanya
trisomi 21.
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma,
perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan
congenital seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
(b) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang
rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan
yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya
rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre –
robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal.
(c) Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm antara kantus
mata bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa

19
adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya
glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai
kekeruhan pada kornea. Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna
putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina. Periksa adanya trauma
seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down.
(d) Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Bibir
dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit – langit harus tertutup. Refleks hisap
bayi harus bagus, dan berespons terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung,
pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital. Periksa adanya pernapasan cuping hidung,
jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya rangsangan pernapasan.
(e) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada
kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya
pembengkakan. Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan adanya
kemungkinan trisomi 21.

20
(f) Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik
pada laki – laki maupun perempuan terlihat membesar karena pengaruh hormone
wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak
simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara
bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan.
(g) Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari.
Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis
tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti
trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut,
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
(h) Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat. Perut
harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung, kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena hepato-
splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya
enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.
(i) Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjer
kecil yang terletak di bawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada
lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris
normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon
ibu disebut juga psedomenstruasi. Normalnya terdapat umbai himen. Pada bayi laki-
laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum.
Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah

21
yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan dorsal.
Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.
(a) Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang simetris.
Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau komplet dapat
menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada.
Ekstremitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi
femoralis dan pedis normalnya ada.
(b) Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak
kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau
kolumna vertebra.
(c) Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan tubuh
bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda lahir.
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
(d) Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak
berubah sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang
menunjukkan imaturitas neurologis, refleks – refleks tersebut akan hilang pada tahun
pertama. Tidak adanya refleks – refleks ini menandakan masalah neurologis yang
serius.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir meliputi : Perubahan sistim
pernapasan / respirasi, Perubahan pada sistem peredaran darah, Pengaturan Suhu,
Metabolisme Glukosa, Perubahan sistem gastrointestinal dan Sistem kekebalan tubuh/
imun.
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi
tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat
essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut
jantung, sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive seperti menghisap dan mencari
putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi
akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi
mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir
namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
Tujuan Pemeriksaan Fisik pada bayi baru lahir :
(1) Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi karakteristik bayi
(3) Memperkirakan usia gestasi
(4) Mengkaji perilaku bayi
(5) Mengkaji integritas neuromuscular
(6) Mengidentifikasi masalah kesehatan
(7) Merencanakan tindakan
(8) Menggunakan hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya
B. Saran-Saran
Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan
yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir
sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan
yang lebih intensif jika ditemukan adanya masalah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC

Farrer, Helen.(1999). Perawatan Maternitas: Ed. 2. Jakarta : EGC.

Winknjsastro, Hanifa.(2005).Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwon Prawirohardjo

Ngastiyah, (1997). “Perawatan Anak Sakit”. Jakarta : EGC

Staf Pengajar IKA-FKUI, (1985). “Ilmu Kesehatan Anak”. Jakarta : Infomedika

http://bidanlia.blogspot.com/2008/12/adaptasi-bayi-baru-lahir.html
http://bidandhila.blogspot.com/2009/01/perubahan-fisiologi-adaptasi-fisik-pada.html
http://silchaper.blogspot.com/2011/03/pengkajian-bayi-baru-lahir-bbl.html

24

Anda mungkin juga menyukai