Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODE PENDEKATAAN

A. KEBUTUHAN DATA
Data yang dikumpulkanterdiridari data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara survey lapangan,
sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi yang berwenang dalam
penentuan kebijakan transportasi seperti Dinas Perhubungan dan
Pemerintah Daerah Kota Bandung serta dilengkapi dengan data yang
diperoleh dari pengembang.

1. Data primer yang diperlukan untuk analisis adalah:


a) Volume lalulintas terklasifikasi ;
b) Kecepatan kendaraan ;
c) Kepadatan lalulintas ;
2. Data sekunder yang diperlukan adalah :
a) Peta jaringan jalan dan peruntukan lahan (land use) ;
b) Kebijakan manajemen transportasi yang diterapkan ;
c) Kapasitas bangunan yang direncanakan ;
d) Site plan bangunan rencana.

B. SURVEY LALULINTAS
Survey yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data
sebagaimana dibahas pada sub bab sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Inventarisasi Jalan (Ruas dan Simpang)


2. Volume Lalulintas Terklasifikasi (Classified Traffic Counting)
3. Gerakan Membelok (Turning Movements)
4. Kecepatan Perjalanan

Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Graha@Padasuka 29


Jl. Kampung Tanjakan RT.03/RW.12 Kota Bandung
C. PENGUKURAN KINERJA LALU LINTAS
Pengukuran kinerja lalu lintas saat ini yang diukur menurut kinerja
ruas dan simpang dihitung berdasarkan rumus yang diambil dari Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997) :

1. IndikatorKinerjaRuasJalan
Indikator kinerja yang dimaksud di sini adalah perbandingan
volume per kapasitas (v/c ratio), kecepatan, dan kepadatan lalu lintas. Tiga
karakteristik ini kemudian dipakai untuk mencari tingkat pelayanan (level of
service). Penjelasan untuk masing-masing karakteristik dijelaskan sebagai
berikut :

a. Kapasitasruasjalan
Kapasitas adalah volume maksimum yang dapat melewati suatu
potongan lajur jalan pada kondisi jalan dan lalu lintas ideal. Kondisi
ideal terjadi bila :
• lebar lajur tidak kurang dari 3,5 meter
• kebebasan lateral tidak kurang dari 1,75 meter
• standar geometrik baik
• hanya kendaraan ringan (light vehicle) yang menggunakan jalan
• tidak ada batasan kecepatan

Kapasitas adalah dasar untuk perhitungan kemampuan ruas untuk


dapat menampung beban lalu lintas yang melewatinya. Ini juga akan
menjadi ukuran dasar sisi penawaran (supply side). Rumus yang
digunakan untuk menghitung kapasitas jalan kota berdasarkan MKJI
1997 adalah :

C = Co x Fc x FCs x Fcs x FCc


w p f s

Dengan :
C = kapasitas (smp/jam)
Co = kapasitasdasar (smp/jam)
Fcw = faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas
FCsp = faktor penyesuaian pemisah arah

Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Graha@Padasuka 30


Jl. Kampung Tanjakan RT.03/RW.12 Kota Bandung
Fcsf = faktor penyesuaian hambatan samping
FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota

b. Kecepatanperjalanan.
Kecepatan perjalanan (journey/travel speed) mudah untuk diukur dan
dimengerti. Kecepatan perjalanan adalah kecepatan rata-rata
kendaraan untuk melewati satu ruas jalan :

V = L / TT x 3600

Dengan :
V = kecepatan rata-rata (km/jam)
L = panjang ruas (km)
TT = waktu perjalanan rata-rata kendaraan melewati ruas
(detik)

Kecepatan juga berhubungan dengan derajat kejenuhan, dan dapat


dihitung dengan rumus sebagai berikut :

0,5
V = Vo x 0,5 x (1+(1-Q/C
)
Dengan :
V = kecepatan rata-rata (km/jam)
V0 = kecepatan arus bebas (km/jam)
Q/C = derajat kejenuhan

Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Graha@Padasuka 31


Jl. Kampung Tanjakan RT.03/RW.12 Kota Bandung
Hubungan antara lebar jalan efektif dan kecepatan arus bebas dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 3.1
Hubungan antara Lebar Jalan Efektif dan Kecepatan Arus Bebas

c. Kepadatan ruas.
Kepadatan ruas jalan dapat diukur dengan cara survey input – output,
yaitu dengan cara menghitung jumlah kendaraan yang masuk dan
keluar pada satu potongan jalan pada suatu periode waktu tertentu.
Namun dalam laporan ini, kepadatan dihitung

dengan rumus dasar (Salter, 1981).

Volume = kecepatan x kepadatan

Maka :

Kepadatan = volume / kecepatan

Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Graha@Padasuka 32


Jl. Kampung Tanjakan RT.03/RW.12 Kota Bandung
d. Tingkat Pelayanan
Pengukuran performansi yang dipergunakan merujuk pada manual
yang direkomendasikan oleh US HCM yang dipresentasikan dengan
tingkat pelayanan, sebuah ukuran kualitatif dari persepsi pengemudi
atas kualitas perjalanan . Penjelasan kualitas jalan dengan karakteristik
tingkat pelayanan dapat dijelaskan pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1. Karakteristik Tingkat Pelayanan


Tingkat Batas lingkup
Karakteristik- karakterisik
Pelayanan Q/C
Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi,
A pengemudi dapat memilih kecepatan yang 0.00 – 0.20
diinginkan tanpa hambatan
Arus stabil, tetapi kecepatan operasi mulai dibatasi
B oleh kondisi lalu lintas. Pengemudi memiliki 0.20 – 0.44
kebebasan yang cukup untuk memilih kecepatan
Arus stabil, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
C dikendalikan. Pengemudi dibatasi dalam memilih 0.45 – 0.74
kecepatan
Arus mendekati tidak stabil, kecepatan masih dapat
D 0.75 – 0.84
ditolerir
Volume lalu lintas mendekati/ berada pada
E kapasitas. Arus tidak stabil kecepatan terkadang 0.85 – 1.00
terhenti
Arus yang dipaksakan atau macet, kecepatan rendah,
F volume di bawah kapasitas. Antrian panjang dan > 1.00
terjadi hambatan-hambatan yang besar.
Sumber : Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang Tertib- Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat, 1997.

Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Graha@Padasuka 33


Jl. Kampung Tanjakan RT.03/RW.12 Kota Bandung
2. Persimpangan
Dalam sistem pengendalian persimpangan dapat menggunakan
pedoman pada gambar penentuan pengendalian persimpangan yang
digunakan berdasarkan volume lalu lintas pada masing-masing kaki
simpanganya. Metode pengendalian pergerakan kendaraan pada
persimpangan diperlukan agar kendaraan–kendaraan yang melakukan
gerakan tidak akan saling bertabrakan. Berikut gambar penentuan
pengendalian persimpangan :

penentuan pengaturan persimpangan

Gambar 3.2 Kriteria penentuan pengaturan persimpangan

Komponenkinerjapersimpangantidak berlampu lalu lintas terdiri


dari kapasitas simpang, derajat kejenuhan, tundaan, dan peluang antrian.

a. Kapasitas (C )
Kapasitas simpang tak bersinyal dihitung dengan rumus :

C= Co x Fw x Fm x Fcs x Frsu x Frt x Flt x Fmi

Dengan :
C = kapasitas
Co = Nilai kapasitas dasar

Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Graha@Padasuka 34


Jl. Kampung Tanjakan RT.03/RW.12 Kota Bandung
Fw = Faktor koreksi lebar masuk
Fm = Faktor koreksi median jalan utama
Fcs = Faktor koreksi ukuran kota
Frsu = Faktor koreksi tipe lingkungan dan hambatan
samping
Flt = Faktor koreksi prosentase belok kiri
Frt = Faktor koreksi prosentase belok kanan

b. DerajatKejenuhan (DS)

DS = Qtot / C

Derajat kejenuhan simpang tanpa lampu dihitung dengan rumus :


Dengan :
Qtot = arus total (smp/jam)
C = kapasitas

c. Tundaanlalulintas (Delay)
Tundaan rata-rata D (detik/smp) adalah tundaan rata-rata untuk
seluruh kendaraan yang masuk simpang, ditentukan dari hubungan
empiris antara tundaan D dan derajat kejenuhan DS.

d. PeluangAntrian (QP %)
Batas – batas peluang antrian QP % ditentukan dari hubungan QP %
dan derajat kejenuhan DS dan ditentukan dengan grafik, seperti di
bawah ini :

Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Graha@Padasuka 35


Jl. Kampung Tanjakan RT.03/RW.12 Kota Bandung
Gambar 3.3
Rentang peluang antrian (QP%) terhadap derajat kejenuhan (DS)

Tingkat tundaan dapat digunakan sebagai indikator tingkat pelayanan,


baik untuk setiap mulut persimpangan maupun seluruh persimpangan.
Kaitan antara tingkat pelayanan dan lamanya tundaan adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.2 Tingkat Pelayanan Persimpangan
Tingkat Tundaan
Keterangan
Pelayanan (det/smp)
A <5 BaikSekali
B 5.1 - 15 Baik
C 15.1 - 25 Sedang
D 25.1 - 40 Kurang
E 40.1 – 60 Buruk
F > 60 BurukSekali
Sumber : MKJI, 1997

Analisis Dampak Lalu Lintas Pembangunan Perumahan Graha@Padasuka 36


Jl. Kampung Tanjakan RT.03/RW.12 Kota Bandung

Anda mungkin juga menyukai