Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sepanjang tahun 2018, nilai dolar terus mengalami kenaikan terhadap rupiah,
sehingga memberi berbagai dampak bagi negara-negara lain terutama seperti Indonesia.
Indonesia sendiri termasuk negara yang nilai tukar terhadap dolarnya tinggi sehingga
cukup mencemaskan berbagai kalangan masyarakat. Perekenomian Amerika Serikat (AS)
mampu mempengaruhi kondisi mata uang rupiah. Bisa dikatakan, menguat dan
melemahnya nilai tukar rupiah sangat bergantung dari situasi perekonomian negara
adidaya tersebut. Hal itu dikarenakan ketergantungan Indonesia bertransaksi menggunakan
dolar AS.
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia. Berjalannya hidup suatu umat
manusia tidak dapat dilepaskan dari pangan. Maka dari itu pangan harus dijaga
ketahanannya. Indonesia merupakan eksportir pangan yang cukup besar, seperti beras,
jagung, bawang, dan ikan.
Kenaikan dolar AS terhadap perekonomian Indonesia berimbas pula pada sektor
pangan. Hal ini dikarenkan, sektor produksi pangan di Indonesia masih banyak memakai
bahan baku luar negeri atau melakukan impor pada bahan baku. Untuk pembelian bahan
baku, para produsen menggunakan mata uang asing yaitu dolar AS sebagai alat transaksi.
Bila dolar AS naik, maka dana untuk produksi juga ikut bertambah dan kemudian
berdampak pada harga penjualan barang yang telah diproduksi.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu,

1. Bagaimana pengaruh kenaikan dolar AS terhadap sektor industri pangan Indonesia?

2. Bagaimana upaya pemerintah menghadapi dampak kenaikan dolar AS terhadap


sektor industri pangan Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

Pengaruh Kenaikan Dolar AS terhadap Perekonomian di Indonesia

Kenaikan dolar AS memberi dampak yang cukup terasa bagi Indonesia, dampaknya
terjadi di beberapa lini mulai dari harga kebutuhan hidup sehari-hari hingga pada bahan
baku industri. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai pengaruh dalam perekonomian.
Implikasi kenaikan dolar AS terhadap sektor pangan di Indonesia berupa dampak positif
dan negatif, yaitu sebagai berikut.
a. Dampak Positif
Kenaikan dolar AS berimplikasi positif terhadap perekonomian di Indonesia, berikut
dampak-dampakya,
1) Minat Masyarakat Indonesia terhadap Pangan Lokal Meningkat
Hal ini terjadi karena alih-alih ingin membeli daging, beras, jagung, dan buah karena
lebih bagus kualitasnya menjadi urung karena harganya yang menjadi sangat mahal
karena melemahnya rupiah pada dolar sehingga mencari yang lebih murah. Produk
lokal lah yang harganya lebih bisa menyesuaikan kantong masyarakat Indonesia.
Meskipun, produk lokal tak luput terkena dampak naiknya dolar namun, harganya
masih bisa dianggap wajar oleh warga lokal sendiri dibandingkan harus membeli
produk luar negeri. Sehingga hal ini dapat membuat industri pangan di Indonesia
semakin kuat dan mandiri.
2) Pendapatan Negara Melalui Ekspor Pangan akan Meningkat
Indonesia memang tidak hanya melakukan impor, tetapi juga melakukan ekspor pada
komoditi makanan seperti biji kopi, ayam, ikan, dan bawang merah. Mengutip
pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Surplus neraca
perdagangan hasil perikanan pada kuartal II 2018 tumbuh diprediksi lebih tinggi
karena kenaikan dolar AS. Neraca perdagangan hasil perikanan per kuartal I 2018
mengalami surplus sebesar 1 Milliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan hasil
perikanan pada kuartal II tahun ini dan seterusnya semakin meningkat, ditambah
pengusaha secara otomatis dinilai akan memanfaatkan momentum pelemahan rupiah
terhadap terhadap dolar AS. Tentunya mendatangkan keuntungan pada kenaikan
hasil devisa negara.
Kondisi pelemahan rupiah dapat menjadi kesempatan untuk negara menambah
cadangan devisa melalui ekspor pangan. Hal ini dapat terjadi karena produk-produk
dari Indonesia dianggap murah bagi konsumen luar negeri sehingga dapat
meningkatkan daya saing produk-produk pagan Indonesia di luar negeri. Produk-
produk yang akan dijual ke luar negeri mungkin harganya sama (dibayar
menggunakan dolar), namun selisih harga dolar terhadap rupiah tentu dapat menjadi
untung yang tidak sedikit. Dengan kondisi pelemahan rupiah, sebenarnya menjadi
peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan surplus perdagangan yang mereka raih.
Rilis data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret
memperlihatkan bahwa Indonesia mencatatkan surplus perdagangan mencapai US$ 1
miliar. Namun, tetap saja, para investor dan eksportir berharap agar rupiah menguat
karena jika terus tertekan atau melemah akan memberikan efek domino yang sangat
besar bagi Indonesia dan menganggu stabilitas perekenomian Indonesia
b. Dampak Negatif

Kenaikan dolar AS berimplikasi negatif terhadap sektor pangan di Indonesia, berikut


dampak-dampakya,

1) Kebutuhan Pangan Sehari-hari Menjadi Naik, Terutama Kebutuhan Bahan Baku


Impor
Komoditas pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Untuk itu pemenuhan
kebutuhannya harus disegerakan agar tidak timbul menjadi gejolak pangan. Namun,
seiring dengan vitalnya pangan, pemenuhan kebutuhan pangan sering kali
mengalami kekosongan dan kemudian didatangkan dengan melakukan impor, baik
pada bahan-bahan baku yang tidak didapatkan di Indonesia maupun untuk memenuhi
jumlah kebutuhan. Hal demikian berimplikasi pada sulitnya mengendalikan harga
yang menimbulkan ketidakstabilan harga di pasar.
Tingginya tingkat permintaan akan konsumsi pangan, membuat pemerintah
melakukan impor dalam pemenuhan bahan pokok dalam negeri. Dalam data BI tahun
2017, proporsi impor tertinggi terdapat pada komoditas seperti beras, jagung,
kedelai, dan gandum. Mengingat penguatan dolar memuncak hingga pertengahan
2018 yang menyentuh angka 15 ribu. Indonesia terkena dampak negatif dari
kenaikan dolar as ini terutama pada sektor bahan baku yang masih impor, sebab ikut
mengalami kenaikan seiring dengan naiknya dolar. Mengutip pernyataan Deputi
Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS mengatakan, ada dampak langsung yang
akan ditimbulkan dari pelemahan kurs rupiah ke bahan makanan impor berupa
kenaikan harga bahan makanan tersebut.1
2) Menganggu Dunia Industri Pangan
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, kurs yang
terlalu tinggi tidak bagus bagi dunia usaha, termasuk pangan. Kurs yang tidak stabil
membuat pengusaha menahan diri dalam pengambilan kebijakan. Namun jika kurs
dan volatilitas terjaga maka akan lebih mudah bagi pengusaha menentukan langka
ke depan. "Kalau kurs stabil, pengambilan keputusan itu lebih mudah dan kalau ada
volatilitas ya pengambilan keputusan sedikit lebih susah, karena orang kurang pasti
ke depannya bagaimana."
Pengaruh besar terjadi bagi industry pangan atau konsumsi yang berbahan baku
impor. Hal ini akan mempengaruhi internal perusahaan maupun eskternal
perusahaan. Mulai dari internal (dari dalam) perusahaan, akan sulit dalam hal
menentukan supply dan demand. Melihat bahwa produk berbahan baku impor,
sehingga harga produksi akan meningkat. Hal ini tentu harus diseimbangkan dengan
harga jual agar tidak merugi. Sedangkan, eksternalnya semakin sulit untuk bersaing
dengan industri lain apabila permasalahan internal tidak dapat diatasi dengan baik.
Berdasarkan penjabaran data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kenaikan dolar
AS dalam sektor pangan memiliki dua pokok implikasi, yaitu positif dan negatif.
Implikasi positif berupa meningkatnya permintaan terhadap produk-produk lokal,
dan kenaikan hasil pendapatan nasional dari barang atau bahan makanan yang
dieskpor seperti kopi dan Ikan. Sedangkan implikasi negatif, berupa kenaikan harga
bahan pangan yang berasal dari barang impor. Ikan mengalami dampak yang
signifikan berupa surplus sebesar 1 Miliar dolar AS.

Upaya Pemerintah dalam Menghadapi Dampak Kenaikan Dolar AS terhadap


Perekonomian di Indonesia
Dari penjabaran di atas dapat kita analisis bahwa pemerintah harus mengantispasi hal
tersebut agar tidak memberikan dampak yang terus menurus terhadap rupiah maupun
sektro pangan Indonesia. Pemerintah dapat melakukan bauran kebijakan antara fiskal dan
moneter. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan pemerintah guna menekan dampak
kenaikan dolar terhadap sektor pangan, antara lain sebagai berikut:

a. Menurunkan Impor untuk Memperkuat Posisi Rupiah dan Kemandirian Sektor


Pangan Indonesia
Indonesia saat ini dibanjiri impor bahkan pada sektor pangan seperti garam, beras,
dan jagung. Selama pemerintah belum benar-benar berkomitmen untuk memperbaiki
kemandirian pangan, impor akan terus dilakukan karena dianggap sebagai solusi.
Caranya, pemerintah harus mengupayakan transformasi dari sektor konsumsi ke
sektor produksi, sehingga akan terjadi penguatan di sektor produksi, seperti
peningkatan hasil produksi yang terjadi pada hasil pangan dan pertanian. Dari sudut
produksi sektoral, meningkatnya hasil produksi dari sektor pertanian akan
dicerminkan oleh menurunnya harga-harga barang-barang tersebut.2 Sehingga, jika
pertanian di Indonesia dapat benar-benar berjalan sesuai definisi negara kita sebagai
negara agraris, setidaknya Indonesia dapat menekan impor bahan pangan bahkan
dapat melakukan ekspor.

b. Memperluas ekspor merupakan cara kedua yang dapat dilakukan sebagai upaya
penekanan dolar, ekspor dapat diperluas dengan cara mencari pasar alternatif untuk
melakukan ekspor. Contohnya adalah ekspor dalam sektor pertanian. Sebelum
dilakukan ekspor produsen dan pemerintah harus memperhatikan negara yang
memiliki daya beli tinggi. Karena bila negara yang dituju sedang lemah ekonominya,
maka daya beli akan rendah. Pemerintah harus mampu memperhatikan negara-
negara mana saja yang harus dituju guna menawarkan hasil pertanian sebagai bahan
ekspor. Dengan ekspor dapat menguatkan posisi nilai rupiah terhadap dolar AS,
sehingga gejolak perekonomian maupun dampak negatifterhadap sektor pangan di
Indonesia dapat dikurangi.
c. Pemerintah Harus Mampu Memperluas Jaringan Ekspor Pangan

d. Pemerintah Harus Mampu Menekan Biaya Produksi dan Menetapkan Harga


Maksimum
Dalam proses produksi, ada beberapa bahan produksi yang menggunakan bahan
impor. Imbasnya adalah biaya produksi akan meningkat karena harga bahan yang
diimpor ikut naik seiring dengan naiknya dolar. Hal ini yang kerap menyebabkan
harga pangan menjadi ikut naik. Untuk itu, produsen harus dapat menekan biaya
produksi dengan menggunakan bahan-bahan dalam negeri atau barang pengganti
yang didapatkan tidak harus dengan membeli ke luar negeri. Selain itu, pemerintah
juga harus mengeluarkan ketetapan harga maksimum agar kenaikan tidak terlalu
tinggi dan terkendali karena telah berhasil menekan biaya produksi. Sehingga
kestabilan ekonomi maupun ketahanan pangan di Indonesia akan baik.

Dari penjabaran di atas dapat kita pahami bahwa upaya pemerintah dalam menekan
dampak negatif terhadpa sektor pangan di Indonesia tidak lepas dari kebijakan moneter
maupun fiskal. Kestabilan ekonomi, pasar, maupun ketahanan pangan di Indonesia sejalan
dengan kondisi dolar AS. Sehingga pengaruh dolar AS terhadap sektor pangan Indonesia
cukuplah besar. Namun, kecil besarnya dampak tersebut tergantung dari keefektivan
kebijakan pemerintah yang dibuat.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan makalah ini yaitu,

a. Kenaikan dolar terhadap nilai tukar rupiah berpengaruh besar terhadap perekonomian
Indonesia dalam hal sektor pangan. Pengaruh kenaikan dolar AS terhadap sektor
pangan Indonesia terbagi menjadi dua yaitu, dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif dari kenaikan dolar AS tersebut, membuat minat masyarakat
terhadap pangan lokal meningkat, dan meningkatnya pendapatan nasional Indonesia
dari akibat ekspor pangan yang murah. Sedangkan, damapak negatif dari kenaikan
dolar AS tersebut yaitu, harga kebutuhan pangan sehari-hari menjadi naik (terutama
yang berbahan baku impor), dan menganggu dunia industri pagan.
b. Upaya pemerintah dalam menekan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia
secara luas dan sektor pangan secara sempit. Berikut langkah-langkah yang dapat
dilakukan pemerintah guna menekan hal tersebut; menurunkan impor untuk
memperkuat posisi rupiah dan kemandirian sektor pangan Indonesia, pemerintah
harus mampu memperluas jaringan ekspor, dan pemerintah harus mampu menekan
biaya produksi dan menetapkan harga maksimum.

Anda mungkin juga menyukai