Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

TEKNIK TENAGA LISTRIK

DOSEN PEMBIMBING
M. Yusviansyah, ST

DISUSUN OLEH
1. Akhmad Rizani ETE10180067
2. Mirza Hermawan ETE10180092
3. Muhammad Ahyat ETE10180073

POLITEKNIK UNGGULAN KALIMANTAN


TEKNIK ELEKTROMEDIK D-III
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Gardu Induk, Arrester, dan Pemutus Rangkaian Listrik” ini meskipun dengan sangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik
lagi.
Sebagai penulis, kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang terkandung
di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya berharap kepada para pembaca
untuk memberikan kritik dan saran demi lebih memperbaiki makalah ini. Terima Kasih.

Banjarmasin, 12 Maret 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
1.1 Latar belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.............................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
2.1 Gardu Innduk .................................................................................2
2.2 Arrester ..........................................................................................6
2.3 Pemutusan Rangkaian Listrik ......................................................19

BAB III PENUTUP.....................................................................................24


3.1 Kesimpulan...................................................................................24
3.2 Saran.............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang.
Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).
Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem tenaga listrik. Berarti,
gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem tenaga listrik.
Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu induk
mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat dipisahkan dari
sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.
Dalam pembahasan makalah ini difokuskan pada masalah gardu induk
yang pada umumnya terpasang di Indonesia, pembahasannya bersifat praktis
(terapan) sesuai konsttruksi yang terpasang di lapangan.

1.2Rumusan Masalah.
Pada makalah ini kami mengangkat permasalahan yang akan diangkat adalah:
1. Apa pengertian gardu induk?
2. Apa Fungsi gardu induk?
3. Apa Jenis – jenis gardu induk?
4. Apa pengertian Arrester?
5. Apa saja bagian-bagian Arrester?
6. Apa jenis-jenis dari Arrester?
7. Apa itu pemutusan rangkaian listrik?
1.3Tujuan.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertin gardu induk.
2. Mengetahui fungsi gardu induk.
3. Mengetahui jenis-jenis gardu induk.
4. Mengetahui pengertian dari Arrester.
5. Mengetahui bagian-bagian dari Arrester.
6. Mengetahui jenis-jenis Arrester.
7. Untuk mengetahui tentang pemutusan rangkaian listrik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Gardu Induk.


2.1.1 Pengertian Gardu Induk.
Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran
(transmisi). Penyaluran (transmisi) merupakan sub sistem dari sistem
tenaga listrik. Berarti, gardu induk merupakan sub-sub sistem dari sistem
tenaga listrik. Sebagai sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi), gardu
induk mempunyai peranan penting, dalam pengoperasiannya tidak dapat
dipisahkan dari sistem penyaluran (transmisi) secara keseluruhan.

2.1.2 Fungsi Gardu Induk


Mentransformasikan daya listrik :
a. Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).

b. Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70


KV).

c. Dari tegangan tinggi ke tegangan menengah (150 KV/ 20 KV, 70


KV/20 KV).

d. Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).

Untuk pengukuran, pengawasan operasi serta pengamanan dari


sistem tenaga listrik. Pengaturan pelayanan beban ke gardu induk-gardu
induk lain melalui tegangan tinggi dan ke gardu distribusi-gardu distribusi,
setelah melalui proses penurunan tegangan melalui penyulang-penyulang
(feeder- feeder) tegangan menengah yang ada di gardu induk. Untuk sarana

2
telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita kenal
dengan istilah SCADA.

1) Berdasarkan fungsi Gardu Induk.


- Gardu induk penaik teganggan
Gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan
tegangan, yaitu tegangan pembangkit (generator)
dinaikkan menjadi tegangan system. Gardu induk ini
berada di lokasi pembangkit tenaga listrik. Karena
output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil
dan harus disalurkan pada jarak yang jauh, maka
dengan pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan
menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.
- Gardu induk penurun tegangan :
Gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan, dari tegangan ekstre tinggi menjadi tegangan
tinggi, dan tegangan tinggi menjadi tegangan rendah
(menegah) atau tegangan distribusi. Gardu induk
terletak di daerah pusat-pusat beban, karena di gardu
induk inilah pelanggan (beban) dilayani.
- Gardu induk pengatur tegangan :
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh
dari pembangkit tenaga listrik. Karena listrik disalurkan
sangat jauh, maka terjadi tegangan jatuh (voltage drop)
transmisi yang cukup besar. Oleh kerena itu dibutuhkan
alat penaik tegangan seperti bank capasitor, sehingga
tegangan kembali dalam keadaan normal.
- Gardu induk pengatur beban :

3
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu
induk ini terpasang beban motor, yang pada saat
tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor
berubah menjadi generator dan suatu saat generator
menjadi motor atau menjadi beban. Dengan generator
berubah menjadi motor yang memompakan air kembali
ke kolam utama.
- Gardu distribusi :

Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari


tegangan system ke tegangan distribusi. Gardu induk
ini terletak di dekat pusat-pusat beban.

2) Bedasarkan Isolasi yang digunakan.


- Gardu induk yang menggunakan isolasi udara :
Gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara
bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian yang
bertegangan lainnya. Gardu induk ini berupa gardu induk
konvensional, dan gardu induk ini memerlukan tempat
terbuka yang cukup luas.
- Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF 6 :
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi
antara bagian yang bertegangan yang satu dengan bagian
lain yang bertegangan, maupun antara bagian yang
bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan.Gardu
induk ini disebut gas Insulated Substation atau gas
Insulated Switchgear (GIS), yang memerlukan tempat yang
tidak luar (sempit).

4
2.1.3 Jenis Gardu Induk.
Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
- Berdasarkan besaran tegangannya.
- Berdasarkan pemasangan peralatan
- Berdasarkan fungsinya.
- Berdasarkan isolasi yang digunakan.
- Bedasarkan sistem (busbar).
Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum antara
GITET dengan GI mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan mendasar
adalah :
Pada GITET transformator daya yang digunakan berupa 3 buah
tranformator daya masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan
dilengkapi peralatan rekator yang berfungsi mengkompensasikan daya
rekatif jaringan.
Sedangkan pada GI (150 KV, 70 KV) menggunakan Transformator daya
3 phasa dan tidak ada peralatan reaktor.
Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari :
Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.
Gardu Induk Tegangan Tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.
a. Berdasarkan pemasangan peralatan.
- Gardu Induk Pasangan Luar :
Adalah gardu induk yang sebagian besar
komponennya di tempatkan di luar gedung, kecuali
komponen kontrol, sistem proteksi dan sistem kendali
serta komponen bantu lainnya, ada di dalam gedung.
Gardu Induk semacam ini biasa disebut dengan gardu
induk konvensional. Sebagian besar gardu induk di
Indonesia adalah gardu induk konvensional.
Untuk daerah-daerah yang padat pemukiman dan di
kota-kota besar di Pulau Jawa, sebagian menggunakan
gardu induk pasangan dalam, yang disebut Gas
Insulated Substation atau Gas Insulated Switchgear
(GIS).
- Gardu Induk Pasangan Dalam :

5
Adalah gardu induk yang hampir semua
komponennya (switchgear, busbar, isolator, komponen
kontrol, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain)
dipasang di dalam gedung. Kecuali transformator daya,
pada umumnya dipasang di luar gedung.
Gardu Induk semacam ini biasa disebut Gas Insutaled
Substation (GIS).
GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk,
yang pada umumnya dibangun di daerah perkotaan atau
padat pemukiman yang sulit untuk mendapatkan lahan.
Beberapa keuanggulan GIS dibanding GI
konvensional :
Hanya membutuhkan lahan seluas ± 3.000 meter
persegi atau ± 6 % dari luas lahan GI konvensional.
Mampu menghasilkan kapasitas daya (power capasity)
sebesar 3 x 60 MVA bahkan bisa ditingkatkan sampai
dengan 3 x 100 MVA. Jumlah penyulang keluaran
(output feeder) sebanyak 24 penyulang (feeder) dengan
tegangan kerja masing-masing 20 KV. Bisa dipasang di
tengah kota yang padat pemukiman. Keunggulan dari
segi estetika dan arsitektural, karena bangunan bisa
didesain sesuai kondisi disekitarnya.
- Gardu Induk kombinasi pasangan luar dan pasangan
dalam :
Adalah gardu induk yang komponen switchgear-
nya ditempatkan di dalam gedung dan sebagian
komponen switchgear ditempatkan di luar gedung,
misalnya gantry (tie line) dan saluran udara tegangan
tinggi (SUTT) sebelum masuk ke dalam switchgear.
Transformator daya juga ditempatkan di luar gedung.

2.2. Arrester.
2.2.1 Pengertian Arrester.
Suatu alat yang dipasang pada suatu instalasi listrik yang berfungsi
untuk melindungi berbagai peralatan listrik yang ada pada instalasi
tersebut, saat terjadi lonjakan tegangan (Over Voltage) yang melebihi
batas toleransi yang diperbolehkan.

6
Penyebab terjadinya lonjakan tegangan listrik pada suatu instalasi
atau jaringan listrik daoat disebabkan oleh beberapa factor, seperti
sambaran petir tidak langsung, Over voltage karena permasalahan pada
pembangkit, terjadinya hubungan singkat (Korsleting), maupun
lonjakan tegangan listrik saat terjadi Switching (penyalaan)
Lonjakan tegangan yang disebabkan beberapa factor diatas akan
menyebabkan tegangan listrik yang mengalir pada suatu instalasi
listrik menuju berbagai peralatan listrik nilainya melebihi tegangan
normal, dan akibatnya dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan
listrik.
Seperti kita ketahui, bahwa berbagai peralatan listrik dan alat
elektronik yang kita gunakan sangat sensitive terhadap lonjakan
tegangan, sehingga saat terjadi lonjakan tegangan akan menyebabkan
kerusakan pada peralatan listrik dan elektronika tersebut.
Oleh karena itulah, dibutuhkan suatu alat yang dapat mencegah
lonjakan tegangan tersebut agar tidak sampai merusak berbagai
peralatan listrik yang kita miliki, alat tersebut adalah Arrester.
2.2.2 Bagian-bagian Arrester.
a. Elektroda.
Terdapat dua elektroda pada arrester, yaitu elektroda atas yang
dihubungkan dengan bagian yang bertegangan dan elektroda
bawah yang dihubungkan dengan tanah.
b. Spark gap.
Apabila terjadi tegangan lebih oleh surja petir atau surja
hubung pada arrester yang terpasang, maka pada spark gap atau
selapercik akan terjadi busur api.
c. Tahanan katup/kran.

7
Tahanan yang dipergunakan dalam arrester ini adalah suatu
jenis material yang sifat tahanannya dapat berubah bila
mendapatkan perubahan tegangan
2.2.3 Jenis-jenis Arrester.
a. Jenis Ekspulsi.
Arrester jenis ekspulsi/tabung pelindung pada prinsipnya terdiri
dari sela percik yang berada dalam tabung serat dan sela percik
batang yang berada di luar di udara atau disebut dengan sela seri.
Arrester ini digunakan untuk melindungi trafo distribusi
bertegangan 3-15 kV, tetapi belum memadai untuk melindungi
trafo daya. Selain itu digunakan juga pada saluran transmisi untuk
mengurangi besar tegangan surja petir yang masuk ke gardu
induk.

Gambar 1 Jenis Ekspulasi

b. Jenis Katup
Arrester ini terdiri dari beberapa sela percik yang dihubungkan
seri (series gap) dengan resistor tak linier. Resistor ini memiliki
sifat khusus yaitu tahanannya rendah saat dialiri arus besar dan
sebaliknya tahanan yang besar saat dialiri arus kecil. Resistor yang
umum digunakan untuk arrester terbuat dari bahan silicon karbid.

8
Sela percik dan resistor tak linier keduanya ditempatkan dalam
tabung isolasi tertutup sehingga kerja arrester ini tidak dipengaruhi
keadaan udara sekitar. Arrester jenis ini umumEnya dipakai untuk
melindungi alat-alat yang mahal pada rangkaian, biasanya dipakai
untuk melindungi trafo daya. Arrester katup ini dibagi menjadi
empat jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Arrester Katup Jenis Gardu.


Pemakaiannya secara umum pada gardu induk besar
untuk melindungi alat-alat yang mahal pada rangkaian
mulai dari 2,4-287 kV.

Gambar 2 Arrester Katup

2) Arrester Katup Saluran.


Arrester jenis saluran lebih murah dari arrester gardu.
Arrester jenis saluran ini dipakai pada sistem tegangan 15-
69 kV.

3) Arrester Katup Jenis Saluran.


Seperti namanya arrester ini digunakan untuk
melindungi transformator pada saluran distribusi. Arrester
jenis ini dipakai pada peralatan dengan tegangan 120-750
volt.

9
4) Arrester Katup Jenis Gardu untuk Mesin-mesin
Arrester jenis gardu ini khusus untuk melindungi
mesin-mesin berputar. Pemakaiannya untuk tegangan 2,4-
15 kV.
c. Jenis Seng Oksida.
Arrester seng oksida yang disebut juga metal oxide arrester
(MOA) merupakan arrester yang tidak memiliki sela seri, terdiri
dari satu atau lebih unit yang kedap udara, yang masingmasing
berisikan blok-blok tahanan katup sebagai elemen aktif dari
arrester.
Pada dasarnya prinsip kerja arrester ini sama dengan arrester
katup. Karena arrester ini tidak memiliki tahanan sela seri, maka
arrester ini sangat bergantung pada tahanan yang ada dalam
arrester itu sendiri. Apabila terkena petir, tahanan arrester akan
langsung turun sehingga menjadi konduktor dan mengalir petir ke
bumi. Namun setelah petir lewat, tahanan kembali naik sehingga
bersifat isolator.
2.2.4 Syarat-syarat Arrester.
Arrester yang dipasang harus memenuhi syarat-syarat seperti:

a. Tegangan percik dan tegangan pelepasan, yaitu tegangan


pada terminal pada waktu pelepasan harus cukup rendah
sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan. Tegangan
percik ini biasa juga disebut dengan gagal sela (gap
breakdown) dan tegangan pelepasan disebut dengan
tegangan sisa (residual voltage).

10
b. Arrester harus mampu mengalirkan arus surja ke tanah tanpa
merusak arrester itu sendiri.

c. Arrester harus mampu memutuskan arus susulan, dan dapat


bekerja kembali seperti semula.

d. Arrester harus memiliki harga tahanan pentanahan di bawah


5 ohm.
2.2.5 Prinsip kerja Arrester.
Saat tegangan yang mengalir pada Instalasi listrik memiliki
nilai tegangan normal, maka Arrester belum bekerja.
Kemudian pada saat tegangan yang mengalir tiba-tiba
melonjak dan besar tegangannya melebihi toleransi tegangan normal,
maka Arrester akan bekerja secara otomatis mengalirkan tegangan
lebih tersebut menuju pentanahan atau Bumi (Arde). Untuk
medapatkan fungsi Arrester bekerja dengan baik maka perlu dipastikan
bahwa Grounding atau Arde seudah terpasang dengan benar
(Hambatan <2Ω).
Saat Arrester bekerja mengalirkan tegangan lebih menuju
Bumi, maka akan terjadi lonjakan arus yang sangat besar, karena
peristiwa ini sama halnya dengan kejadian kebocoran arus listrik
menuju bumi.
Lonjakan arus yang terjadi karena tegangan lebih dialirkan ke
umi akan mengakibatkan pengaman arus lebih yang terpasang
sebelum Arrester akan bekerja memutuskan aliran listrik utama.
Jadi, saat terjadi Lonjakan Arus listrik pada suatu instalasi
listrik yang sudah terpasang Arrester, maka pengaman Arus lebih
akan bekerja memutuskan Arus listrik langsung dari sumber utama,
sehingga lonjakan tegangan listrik yang terjadi tidak sampai mengalir

11
ke berbagai peralatan listrik pada instalasi listrik tersebut, karena
Arrester lebih dulu mendeteksinya dan mengalirkannya ke bumi.
Terdapat berbagai jenis, model dan ukuran Arrester yang dapat
disesuaikan dengan fungsi, ukuran dan pemasangannya.
Oleh karena itu, kita sebaiknya melengkapi instalasi listrik kita
dengan Arrester, terutama untuk kita yang menggunakan berbagai
peralatan elektronik yang sangat sensitive terhadap lonjakan
tegangan, seperti computer, Alat ukur digital, Timbangan listrik
digital, dan berbagai alat elektrinik lainnya yang bernilai mahal dan
sensitiftas tinggi terhadap lonjakan arus yang tidak diinginkan.
2.2.6 Perlengkapan Arrester
a. Miliammeter.
Miliammeter digunakan untuk memantau arus bocor yang
dipasang antara arrester dan konduktor pentanahan. Jika arus
bocor melewati batas yang diijinkan (2 mA), maka isolator
arrester harus dibersihkan. Pada saat arrester bekerja (discharge),
sela percikan (spark gap) akan menyala tanpa melalui
miliammeter. Setelah arrester bekerja, maka dengan cepat
percikan api padam sehingga miliammeter siap untuk operasi
kembali.

Gambar 3 Miliammeter.

12
Rumah (1) terbuat dari campuran alumunium yang tahan
korosi, bagian depannya ditutup dengan pelat baja tahan karat dan
dihubungkan ke tanah. Terminal berisolator (2) dihubungkan
dengan terminal bawah arrester.
b. Discharge counter.
Discharge counter berfungsi untuk memantau jumlah kerja
arrester yang terpasang antara arrester dan terminal pentanahan.
c. Pemasangan perlengkapan Arrester.
Pemasangan miliammeter dan discharge counter dihubung seri
dengan arrester dan diletakkan antara arrester dan pentanahan,
dengan susunan sebagai berikut.

Gambar 4 Pemasangan Perlengkapan Arrester.

Keterangan:

1.Konduktor fasa
2.Arrester
3.Miliammeter
4.Discharge counter
5. Pentanahan
d. Nameplate Arrester.
Name plate arrester yang terpasang pada GI 150 KV Srondol
UPT Semarang.
Pabrik : MITSHUBISHU ELECTRIC
CORP
Tahun Pembuatan : 1981

13
Type : MAL-P
Standar : IEC PUB 99-1
Tegangan Nominal : 138 KV
Arud Peluahan Nominal : 20 KA

Tabel 1 daftar Arrester Terpasang


N Merk/Type Terpasang Rated Voltage
O Current
1 Mitsubishu/ Bay P. 20 kA 138 kV
Mal-P lamper I
2 Mitsubishu/ Bay P. 20 kA 138 kV
Mal-P Lamper II
3 Mitsubishu/ Bay 20 kA 138 kV
Mal-P Krapyak I
4 Mitsubishu/ Bay 20 kA 138 kV
Mal-P Krapyak II
5 Mitsubishu/ Trafo I 20 kA 138 kV
Mal-P
6 Mitsubishu/ Trafo II 20 kA 138 kV
Mal-P

2.2.7 Pemeliharaan Arrester.


Pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang sangat penting, karena
pemeliharaan terbaik akan memperpanjang umur peralatan dan akan
menjamin berfungsinya peralatan dengan baik. 4 Pemeliharaan yang telah
dilaksanakan tidak ada bekasnya namun dapat di rasakan pengaruhnya.

14
a. Tujuan Pemeliharaan.
Seperti halnya semua peralatan memerlukan pemeliharaan tidak
terkecuali peralatan listrik tegangan tinggi pada gardu induk
tegangan tinggi atau ekstra tinggi, hal ini harus dilakukan
pemeliharaan karena peralatan tersebut merupakan sarana
penyaluran tenaga listrik yang paling penting untuk keperluan
umum. Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi
adalah untuk menjamin kontinuitas penyaluran tegangan tinggi
dan menjamin keandalan antara lain:

a. Untuk meningkatkan keandalan dan efisiensi.

b. Untuk memperpanjang umur peralatan sesuai dengan usia


teknisnya.

c. Untuk mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau


kerusakan peralatan.

d. Untuk meningkatkan keamanan peralatan.

e. Untuk mengurangi lama waktu pemadaman akibat sering


terjadinya gangguan.
b. Pemeliharaan Arrester.
Untuk mendapatkan operasi yang optimal diperlukan
pemeliharaan yang baik terhadap peralatan. Untuk pemeliharaan
arrester terdiri dari:
1) Pemliharaan Harian.
Pemeliharaan harian dilaksanakan dalam kondisi
operasi.

15
Tabel 2 pemeliharaan harian arrester
No. Peralatan/ Cara
Komponen yang Pelaksanaan
diperiksa
1. Discharge Memeriksa discharge

Counter counter dan mencatat


bila ada kenaikan
2. Rumah Isolator Memeriksa rumah
isolator secara visual
(ada tidaknya
keretakan)
3. Miliammeter Memeriksa
penunjukkan
miliammeter

2) Pemeliharaan Bulanan.
Pemeliharaan tahunan dilaksanakan dalam keadaan
tidak operasi, dan sebaiknya dilakukan menjelang musim
hujan.
Tabel 3 Pemeliharaan tahunan arrester
No. Peralatan / Cara
Komponen yang pelaksanaan
diperiksa
1. Rumah isolator Membersihkan rumah
isolator dan

16
memeriksa apakah
ada keretakan
2. Tahanan antara Mengukur tahanan
elektroda dengan antara elektroda
elktroda dengan elektroda
apakah masih
memenuhi
persyaratan
3. Tahan pentanahan Mengukur tahanan
pentanahan arrester
apakah masih
memenuhi
persyaratan
4. Miliammeter Melakukan pengujian
fungsional
5. Discharge counter Melakukan Pengujian
fungsional

3) Pemeliharaan 10 Tahunan.
Pemeliharaan ini dilaksanakan dengan mengirim
arrester ke laboratorium untuk ditest kembali.
8. Analisa Lokasi Penempatan Arrester.
Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi.
Tetapi untuk memperoleh kawasan perlindungan yang lebih baik, maka ada kalanya
arrester ditempatkan dengan jarak tertentu dengan perlatan yang dilindungi. Jarak
arrester dengan peralatan yang dilindungi berpengaruh terhadap besarnya tegangan
yang tiba di peralatan. Jika jarak arrester terlalu jauh, maka tegangan yang tiba pada
peralatan dapat melebihi tegangan yang dapat dipikulnya. Peralatan masih dapat
dilindungi dengan baik apabila jarak arrester dengan peralatan masih dalam batas
yang diijinkan.

17
a. Jarak Maksimum Arrester dan Transformator yang Dihubungkan
dengan Saluran Udara.
Perlindungan yang baik diperoleh jika arrester ditempatkan sedekat
mungkin dengan transformator. Tetapi, dalam kenyataannya, arrester
harus ditempatkan dengan jarak tertentu, agar perlindungan dapat
berlangsung dengan baik.

Gambar 5 Jarak transformator dan arrester sebesar S

Jika arrester dihubungkan dengan menggunakan saluran udara


terhadap alat yang diindungi, maka untuk menetukan jarak yang baik
antara arrester dengan trafo, dinyatakan dengan persamaan.
Ep = Ea + 2AS/v
Keterangan :
Ep = Tingkat Isolasi dasar Trafo (kV)
Ea = Tegangan pelepasan Arrester (kV)
A = Kecuraman Gelombang (kV/µs)
S = Jarak antara arrester dengan transformator (m)
v = Kecepatan merambat gelombang (m/µs)

18
b. Perhitungan Jarak Maksimum Arrester Dengan Peralatan yang
Dilindungi.

Gambar 6 Single line pemasangan arrester pada GI 150 kV Srondol

Dari gambar tersebut serta hasil kerja praktek diketahui bahwa:

- LA 1, arrester terpasang pada ujung saluran guna melindungi


peralatan, khususnya pada bus bar / line.
- LA 2, arrester terpasang sebelum trafo tenaga (apabila dilihat dari
ujung saluran), sebagai pengaman khusus trafo.
2.3 Pemutus Rangkaian Listrik
2.3.1 Pengertian Sakelar Pemutus Tenaga.
Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) adalah
suatu peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu system tenaga
listrik, yang mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada
semua kondisi, termasuk arus hubung singkat (Short), sesuai dengan
ratingnya. Juga pada kondisi tegangan yang normal ataupun tidak
normal.

19
2.3.2Syarat-syarat Sakelar Pemutus Tenaga.
a. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
b. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan
berbeban maupun terhubungsingkat tanpa menimbulkan kerusakan
pada pemutus tenaga itu sendiri.
c. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi
agar arus hubung singkat tidak sampai merusak peralatan sistem,
membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus
tenaga itu sendiri.
2.3.3 Kegunaan Sakelar Pemutus tenaga sesuai rancangan.
a. Tegangan efektif tertinggi dan frekuensi daya jaringan dimana
pemutus daya itu akan dipasang. Nilainya tergantung pada jenis
pentanahan titik netral sistem.
b. Arus maksimum kontinyu yang akan dialirkan melalui pemutus
daya. Nilai arus ini tergantung pada arus maksimum sumber daya
atau arus nominal beban dimana pemutus daya tersebut terpasang
c. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan pemutus
daya tersebut.
d. Lamanya maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung.
hal ini berhubungan dengan waktu pembukaan kontak yang
dibutuhkan.
e. Jarak bebas antara bagian yang bertegangan tinggi dengan objek
lain disekitarnya.
f. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
g. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
h. Iklim dan ketinggian lokasi penempatan pemutus daya.
Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya
maksimum 1000 meter diatas permukaan laut. Jika PMT dipasang
pada lokasi yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter, maka tegangan
operasi maksimum dari PMT tersebut harus dikoreksi dengan faktor
yang diberikan pada tabel 1.
Tabel 3 Faktor koreksi antara Tegangan vs Lokasi

20
Ketinggian (Meter) Faktor Koreksi
1000 1,00
1212 0,98
1515 0,95
3030 0,80

2.3.4 Proses Terjadinya Busur Api.


Pada waktu pemutusan atau penghubungan suatu rangkaian sistem
tenaga listrik maka pada PMT akan terjadi busur api, hal tersebut terjadi
karena pada saat kontak PMT dipisahkan , beda potensial diantara kontak
akan menimbulkan medan elektrik diantara kontak tersebut.

Gambar 7 Pembentukan Busur Api

Arus yang sebelumnya mengalir pada kontak akan memanaskan


kontak dan menghasilkan emisi thermis pada permukaan kontak.
Sedangkan medan elektrik menimbulkan emisi medan tinggi pada kontak
katoda (K). Kedua emisi ini menghasilkan elektron bebas yang sangat
banyak dan bergerak menuju kontak anoda (A). Elektron-elektron ini
membentur molekul netral media isolasi dikawasan positif, benturan-
benturan ini akan menimbulkan proses ionisasi. Dengan demikian, jumlah
elektron bebas yang menuju anoda akan semakin bertambah dan muncul
ion positif hasil ionisasi yang bergerak menuju katoda, perpindahan
elektron bebas ke anoda menimbulkan arus dan memanaskan kontak
anoda.
Ion positif yang tiba di kontak katoda akan menimbulkan dua efek
yang berbeda. Jika kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya tinggi,
misalnya tungsten atau karbon, maka ion positif akan akan menimbulkan
pemanasan di katoda. Akibatnya, emisi thermis semakin meningkat. Jika
kontak terbuat dari bahan yang titik leburnya rendah, misal tembaga, ion
positif akan menimbulkan emisi medan tinggi. Hasil emisi thermis ini dan
emisi medan tinggi akan melanggengkan proses ionisasi, sehingga

21
perpindahan muatan antar kontak terus berlangsung dan inilah yang
disebut busur api.
Untuk memadamkan busur api tersebut perlu dilakukan usaha-usaha
yang dapat menimbulkan proses deionisasi, antara lain dengan cara
sebagai berikut:

1. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga partikel-partikel hasil


ionisai dijauhkan dari sela kontak.
2. Menyemburkan minyak isolasi kebusur api untuk memberi
peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
3. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam,
sehingga memberi peluang yang lebih besar bagi proses
rekombinasi.
4. Membuat medium pemisah kontak dari gas elektronegatif,
sehingga elektron-elektron bebas tertangkap oleh molekul netral
gas tersebut.
2.3.5 Jenis-jenis PMT
a. Jenis PMT Berdasarkan Kelas Tegangan.
1) PMT tegangan rendah (Low Voltage) dengan range tegangan
0.1 s/d 1 kV (SPLN 1.1995 - 3.3)
2) PMT tegangan menengah (Medium Voltage) dengan range
tegangan 1 s/d 35 kV (SPLN 1.1995 – 3.4)
3) PMT tegangan tinggi (High Voltage) dengan range tegangan
35 s/d 245 kV (SPLN 1.1995 – 3.5)
4) PMT tegangan extra tinggi (Extra High Voltage) dengan range
tegangan lebih besar dari 245 kVAC (SPLN 1.1995 – 3.6)

Gambar 8 Jenis-jenis PMT Berdasarkan Kelas Tegangan.

b. Jenis PMT Berdasarkan Mekanik Penggerak/Tripping Coil.


1) PMT Single Pole, PMT type ini mempunyai mekanik
penggerak pada masing-masing pole, umumnya PMT jenis ini
dipasang pada bay penghantar agar PMT bisa reclose satu fasa.

22
Gambar 9 PMT Single Pole.

2) PMT Three Pole, PMT jenis ini mempunyai satu mekanik


penggerak untuk tiga fasa, guna menghubungkan fasa satu
dengan fasa lainnya di lengkapi dengan kopel mekanik,
umumnya PMT jenis ini di pasang pada bay trafo dan bay
kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.

Gambar 10 PMT Three Pole

c. Jenis PMT Berdasarkan Media Isolasi.


a. PMT Gas SF6
b. PMT Minyak
c. PMT Udara Hembus (Air Blast)
d. PMT Hampa Udara (Vacuum)

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
1. Gardu Induk merupakan sub sistem dari sistem penyaluran (transmisi) tenaga
listrik, atau merupakan satu kesatuan dari sistem penyaluran (transmisi).
2. Fungsi dari gardu induk adalah mentransformasikan daya listrik.
3. Jenis Gardu Induk bisa dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu :
- Berdasarkan besaran tegangannya.
- Berdasarkan pemasangan peralatan
- Berdasarkan fungsinya.
- Berdasarkan isolasi yang digunakan.
- Bedasarkan sistem (busbar).
4. Arrester merupakan suatu alat yang dipasang pada suatu instalasi listrik yang
berfungsi untuk melindungi berbagai peralatan listrik yang ada pada instalasi
tersebut, saat terjadi lonjakan tegangan (Over Voltage) yang melebihi batas
toleransi yang diperbolehkan.
5. Bagian-bagian dari Arrester
a. Elektroda.
b. Spark gap.
c. Tahanan katup/kran.
6. Jenis-jenis Arrester
a. Jenis Ekspulsi.
b. Jenis Katup
c. Jenis Seng Oksida.
7. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) adalah suatu
peralatan pemutus rangkaian listrik pada suatu system tenaga listrik, yang
mampu untuk membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi,
termasuk arus hubung singkat (Short), sesuai dengan ratingnya.

3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat, mohon maaf jika ada salah, terimakasih.

24
DAFTAR PUSTAKA
Muharram, Audhie Restu. “PEMUTUS TENAGA (PMT)”
https://www.bloglistrik.com/2016/06/pemutus-tenaga-pmt.html (Diakses
17 Maret 2019).

Hage. 2008. “Circuit Breaker – Sakelar Pemutus Tenaga/PMT- Bagian 1”


http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/circuit-breaker-sakelar-
pemutus.html (Diakses 17 Maret 2019).

Erlangga, Shahrizal. “Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung dan


pemutus”
https://www.academia.edu/17562001/Peralatan_pengaman_arus_listrik_unt
uk_penghubung_dan_pemutus (Diakses 17 Maret 2019).

http://www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp-
content/uploads/2012/05/L2F607053_MKP.pdf (Diakses 17 Maret 2019)

25

Anda mungkin juga menyukai