Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesinambungan sebuah organisasi selain didukung oleh banyak
faktor seperti sumber daya manusia yang selalu siap (regenerasi) untuk
meneruskan langkah dan segala seluruh visi dan misi yang telah ada beserta
anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya (AD/ART) sebuah organisasi,
perhatian terhadap kemampuan finansial, kemampuan beradaptasi dengan
dinamisasi zaman dan segala problematika yang ada di dalamnya atau yang
sedang berlangsung serta yang tak kalah pentingnya adalah kepercayaan dari
calon anggota terlebih lagi loyalitas serta dedikasi dari anggota serta jajaran
pengurus yang sudah lama berada adalah bukti konkrit dari hal ini.
Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi
munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah berpandangan bahwa agama Islam menyangkut seluruh aspek
kehidupan meliputi: aqidah, ibadah, akhlak dan muamalah duniawiyah yang
merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan
perseorangan maupun kolektif.
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi yang keberadaannya
sudah sejak lama bahkan ikut berperan serta dalam perjuangan juga sebagai
sebuah gerakan yang dahulunya hanya memfokuskan pada penyebaran agama
hal ini tidak dapat disepelekan begitu saja. Dalam penyebaran agama yang
dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah tidak
hanya menyuruh kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran semata. Akan
tetapi di samping itu Muhammadiyah sebagai gerakan sekaligus organisasi
juga turut membantu bangsa ini agar bisa terlepas dari cengkeraman penjajah.
Berangkat dari hal ini maka Muhammadiyah sebagai bagian dari
komponen bangsa sekaligus sebagai warna dalam kemajemukkan bangsa
tercinta ini. Kita akui sebagai bangsa yang majemuk baik dari terdapatnya
berbagai macam suku, bahasa dan kebudayaan serta organisasi-organisasi

1
kemasyarakatan (ORMAS) adalah warna yang masing-masing mempunyai
keunikan tersendiri. Dalam muhammadiyah ada sebuah pedoman yang disebut
dengan khithah, dimana khittah tersebut sebagai langkah atau kebijakan yang
dirumuskan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu kita perlu mempelajari
tentang khittah perjuangan muhammadiyah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalah, yaitu:
1. Apa pengertian khithoh perjuangan muhammadiyah?
2. Bagaimana khithoh perjuangan sebagai pola dasar?
3. Bagaimana komponen dan langkah perjuangan muhammadiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian khithoh perjuangan muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui bagaimana khithoh perjuangan sebagai pola dasar.
3. Untuk mengetahui bagaimana komponen dan langkah perjuangan
muhammadiyah.
D. Manfaat
1. Sebagai media belajar dan tambahan wawasan bagi penulis.
2. Memberikan informasi bagi pembaca.
3. Dapat memahami atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Khithoh Perjuangan Muhammadiyah


Secara bahasa (lughowi) istilah khittah berasal dari bahasa arab yaitu
khiththotun yang artinya garis/langkah. Sehingga arti khittah muhammadiyah
berarti garis-garis besar atau langkah-langkah persyarikatan muhammadiyah.
Sedangkan dari segi istilah, khittah muhammadiyah adalah pedoman yang
berisi arah, kebijakan atau langkah-langkah yang dirumuskan oleh
persyarikatan muhammadiyah, yang harus dilaksanakan untuk tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan. Khittah perjuangan muhammadiyah artinya
garis besar perjuangan muhammadiyah. Khittah itu mengandung konsepsi
(pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman, dan arah
perjuangan. Hal tersebut mempunyai arti penting karena menjadi landasan
berpikir dan amal usaha bagi semua pimpinan dan anggota muhammadiyah.
Garis-garis besar perjuangan muhammadiyah tersebut tidak boleh
bertentangan dengan asas dan tujuan serta program yang telah disusun.

B. Khithoh Perjuangan Sebagai Pola Dasar


Dari pengertian khittah perjuangan muhammadiyah di atas, maka
khittah perjuangan merupakan sebagai pola dasar kelanjutan organisasi
muhammadiyah yang. Karena fungsi khittah muhammadiyah berfungsi
sebagai landasan operasional, berisi garis-garis besar, serta sebagai landasan
berpikir bagi semua pimpinan dan anggota muhammadiyah dan yang menjadi
landasan berpikir bagi setiap amal usaha muhammadiyah dan sebagai
tuntunan, sebagai pedoman dan arahan untuk berjuang bagi anggota maupun
pimpinan muhammadiyah.
Ditinjau dari struktur konsepsinya pada hakekatnya strategi
perjuangan Muhammadiyah merupakan operasionalisasi strategis dari Khittah
Perjuangan Muhammadiyah. Karena itu Khittah Muhammadiyah dapat
dikatakan sebagai pola dasar dari strategi perjuangan Muhammadiyah.

3
Dilihat dari substansinya, Khittah Perjuangan Muhammadiyah dapat
dikatakan sebagai teori perjuangan, yakni sebagai kerangka berfikir untuk
memahami dan memecahkan persoalan yang dihadapi Muhammadiyah sesuai
dengan gerakannya dalam konteks situasi dan kondisi yang dihadapi. Atas
teori perjuangan sebagaimana dikandung dalam Khittah itu kemudian disusun
strategi perjuangan sebagai rangkaian kebijakan dan pelaksanaannya.
Sehingga khittah muhammadiyah yang merupakan pedoman yang
berisi arah, kebijakan atau langkah-langkah yang dirumuskan oleh
persyarikatan muhammadiyah, yang harus dilaksanakan untuk tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan adalah menjadi pola dasar kebijakan atau
langkah-langkah yang selanjutnya akan dilakukan atau dirumuskan oleh
persyarikatan muhammadiyah.
C. Komponen dan Langkah Perjuangan khittah muhammadiyah
1. Perumusan Langkah Muhammadiyah tahun 1938-1940
Langkah muhammadiyah tahun 1938-1940 lebih menekankan
pada garis-garis besar program muhammadiyah yang ditetapkan untuk
kurun waktu tertentu yaitu mulai tahun 1928 dan diharapkan tuntas atau
tercapai penyelesaiannya pada tahun 1940 (satu periode kepemimpinan).
Pada periode ini terkenal dengan sebutan Langkah Dua Belas
Muhammadiyah, yang dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H.
Mas Mansur. Berikut merupakan Langkah Dua Belas Muhammadiyah :
a. Memperdalam Masuknya Iman
Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan selebar-
lebarnya, yakni diberi riwayatnya dan diberi dalil buktinya,
dipengaruhkan dan digembirakan, sampai iman itu mendarah daging,
masuk di tulang sumsum dan mendalam di hati sanubari kita, sekutu-
sekutu Muham-madiyah seumumnya.
b. Memperluas Faham Agama
Hendaklah faham agama yang sesungguhnya itu dibentangkan
dengan arti yang seluas-luasnya, boleh diujikan dan diperbandingkan,
sehingga kita sekutu-sekutu Muhammadiyah mengerti perluasan Agama

4
Islam, itulah yang paling benar, ringan dan berguna, maka,
mendahulukanlah pekerjaan keagamaan itu.
c. Memperbuahkan Budi Pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji
dan akhlaq yang tercela serta diperbahaskannya tentang memakainya
akhlaq yang mahmudah dan menjauhkannya akhlaq yang madzmumah
itu, sehingga menjadi amalan kita, ya seorang sekutu Muhammadiyah,
kita berbudi pekerti yang baik lagi berjasa.
d. Menuntun Amalan Intiqad (self correctie)
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita sendiri (self
correctie), segala usaha dan pekerjaan kita, kecuali diperbesarkan, supaya
diperbaikilah juga. Buah penyelidikan perbaikan itu dimusyawarahkan di
tempat yang tentu, dengan dasar mendatangkan maslahat dan
menjauhkan madlarat, sedang yang kedua ini didahulukan dari yang
pertama.
e. Menguatkan Persatuan
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan menguatkan
persatuan organisasi dan mengokohkan pergaulan persaudaraan kita serta
mempersamakan hak-hak dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran
kita.
f. Menegakkan Keadilan
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan
mengenai badan sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu
dibela dan dipertahankan di mana juga.
g. Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah
disendikan kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan
yang menyalahi ke-dua pegangan kita itu, mestilah kita buang, karena itu
bukan kebijaksanaan yang sesungguhnya. Dalam pada itu, dengan tidak
mengurangi segala gerakan kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-
1940 H. Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan akan:

5
h. Menguatkan Majlis Tanwir
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan
kita Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga
disisi Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka sewajibnyalah kita
perteguhkan dengan diatur yang sebaik-baiknya.
i. Mengadakan Konperensi Bagian
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah
bagian kita, maka hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi
bagian, umpama: Konperensi Bagian: Penyiaran Agama seluruh
Indonesia dan lain-lain sebagainya.
j. Mempermusyawaratkan Putusan
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka
hendaklah setiap ada keputusan yang mengenai kepala Majlis (Bagian),
dimusyawarahkanlah dengan yang bersangkutan itu lebih dahulu,
sehingga dapatlah mentanfidzkan dengan cara menghasilkannya dengan
segera.
k. Mengawaskan Gerakan Jalan
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan mengawasi
gerak kita yang ada di dalam Muhammadiyah, yang sudah lalu, yang
masih langsung dan yang bertambah (yang akan datang/berkembang).
l. Mempersambungkan Gerakan Luar
Kira berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran
(ekstern), lain-lain persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan
dasar Silaturahim, tolong-menolong dalam segala kebaikan, yang tidak
mengubah asasnya masing-masing, terutama perhubungan kepada
persyarikatan dan pemimpin Islam. 
Dimana yang langkah 1 sampai ke 7 merupakan langkah ilmu
yaitu langkah-langkah yang masih memerlukan penjelasan berupa ilmu
sebelum dilaksanakan. Kemudian langkah 8 sampai ke 12 merupakan
langkah alami yaitu langkah-langkah yang tinggal mengamalkan atau

6
melaksanakan sehingga tidak perlu dijelaskan karena sudah terang dan
nyata.
2. Khittah Palembang 1956-1959
Khittah palembang ini dirumuskan pada muktamar
muhammadiyah ke 33 tahun 1956 di palembang pada periode
kepemimpinan AR (Ahmad Rasyid) Sutan Mansur. Isi khittah
palembang menguraikan 7 langkah pokok yang berisi kebijakan
program dalam muhammadiyah untuk tahun 1956-1959. Khittah
palembang mirip dengan dua belas langkah muhammadiyah yaitu
menanamkan kembali kesadaran akan posisi muhammadiyah
sebagai gerakan islam yang memerlukan pagar tertentu agar
menjadi pedoman bersikap dan bertindak bagi seluruh anggotanya.
Berikut merupakan penetapan khittah pada periode ini:
a. Menjiwai Pribadi Para Anggota Terutama Para Pemimpin
Muhammadiyah Dengan :
 Memperdalam dan mempertebal Tauhid.
 Menyempurnakan ibadah dengan khusuk dan tawadlu.
 Mempertinggi ahlak.
 Memperluas ilmu pengetahuan.
 Menggerakan muhammadiyah dengan penuh keyakinan dan
rasa tanggung jawab, hanya mengharapkan keridhoan Allah
dan kebahaian umat.
b. Melaksanakan Uswatun Hasanah :
 Muhammadiyah harus selalu dimuka membimbing arah
pendapat umum.
 Menegakan agama islam.
 Membentuk rumah tangga bahagia.
 Mengatur hidupdan kehidupan antara rumah tangga dan
tetangga.

7
 Anggota muhammadiyah harus menyesuaikan hidup
dimasyarakat.
c. Mengutuhkan Organisasi Dan Merapikan Administrasi :
 Memeliharah fitrah terhadap keutuhan organisasi dan
administrasi.
 Memperkuat keahlian para pekerja dan pemimpin agar
tetap segar dan giat.
 Menanamkan kesadaran organisasi.
 Administrsi dituntun menurut ketentuan yang ada.
d. Memperbanyak Dan mempertinggi Mutu Amal
 Memperbaiki dan melengkapi amal usaha muhammadiyah
(termasuk tempat ibadah pada sekolah-sekolah) sehingga
dapat mendatangkan manfaat kepada sesama manusia dari
segala lapisan dan golongan.
 Menggiatkan gerakan perpustakaan, karang-mengarang,
penterjemahan, penerbitan, taman bacaan dan kutub
khanah.
 Mendirikan asrama-asrama di tempat-tempat yang ada di
sekolah-sekolah lanjutan di beri pendidikan jasmani dan
rohani
e. Mempertinggi Mutu Anggota Dan Membentuk Kader.
1) Menetapkan minimum pengertian dan amalan agama yang
perlu dimiliki oleh yiap-tiap anggota muhammadiyah.
2) Memberi penghargaan setiap keluarga muhammadiyah
dan anak muhammadiyah dan umat islam pada umumnya
yang berjasa, “yang tua dihormati” yang muda disayangi”.
3) Menuntun anggota menurut bakat dan kecakapannya (tani,
buruh, pedagang, pegawai, cerdik pandai, dll) sesuai
dengan ajaran islam.

8
4) Menempatkan pecinta dan pendukung muhammadiyah
berjenjang naik; simpatisan, calon anggota anggota dan
anggota teras.
5) Mengadakan kursus kemasyarakatan di daerah.
f. Memperarat Ukhuwah.
1) Mempererat hubungan antara sessama muslim menuju ke
arah kesatuan umat islam.
2) Mengadakan ikatan yang nyata, umpamanya berjama’ah,
himpunan berkala, ta’ziah dsb.
3) Mengadakan badan ishlah untuk :
a) Sebagai penghubung bilamana ada kertakan
b) Mencegah hal-hal yang akan menimbulkan kerusakan
c) Menghindarkan dan menjauhkan segala hal yang
dapat menimbulkan perselisihan dan persengketaan.
d) Menuntun Penghidupan Anggota.
3. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1969 (Khittah Ponorogo)
Khittah perjuangan muhammadiyah 1969 dirumuskan pada
sidang tanwir muhammadiyah tahun 1969 di ponorogo, jawa timur
pada periode kepemimpinan KH AR (Abdul Razaq) Fahrudin.
Khittah ponorogo pada dasarnya menjelaskan dan menegaskan
kepada seluruh warga negara Indonesia bahwa muhammadiyah
adalah organisasi dakwah islam yang bekerja dalam bidang
kemasyarakatan. Berikut merupakan penetapan khittah pada
periode ini:
a. Pola Dasar Perjuangan
1. Muhammadiyah berjuang untuk mencapai atau
mewujudkan suatu cita-cita dan keyakinan hidup, yang
bersumber ajaran Islam.
2. Da’wah Islam dan amar m'aruf nahi munkar dalam arti
dan proporsi yang sebenar-benarnya sebagaimana yang
dituntunkan oleh Muhammad Rasulullah saw. adalah

9
satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita dan
keyakinan hidup tersebut.
3. Da’wah Islam dan amar ma’ruf nahi munkar seperti yang
dimaksud harus dilakukan melalui 2 (dua) saluran atau
bidang secara simultan:
 Saluran politik kenegaraan (politik praktis)
 Saluran masyarakat.

4. Untuk melakukan perjuangan da’wah Islam dan amar


ma’ruf nahi munkar seperti yang dimaksud diatas dibuat
alatnya masing-masing yang berupa organisasi:
 Untuk saluran atau bidang politik, kenegaraan
(politik praktis) dengan organisasi politik (partai).
 untuk saluran atau bidang masyarakat dengan
organisasi non partai.

5. Muhammadiyah sebagai organisasi memilih dan


menempatkan diri “Gerakan Islam dan amar ma’ruf nahi
munkar dalam bidang masyarakat”. Sedang untuk alat
perjuangan dalam bidang politik kenegaraan (politik
praktis), Muhammadiyah membentuk satu partai politik
diluar organisasi Muhammadiyah.
6. Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut
adalah merupakan proyeknya dan wajib membinanya.
7. Antara Muhammadiyah dan partai tidak ada hubungan
organisatoris, tetapi tetap memiliki hubungan idiologis.
8. Masing-masing berdiri dan berjalan sendiri-sendiri
menurut caranya sendiri-sendiri, tetapi dengan saling
pengertian dan menuju tujuan yang satu.

10
9. Pada prinsipnya tidak dibenarkan adanya rangkap
jabatan, terutama jabatan pimpinan antara keduanya
demi tertibnya pembagian pekerjaan (sepesialisasi). *)
b. Program Dasar Perjuangan
Dengan dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar
dalam arti proporsi yang sebenarbenarnya, muhammadiyah
harus mampu membuktikan bahwa ajaran islam mampu
mengatur masyarakat dalam NKRI yang berpancasila dan ber
UUD 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta
sejahtera, bahagia, materil, dan spritual yang diridhoi Allah
SWT.
4. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1971 (Khittah Ujung
Pangdang)
Dirumuskan pada muktamar ke 38 tahun 1971 di ujung
pandang pada periode kepemimpinan KH AR (Abdul Razaq)
Fahrudin. Khittah ujung pandang menegaskan sikap
muhammadiyah khususnya terhadap politik. Berikut merupakan
penetapan khittah pada periode ini:
a. Muhammadiyah adalah Gerakan Da’wah Islam yang beramal
dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat.
b. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya
dapat tidak memasuki atau memasuki organisasi lain,
sepanjang tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
c. Untuk lebih memantapkan muhammadiyah sebagai gerakan
da’wah islam setelah pemilu tahun 1971, muhammadiyah
melakukan amar ma’ruf nahi munkar secara konstruktif dan
positif terhadap partai muslimin Indonesia.
d. Untuk lebih meningkatkan partisipasi muhammadiyah dalam
pelaksanaan pembangunan nasional.

11
5. Khittah Perjuangan Muhammadiyah 1978 (Khittah Surabaya)
Dirumusakan pada muktamar muhammadiyah yahun 1978
di surabaya pada periode kepemimpinan KH AR (Abdul Razaq)
Fahrudin. Berikut merupakan penetapan khittah pada periode ini
yang merupakan penyempurnaan dari khittah ujung pandang:

a. Hakekat Muhammadiyah
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang
disebabkan oleh daya dinamika dari dalam ataupun karena
persentuhan dengan kebudayaan dari luar, telah
menyebabkan perubahan tertentu. Perubahan itu menyangkut
seluruh segi kehidupan masyarakat, diantaranya bidang
sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan yang menyangkut
perubahan struktural dan perubahan pada sikap serta tingkah
laku dalam hubungan antar manusia.
Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti
perkembangan dan perubahan itu, senantiasa mempunyai
kepentingan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahyi munkar,
serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai
dengan lapangan yang dipilihnya, ialah masyarakat, sebagai
usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya:
"Menegakkan dan menjungjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya". Dalam
melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas
prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud dalam "Mattan
Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah". Keyakinan
dan cita-cita Hidup Muhammadiyah itu senantiasa menjadi
landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan amal
usaha dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan

12
ketatanegaraan, serta dalam kerjasama dengan golongan
Islam lainnya.
b. Hubungan Muhammadiyah dan masyarakat
Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai
Persyarikatan memilih dan menempatkan diri sebagai Gerakan
Islam amar ma'ruf nahyi munkar dalam masyarakat, dengan
maksud yang terutama ialah membentuk keluarga dan masyarakat
sejahtera sesuai dengan Da'wah jama'ah. Disamping itu
Muhammadiyah menyelenggarakan amal usaha seperti tersebut
dalam Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar untuk
meningkatkan mutunya. Penyelenggaraan amal usaha tersebut
merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah untuk mencapai
Keyakinan dan cita-cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam,
dan bagian dari usaha untuk terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
c. Muhammadiyah dan politik
Dalam bidang Politik, Muhammadiyah berusaha sesuai
dengan khittahnya: dengan dakwah amar ma'ruf nahyi munkar
dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah
harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsional, secara
operasional dan secara konkrit riil bahwa ajaran Islam mampu
mengatur masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang
berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi
masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia, material
dan spiritual yang diridahai Allah swt. Dalam melaksanakan usaha
itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada kepribadiannya.
Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut
merupakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan
berdasarkan landasan dan peraturan yang berlaku dalam
Muhammadiyah.
Dalam hal ini Muktamar Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahwa :

13
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal
dalam segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak
mempunyai hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan
afiliasi dari sesuatu Partai Politik atau organisasi apapun.
2. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat
tidak memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak
menyimpang dari Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan
Muhammadiyah.

d. Muhammadiyah dan ukhuwah islamiah


Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan
bekerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha
menyiarkan dan mengamalkan Agama Islam serta membela
kepentingannya. Dalam melakukan kerjasama tersebut,
Muhammadiyah tidak bermaksud menggabungkan dan
mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi atau institusi
lainnya.
e. Dasar program muhammadiyah
Berdasarkan landasan serta pendirian tersebut diatas dan
dengan memperhatikan kemampuan dan potensi Muhammadiyah
dan bagiannya, perlu ditetapkan langkah kebijaksanaan sebagai
berikut:
1. Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai
Persyarikatan yang menghimpun sebagian anggota
masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang
beriman teguh, taat beribadah, ber-akhlak mulia, dan
menjadi teladan yang baik ditengah-tengah masyarakat.
2. Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota
Muhammadiyah tentang hak dan kewajibannya sebagai
warganegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

14
dan meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap persoalan-
persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
3. Menepatkan kedudukan Persyarikatan Muhammadiyah
sebagai gerakan untuk melaksanakan dakwah amar ma'ruf
nahyi munkar kesegenap penjuru dan lapisan masyarakat
serta segala bidang kehidupan di Negara Republik
Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

6. Khittah Muhammadiyah Dalam Kehidupan Berbangsa dan


Bernegara tahun 2002 (Khittah Denpasar)
Dirumuskan dan ditetapkan pada sidang tanwir
muhammadiyah tahun 2002 di Denpasar Bali sehingga sering
disebut Khittah Denpasar dan dirumuskan di era kepemimpinan
Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’i Ma’arif. Khittah ini menegaskan
tentang posisi muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Muhammadiyah menempatkan dirinya sebagai moral
force (kekuatan moral) dan interest groups (kelompok
kepentingan) dalam dinamika kehidupan berbangsa di negara
Indonesia.
Dalam khittah ini kembali menegaskan prinsippnya bahwa
muhammaadiyah tidak meliliki hubungan organisatoris apapun
dengan kekuatan atau partai politik manapun serta memberi
kebebasan kepada warganya untuk menyalurkan aspirasi politik
sesuai dengan hak asasinya. Namun demikian khittah denpasar ini
memberi kerangka agar warga muhammadiyah tidak anti atau
alergi terhadap politik.
Warga atau anggota muhammadiyah yang aktif dalam
kegiatan politik hendaklah besungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugasnya dan mengedepankan empat hal. Yaitu:

15
a.      Rasa tanggungjawab (amanah)
b.     Berakhlak mulia (akhlaq al karimah)
c.      Menjadi teladan/ contoh yang baik (uswatun hasanah)
d.     Perdamaian (ishlah)

16
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian yang membahas tentang khithoh perjuangan
muhammadiyah, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
Khittah muhammadiyah yang merupakan pedoman yang berisi
arah, kebijakan atau langkah-langkah yang dirumuskan oleh persyarikatan
muhammadiyah, yang harus dilaksanakan untuk tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan adalah menjadi pola dasar kebijakan atau langkah-langkah
yang selanjutnya akan dilakukan atau dirumuskan oleh persyarikatan
muhammadiyah.

B. SARAN

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi bahan bacaan


bagi yang membutuhkan dan masyarakat lebih mengenal dan tahu begitu
banyak tentang bagaimana khittah perjuangan muhammadiyah.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. http://helsahedweg.blogspot.com/p/korean-music.html
2. http://jepepastibisa.blogspot.com/2011/06/anda-pengin-mendapatkan-
artikel-mapel.html
3. http://hartokambaton.blogspot.com/2012/03/v-
behaviorurldefaultvmlo.html
4. http://tugascepat.blogspot.com/2010/12/khittah-perjuangan-
muhammadiyah.html
5. http://batang.muhammadiyah.or.id/content-79-sdet-khittah-perjuangan-
dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara.html
6. http://fajriarifwibawa.blogspot.com/2015/04/makalah-khithoh-perjuangan-
muhammadiyah.html

18

Anda mungkin juga menyukai