RANGKUMAN KAIDAH HUKUM SENGKETA EKOSYAR - pdf2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

Erlan Naofal

KAIDAH-KAIDAH HUKUM
DALAM PERKARA
SENGKETA EKONOMI SYARIAH
(Sebuah Ringkasan)

Pengadilan Agama Teluk Kuantan


2019

0
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2

Kaidah Hukum : Pengertian dan Urgensinya 3

A. Kaidah Hukum tentang Akad Murabahah 4

B. Kaidah Hukum tentang Akad Musyarakah 10

C. Kaidah Hukum tentang Akad Mudarabah 13

D. Kaidah Hukum tentang Eksekusi HT Syariah 15

E. Kaidah Hukum tentang PMH, Wanprestasi dan Force Majeur. 19

Referensi

Profil Penyusun

1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT diiringi shalawat kepada Nabi
Muhammad Saw, keluarganya dan shahabatnya. Rangkuman sederhana yang berjudul Kaidah-
kaidah Hukum dalam Perkara Sengketa Ekonomi Syariah ini selesai dirampungkan meski
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan waktu
dan sarana yang tersedia,
Rangkuman ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam mempelajari kaidah-kaidah
hukum terkait sengketa ekonomi syariah. Seringkali belajar dengan hanya sekedar membaca
membuat mata cepat diserang rasa kantuk dan konsentrasi menjadi buyar sehingga yang dibaca
seringkali tidak singgah dan menetap dalam kepala kecuali hanya sekejap mata. Rangkuman ini
sejatinya hanya sebagai sebuah koleksi pribadi penyusun, meski demikian, setelah direnungkan
barangkali ada baiknya jika disebarkan barangkali ada sedikit manfaat yang bisa diambil dari
rangkuman ini.
Teluk Kuantan, 18 Juni 2019
Penyusun

2
I. Kaidah hukum: pengertian dan urgensinya

Kaidah hukum merupakan perumusan yang bersifat general dari sub-


sub bagian hukum atau peristiwa yang dengan rumusannya tersebut dapat
digunakan sebagai pedoman dalam menyelesaikan peristiwa hukum yang
terjadi secara parsial. Kaidah hukum tersebut bersumber dari perundang-
undangan yang tertulis ataupun tidak tertulis melalui proses yang sah yang
harus ditaati oleh warga masyarakat.
Dalam pengertian sederhana atau sempit, kaidah hukum merupakan
asas-asas, nilai-nilai atau norma yang terkandung dalam suatu hukum
konkret. Salah satu contoh kaidah hukum adalah “apabila gugur perkara
pokok, maka gugur pula perkara assesornya”.

3
A. KAIDAH HUKUM TENTANG AKAD MURABAHAH

1. Putusan Nomor : 362 K/Ag/2013

a. Margin yang terlalu besar dalam akad murabahah tidak bertentangan


dengan syari`ah, selama akad tersebut dibuat secara sukarela, suka
sama suka dan tanpa paksaan.
b. Perbuatan kreditur yang mengeksekusi hak tanggungan sebagai
jaminan utang dari debitur bukan Perbuatan Melawan Hukum (PMH),
apalagi kreditur telah menerima kuasa untuk menyelesaikan utang
debitur dengan melelang objek tanggungan sebagai konsekwensi dari
akad syari`ah yang telah disepakati.

4
2. Putusan Nomor : 48 PK/Ag/2009

a. Gugatan pembatalan akad murabahah tidak dapat diajukan ke


Pengadilan Agama, sebab perkara tersebut telah diputus oleh
Pengadilan Negeri Bukittinggi pada tanggal 27 Desember 2004.
b. Lelang eksekusi atas putusan PN Bukittinggi tersebut tidak dapat
dibatalkan oleh Pengadilan Agama, sebab perkara pokok sudah diputus
sebelum Pengadilan Agama berwenang mengadili perkara gugatan
ekonomi syari`ah, oleh karena itu gugatan tersebut harus dinyatakan
tidak dapat diterima.

5
3. Putusan Nomor : 104 K/Ag/2017.

# Surat gugatan atas objek jaminan fidusia yang kurang pihak

dan tidak menjelaskan secara rinci perihal objek tersebut,

mengakibatkan gugatan menjadi kabur #.

6
4. Putusan Nomor : 539 K/Ag/2017

a. Addendum tentang perubahan pemilihan lembaga penyelesaian

sengketa ekonomi syariah yang dibuat oleh isteri almarhum setelah

perkara masuk di Pengadilan Agama bertentangan dengan hukum

acara dan kepastian hukum.

b. Addendum dibuat untuk menyelesaikan realisasi perjanjian, bukan

untuk mengubah kewenangan tentang lembaga mana yang berhak

mengadili setelah perkara tersebut diajukan ke Pengadilan Agama.

7
5. Putusan Nomor : 138 K/Ag/2017

a. Restrukturisasi akad pembiayaan murabahah tidak boleh dilakukan

terhadap debitur yang jelas-jelas sudah tidak mampu membayar

angsuran sesuai perjanjian.

b. Lelang yang sudah dilaksanakan dengan benar dan pemenang lelang

sebagai pembeli yang beritikad baik harus dilindungi.

8
6. Putusan Nomor : 452 K/Ag/2016.

Dalam akad murabahah dapat diletakkan Perjanjian Jaminan

Fidusia. Di mana akad murabahah sebagai perjanjian pokok

sedangkan perjanjian fidusia sebagai asesor perjanjian

9
B. KAIDAH HUKUM TENTANG AKAD MUSYARAKAH

1. Putusan Nomor 715 K/Ag/2014

a. Pihak yang tidak termasuk dalam perjanjian akad musyarakah tidak


mempunyai legal standing atau kafasitas sebagai Penggugat dalam
sengketa akad musyarakah. Oleh karenanya, gugatan dianggap
mengandung cacat formal yaitu diskualifikasi in persona.
b. Dalam gugatan sengketa akad musyarakah yang tidak disertai dengan
tuntutan kepada pihak siapa yang harus mengembalikan modal dan
bagi hasil yang disepakati, gugatan tersebut dinyatakan tidak jelas
dan mengakibatkan gugatan tidak diterima.

10
c. Gugatan perdata terhadap pribadi sebagai person tidak dapat
dibenarkan jika pribadi tersebut dalam melakukan akad syariah
bertindak sebagai pengurus LKS1 yang dipimpinnya.

1
LKS adalah Lembaga Keuangan Syariah

11
2. Putusan Nomor 624 K/Ag/2017

a. Risiko yang ditimbulkan dari akad musyarakah di kemudian hari yang

bukan karena kelalaian pihak, maka kerugian tersebut harus

ditanggung secara proporsional antara pihak nasabah dan pihak

bank.

b. Kelalaian pihak kreditur yang mencairkan dana pinjaman tanpa

diproteksi terlebih dahulu oleh asuransi sesuai bunyi akad, maka

tindakan tersebut adalah tindakan ketidak hatian-hatian pihak bank,

bukan merupakan kelalaian pihak debitur.

12
C. KAIDAH HUKUM TENTANG AKAD MUDARABAH

1. Putusan Nomor 410 K/Ag/2014

 Kuasa untuk membebankan Hak Tanggungan tidak dapat

ditarik kembali atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun

juga, kecuali karena kuasa tersebut telah dilaksanakan atau

karena telah habis jangka waktunya.

13
2. Putusan Nomor 272 K/Ag/2015

a. Jika suatu kontrak mengandung multi tafsir, maka kehendak

para pihak lebih diutamakan daripada memahami kata-kata

yang tersamar dalam kontrak.

b. Jika ada dua pilihan dalam akad maka pihak bebas memilih ke

lembaga mana diajukan gugatannya dan jika sudah dipilih,

maka hakim tidak dapat menentukan lain kecuali

menyelesaikan sesuai dengan pilihan para pihak tersebut.

14
D. KAIDAH HUKUM TENTANG EKSEKUSI HT SYARIAH

1. Putusan Nomor 192 K/Ag/2017.

a. Eksekusi Hak Tanggungan Syari`ah terhadap debitur yang telah


wanprestasi dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu jatuh tempo
perjanjian akad berakhir.
b. Adanya perbedaan perhitungan antara Majelis Hakim dengan yang
tertera dalam gugatan Penggugat tentang besaran sisa angsuran
yang harus dibayar oleh debitur tidak menjadikan gugatan
Penggugat kabur, apalagi tidak ada keberatan dari Tergugat tentang
perhitungan tersebut.2

2
Kaidah hukum yang sama dapat ditemukan dalam Pertimbangan Hukum Putusan Nomor 138 K/Ag/2017.

15
2. Putusan Nomor 179 K/Ag/2017

*** Kegiatan lelang yang dilakukan terhadap debitur yang terbukti

wanprestasi dan telah dilakukan teguran (somasi) kepadanya, bukan

merupakan Perbuatan Melawan Hukum (PMH)****

16
3. Putusan Nomor 573 K/Ag/2016

***** Lelang terhadap objek debitur wanprestasi, yang dilaksanakan

oleh KPKNL dan telah dinyatakan pemenangnya, bukan Perbuatan

Melawan Hukum****

4. Putusan Nomor 88 K/Ag/2016

*** Pengadilan Agama tidak berwenang mengadili sengketa pembatalan


lelang hak tanggungan syariah, apabila dalam akad diperjanjikan
tentang pemilihan penyelesaian sengketa melalui Basyarnas***

17
5. Putusan Nomor 707 K/Ag/2017

*** Pelawan Eksekusi yang tidak menghiraukan somasi oleh kreditur

dan juga aanmaning oleh Pengadilan Agama adalah pelawan yang

tidak beritikad tidak baik****

6. Putusan Nomor 649 K/Ag/2017

a. Pihak bank syariah harus melakukan rescheduling utang terlebih


dahulu terhadap nasabah, dalam hal ini (harga) objek yang
dijadikan agunan jauh lebih tinggi dari nilai utangnya.
b. Dalam hal nilai agunan lebih besar dibandingkan nilai utang, lelang
terhadap benda bergerak terlebih dahulu dilakukan sebelum
melelang objek agunan benda tidak bergerak.
18
E. KAIDAH HUKUM TENTANG WANPRESTASI, FORCE MAJEUR3 DAN PMH4

1. Putusan Nomor 573 K/Ag/2016.

a. Peringatan atau teguran kreditur kepada debitur untuk


melaksanakan prestasinya tidak diindahkan, maka perbuatan
tersebut dikategorikan sebagai wanprestasi.
b. Akibat wanprestasi maka hak tanggungan dapat dieksekusi
walaupun belum jatuh tempo sebagaimana yang diperjanjikan
para pihak sehingga perbuatan kreditur melelang hak tanggungan
bukan termasuk perbuatan melawan hukum.

3
Force Majeur atau Overmacht artinya adalah keadaan memaksa yang menyebabkan debitur tidak bisa
memenuhi prestasinya
4
PMH= Perbuatan Melawan Hukum

19
2. Putusan Nomor 179 K/Ag/2017

a. Debitur yang tidak mampu membuktikan adanya keadaan yang

memaksa (Force Majeur), maka kepadanya tidak dapat dibebaskan

dari kewajiban membayar utang.

b. Keadaan memaksa adalah sesuatu yang tidak diketahui akan terjadi

sebelumnya, sedangkan penurunan omzet penjualan sebagai risiko

perdagangan sudah dapat diperhitungkan sebelumnya oleh debitur.

20
3. Putusan Nomor 684 K/Ag/2016

*** Tidak terbitnya izin Mendirikan Bangunan (IMB), bukan termasuk

alasan keadaan mendesak (Force Majeur) yang dapat dijadikan alasan

untuk membebaskan diri dari kewajiban membayar utang****

21
4. Putusan Nomor 569 K/Ag/2015

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan menghindari debitur

mengulangi perbuatan serupa, debitur yang wanprestasi harus

dihukum untuk membayar kerugian akibat wanprestasi kepada

kreditur.

b. Amar yang memerintahkan debitur untuk membayar angsuran setiap

bulan menimbulkan ketidakpastian hukum, sebab bisa saja terjadi

wanprestasi lagi. Amar seperti ini tidak dapat dieksekusi dan

keadaan ini tidak memberikan perlindungan hukum kepada kreditur.

22
5. Putusan Nomor 528 K/Ag/2015

a. Suatu hubungan hukum yang bersumber dari akad, maka

sanksi yang dapat dikenakan adalah wanprestasi /cedera

janji;

b. Wanprestasi yang digabung dengan semata-mata murni

perbuatan melawan hukum dalam suatu gugatan, dapat

mengakibatkan gugatan dinyatakan tidak dapat diterima.

(Niet Ontvankelijk Verklaard.

23
6. Putusan Nomor 669 K/Ag/2017

a. Apabila pengurus Lembaga Keuangan Syariah dalam menjalankan


usahanya menyalahgunakan kewenangan sebagai pengurus seperti
membuat akad fiktif, maka perbuatan pengurus tersebut termasuk
Perbuatan Melawan Hukum dan pengurus yang menggantikan dapat
menuntut pengurus lama mengembalikan dana LKS yang telah
digelapkannya, dan hal tersebut bukan termasuk perkara sengketa
hubungan kerja antar pengurus LKS.
b. Jika Pengurus LKS melakukan pengelapan dana LKS melalui akad
syariah fiktif, maka itu adalah Perbuatan Melawan Hukum yang
pembatalan akad syariah tersebut serta pengembalian dana LKS
menjadi kewenangan absolut Peradilan Agama.

24
REFERENSI :

Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah: Penemuan dan Kaidah

Hukum, Kencana Prenamedia Group, 2018, cet ke-1.

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Persepektif Kewenangan Peradilan

Agama, Kencana Prenamedia Group, 2014, cet ke-2

Akhmad Mujahidin, Hukum Perbankan Syariah, Rajawali Pers, 2016, cet ke-1

25
Profil Penyusun
Penyusun lahir di Bandung, Jawa Barat 10 Juni 1977,
menyelesaikan Pendidikan SI pada Fakultas Syari'ah Jurusan al-
Akhwal al-Syahsiyyah IAIC Cipasung Tasikmalaya pada tahun
2000. Sedangkan Pendidikan S2 selesai pada tahun 2006 dari
UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan Studi
Konsentrasi Hadits, selanjutnya selesai S3 di Universitas
Islam Negeri Sultan Syarief Kasim Riau Studi Konsentrasi Hukum Keluarga pada
bulan Juni tahun 2017. Riwayat karir sebagai Calon Hakim pada Pengadilan
Agama Kelas 1-A Subang, Jawa Barat dari tahun 2006-2009, bertugas sebagai
hakim sejak Agustus 2009 s/d Desember 2012 pada Pengadilan Agama Kelas 2 B
Sidikalang, Medan Sumatera Utara dan semenjak Januari 2013 s/d Oktober 2018
bertugas di Pengadilan Agama Rengat I B, Riau. Wakil Ketua PA Teluk Kuantan 22
Oktober s/d 21 Mei 2019 dan sejak 22 Mei 2019 s/d sekarang menjabat sebagai Ketua
Pengadilan Agama Teluk Kuantan.

26
27

Anda mungkin juga menyukai