Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERBILIRUBIN

(Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Anak)

Dosen Pengampu: Boediarsih, SKp. M.Kes

Disusun Oleh :

1. Nitasari (1801030)
10 2. Regan Petrus (1801032)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

15 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KARYA HUSADA SEMARANG

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
nikmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
5 berjudul“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hiperbilirubin” sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Keperawatan Anak.

Semoga apa yang ada pada makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca
maupun penulis, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna tetapi
kami yakin kami sudah berusaha agar dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
10 wakunya. Kritik dan saran diperlukan untuk membangun dalam penyempurnaan
makalah maupun dalam pelaksanaan tugas yang akan datang.

           

                       

15

Semarang, 08 Maret 2020

Penulis

20
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................3
5 PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG........................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
10 A. PENGERTIAN....................................................................................................5
B. PENYEBAB........................................................................................................6
C. TANDA DAN GEJALA.....................................................................................7
D. PATOFISIOLOGI...............................................................................................8
E. PATHWAYS.....................................................................................................10
15 F. PENATALAKSANAAN MEDIS.....................................................................11
G. CONTOH KASUS...........................................................................................13
BAB III.........................................................................................................................20
PENUTUP....................................................................................................................20
A. KESIMPULAN.................................................................................................20
20 B. SARAN.............................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
5 Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada
sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama
kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada
60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta
dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin
10 bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau
menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus
mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam
pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl
dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung
15 lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan
keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam
keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya
agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.

20

25

30
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari Hiperbilirubin ?
2. Apakah penyebab/faktor predisposisi dari Hiperbilirubin ?
3. Apa tanda dan gejala dari Hiperbilirubin ?
5 4. Bagaimana patofisiologi/ pathways dari Hiperbilirubin ?
5. Bagaimana penatalaksanaan medis dari Hiperbilirubin ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan dari Hiperbilirubin ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Hiperbilirubin.
10 2. Untuk mengetahui penyebab/faktor predisposisi dari Hiperbilirubin.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Hiperbilirubin.
4. Untuk mengetahui patofisiologi/pathways dari Hiperbilirubin.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Hiperbilirubin.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Hiperbilirubin.

15

20

25
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
5 Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir,
yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah
meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi
perubahaan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000) 

10 Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 — 50%


neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan). (IKA II,
2002).

Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang


kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001).

15             Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah


melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.         

         Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum


(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat
menimbulkan ikterus. (Suzanne C. Smeltzer, 2002)

20           Hiperbilirubin adalah warna kuning pada bayi yang ditandai pada kulit,
mukosa akibat akumulasi bilirubin dan diberi istilah jaundice atau ikterus
(Bobak, 2004).

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam


darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern
25 icterus kalau tidak ditanggani dengan baik atau mempunyai hubungan dangan
keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubin bila kadar bilirubin
mencapai 12 mg% pada cukup bulan dan 15 mg% pada bayi kurang bulan
(Harison, et all, 2000).
Hiperbilirubin adalah istilah yang dipakai untuk icterus neonatorum
setelah ada hasil laboratorium yang menunjukan peningkatan kadar serum
bilirubin (Iyan, 2009).

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin


5 mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan kern ikterik bila
tidak ditanggulangi dengan baik (Prawirohardjo, 2005).

B. PENYEBAB
1. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
10 disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
2) Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
3) Gangguan konjugasi bilirubin.
4) Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel
15 darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula
timbul karena adanya perdarahan tertutup.
5) Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan,
misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
6) Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme
20 atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.
7) Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuannya bayi untuk mengeluarkannya, misal
pada hemolisis yang meningkat pada inkompabilitas darah Rh, ABO,
25 golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD, piruvat kinase,
perdarahan tertutup dan sepsis.
8) Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya
substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
30 asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil
transferase (sindrom Criggler-Najjar) penyebab lain atau defisiensi
protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin
ke sel hepar.
9) Gangguan transportasi.
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
5 hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, dan sulfaforazole. Defisiensi albumin menyebabkan
lebih banyak terdapat bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang
mudah melekat ke sel otak.
10) Gangguan dalam ekskresi.
10 Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar
hepar. Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi/kerusakan
hepar oleh penyebab lain.

15 C. TANDA DAN GEJALA


Bayi baru lahir (neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin
serumnya kira-kira 6mg/dl(Mansjoer at al, 2007). Ikterus sebagai akibat
penimbunan bilirubin indirek pada kulit mempunyai kecenderungan
menimbulkan warna kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus
20 obstruksi(bilirubin direk) memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau
kuning kotor. Perbedaan ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang
berat(Nelson, 2007).

Gambaran klinis ikterus fisiologis:

a) Tampak pada hari 3,4

25 b) Bayi tampak sehat(normal)

c) Kadar bilirubin total <12mg%

d) Menghilang paling lambat 10-14 hari

e) Tak ada faktor resiko

f) Sebab: proses fisiologis(berlangsung dalam kondisi fisiologis) (Sarwono


30 et al, 1994)
Gambaran klinik ikterus patologis:

a) Timbul pada umur <36 jam

b) Cepat berkembang

c) Bisa disertai anemia

5 d) Menghilang lebih dari 2 minggu

e) Ada faktor resiko

f) Dasar: proses patologis (Sarwono et al, 1994)

Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :

10 1.   Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

2.    Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi


hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala
sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran,
15 paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).

D. PATOFISIOLOGI
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85-90%)
terjadi dari penguraian hemoglobin dan sebagian kecil(10-15%) dari senyawa
20 lain seperti mioglobin. Sel retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin
dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari sel darah merah. Sel-sel ini
kemudian mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk sintesis
berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol
bilirubin, yang disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air(bilirubin
25 tak terkonjugasi, indirek). Karena ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma
terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air. Sewaktu zat ini beredar
dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin dari
albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam
glukoronat(bilirubin terkonjugasi, direk) (Sacher,2004).

Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut


masuk ke sistem empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus
5 ,bilirubin diuraikan oleh bakteri kolon menjadi urobilinogen. Urobilinogen
dapat diubah menjadi sterkobilin dan diekskresikan sebagai feses. Sebagian
urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur enterohepatik, dan darah
porta membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini umumnya
diekskresikan ke dalam empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi
10 sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal, tempat zat ini
diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama urin(Sacher, 2004).

Pada dewasa normal level serum bilirubin <1mg/dl. Ikterus akan


muncul pada dewasa bila serum bilirubin >2mg/dl dan pada bayi yang baru
lahir akan muncul ikterus bila kadarnya >7mg/dl(Cloherty et al, 2008).

15 Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin


yang melebihi kemampuan hati normal untuk ekskresikannya atau
disebabkan oleh kegagalan hati(karena rusak) untuk mengekskresikan
bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati,
obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan
20 hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun di dalam
darah dan jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu(sekitar 2-2,5mg/dl),
senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian menjadi
kuning. Keadaan ini disebut ikterus atau jaundice(Murray et al,2009).

25
E. PATHWAYS

Penyakit Hemolistisk, Obat-obatan, misal: Gangguan fungsi hepar


5 antagonis salsilat

Joundice ASI
Hemolisis Defisiensi albumin

Defisiensi G-6-PD

Pembentukan bilirubin Jumlah bilirubin yang


akan diangkut ke hati
bertambah berkurang Konjugasi bil indirek
10 menjadi bil direk rendah

Bilirubin indirek
meningkat

15
Hiperbilirubinemia

Otak
Dalam jaringan
ekstravaskuler
Kemikterus

20 Resiko injury internal


Kecemasan orang Ikterus
tua/keluarga

Kurang informasi orang tua


Fototerapi

Persepsi yang salah


Raesiko
gangguan
intregitas kulit
Kurang pengetahuan orang
tua/keluarga
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
5 Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek 

dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :

1. Menghilangkan Anemia

2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi

3. Meningkatkan Badan Serum Albumin

10 4. Menurunkan Serum Bilirubin

Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi Peng
ganti, Infus 

Albumin dan Therapi Obat.

15 Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada
cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorencent light bulbs or
bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit.
20 Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi
Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi
jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan
25 dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke
Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses
tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch, 1984).
Hasil Foto degradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat
dikeluarkan melalui urine. Fototherapi mempunyai peranan dalam
pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah
penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia. Secara
5 umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg / dl.
Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram  harus di
Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam
pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.
10
Tranfusi Pengganti

Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :

1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.

2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.

15 3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam


pertama.

4. Tes Coombs Positif

5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.

6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.

20 7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.

8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.

9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :

1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)


25 terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.

2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi


(kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin

4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan


keterikatan
dengan Bilirubin

5 Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O


segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih
tidak mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 -
8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa
10 setiap hari sampai stabil.

Therapi Obat

Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang


meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif
baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu
15 sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih
menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Colistrisin dapat
mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.

G. CONTOH KASUS
20 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK HIPERBILIRUBIN

1.      Pengkajian

a.      Identitas

Nama Klien      : An “E”                    

Nama Ayah      :  Tn.E (42 th)

25 Umur                :  4 hari                         

Nama Ibu         :  Ny.S (37 th)

Jenis Kelamin   :  Laki-laki                   

Pekerjaan Ayah  :  PNS/ IRT


Agama/Suku     :  kristen               

BB                    :  2600 kg      

b.      Riwayat kesehatan

51.      Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya keadaan umum lemah , TTV tidak stabil terutama suhu tubuh. Reflek hisap

menurun, BB turun, pemeriksan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami

penurunan, kulit tampak kunin, sclera mata kuning, perubahan warna pada feses dan

urine (Cecely Lynn Betz, 2009).

102.      Riwayat kesehatan keluarga

Kemungkinan ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak yang mengalami

neonatal icterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis (Rh, ABO,

incompatibilitas lain golongan darah suspect sph). Ada saudara yang menderita

penyakit hemolitik bawaan atau icterus (Haws Paulettet, 2007).

153.      Riwayat kehamilan

a.       Ketuban pecah dini, kesukaran dengan manipulasi berlebihan merupakan

predisposisi terjadinya infeksi.

b.      Pemberian obat anastesi, analgesic yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan

nafas (hypoksia), asidosis akan menghambat konjugasi bilirubin.

20c.       Bayi dengan APGAR score rendah memungkinkan terjadinya (hypoksia), asodosis

yang akan menghambat konjugasi bilirubin


d.      Kelahiran premature berhubungan dengan prematuritas organ tubuh hepar.

c.       Pemeriksaan Fisik

1.      KU : biasanya lesu, biasanya letargi coma

2.      TTV

5 TD : -

N : biasanya 120-160x/i

R : biasanya 40x/i

S : biasanya 36,5 — 37 ºC

3.      Kesadaran : biasanya apatis sampai koma.

104.      Kepala, mata dan leher

Kulit kepala tidak terdapat bekas tindakan persalinan seperti : vakum atau terdapat

caput. Biasanya dijumpai ikterus mata (sclera) dan selaput mukosa pada mulut. Dapat

juga diidentifikasi icterus dengan melakukan tekanan langsung pada daerah menonjol

untuk bayi dengan kulit bersih (kuning) (Haws, Paulette S.Hasws, 2007).

155.      Hidung : biasanya tampak bersih

6.      Mulut : ada lendir atau tidak, ada labiopalatoskisis atau tidak (Hidayat, 2009). Pada

kasus mulut berwarna kuning (Saifuddin, 2002).

7.      Telinga : biasanya tidak terdapat serumen.


8.      Thorak : Biasanya selain ditemukan tanpak icterus juga dapat ditemukan

peningkatan frekuensi nafas. Biasanya status kardiologi menunjukan adanya

tachycardia, khususnya icterus disebabkan oleh adanya infeksi.

9.      Abdomen : Biasanya perut buncit, muntah, mencret merupakan akibat gannguan

5 metabolism bilirubin enterohepatik.

10.  Urogenital : Biasanya feses yang pucat seperti dempul atau kapur akibat gangguan

hepar atau atresia saluran empedu.

11.  Ekstremitas : Biasanya tonus otot lemah.

12.  Integument : Biasanya tampak ikterik, dehidrasi ditunjukan pada turgor tangan jelek,

10 elastisitas menurun.

2.      Diagnosa Keperawatan

Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada klien hiperbilirubin yaitu :

a.       Hipertermia b/d paparan lingkungan panas (efek fototerapi), dehidrasi.

b.      Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan aktif volume cairan (evaporasi).

15c.       Resiko kerusakan integritas kulit b/d pigmentasi (jaundice), hipertermi, perubahan

turgor kulit, eritema.

d.      Resiko terjadi cedera b/d fototerapi atau peningkatan kadar bilirubin.

3.      Intervensi Keperawatan

NO. Dx. Keperawatan NOC NIC

1. Hipertermia b/d paparan Thermoregulasi - Monitor suhu minimal tiap 2


lingkungan panas - Suhu tubuh dalam rentang jam.
normal
(fototerapi). - Recanakan monitoring suhu
- nadi , RR dalam rentang secara kontinui
normal
- Monitor warna dan suhu
- Tidak ada perubahan warna kulit
kulit.
- Monitor tanda-tanda
hipertermia & hipotermi.

- Monitor pola pernafasan


abnormal.

- Berikan anti piretik

- tingkatkan sirkulasi udara

- monitor sianosis perifer

Defisit volume cairan b/d Fluid balance - Timbang popok jika


diperlukan
kehilangan aktif volume
Hydrarin
cairan (evaporasi).      - Pertahankn cacatan intake &
Nutritional status : food and output yang akurat.

fluid intake.      - Monitor status hidrasi


(kelembaban membrane
     Mempertahankan urine mukosa ,nadi adekuat)
output sesuai dengan BB, BJ
    - Monitor vital sign
urine normal, HT normal.

3. Resiko kerusakan integritas Tissue integrity : skin and     - Hindari kerutan pada tempat
Mucous membrance tidur.
kulit b/d pigmentasi

(jaundice) hipertermi,      Suhu tubuh dalam rentang     - Jaga kebersihan kulit agar
normal 36º C - 37º C. tetap bersih dan kering.
perubahan turgor kulit,
     Hidrasi dalam batas normal     - Mobilisasi klien setiap 2 jam
eritemia.
sekali.
          Keutuhan kulit           Monitor adanya kemerahan.

          Pigmentasi dalam batas           Oleskan lotin/baby oil pada


normal. daerah yang tertekan.

          Mandikan dengan air


hangat.

4. Resiko terjadi cedera b/d Risk control           Letakkan bayi dekat
cahaya.
fototerapi atau peningkatan           Tidak ada iritas mata

kadar bilirubin.           Tutup mata dengan kain


          Tidak ada tanda-tanda
yang dapat menyerap cahaya
dehidrasi
          Matikan lampu dan buka
          Suhu stabil
penutup mata bayi setiap 8
          Tidak terjadi kerusakan jam, lakukan inspeksi warna
kulit. sclera.

          Buk penutup matawaktu


memberi makanan.

          Ajak bayi bicara selama


perawatan.

4.Implementasi dan Evaluasi

No Dx. Keperawatan Implementasi Evaluasi Ttd

1. Hipertermia b/d - Memonitor suhu S:


minimal tiap 2 jam.
paparan lingkungan -Keluarga mengatakan kulit klien

panas(fototerapi). - Memonitor warna dan


suhu kulit tampak kering dan memerah.

- Memonitor tanda-tanda O:
hipertermia & hipotermi.
-Kulit bayi tampak kering dan
- Memonitor pola memerah.
pernafasan abnormal.
A:
- Memberikan anti piretik
-Masalah belum teratasi
- Mentingkatkan sirkulasi
P:
udara
-Intervensi dilanjutkan.
- Memonitor sianosis
perifer

2. Resiko deficit volume 1.Mempertahankan cacatan S : -Ibu mengatakan anaknya di


intke dan output yang fototerapi.
cairan b/d kehilangan
akurat.
aktif volume cairan - ibu mengatakan anaknya mulai
2. memonitor status hidrasi mau menyusu.
(evaporasi).
(kelembapan membrane
O:
mukosa).
-Turgor kult bayi tampak jelek.
3. Memonitor masukan
cairan. - tampak membrane mukosa bayi
kering.
4. Memantau turgor kulit
- Bayi mendapatkan ASI
5. Memonitor BB bayi
A:

-Masalah belum teratasi

P:

-Intervensi dilanjutkan

3. Resiko kerusakan 1.Memakaikan pakaian S:

integritas kulit b/d


pigmentasi (jaundice), yang longgar -Keluarga pasien mangatakan
tubuh pasien masih menguning.
hipertermi, perubahan
2. Hindari kerutan pada
turgor kulit. O:
tempat tidur.
-turgor kulit bayi tampak jelek
3. Menjaga kebersihan
- Bayi tampak menguning
kulit agar tetap bersih.
A:

4. Memonitor kulit adanya


-Masalah belum teratasi
kemerahan.
P:

5. Mengoleskan baby oil -Intervensi dilanjutkan

pada daerah yang tertekan.

6. Memandikan bayi

dengan air hangat.

4. Resiko terjadinya 1.Mengkaji hiperbilirubin S:

cidera b/d fototerapi 1x 4 jam. -keluarga mengtakan bagian tubuh

(peningkatan kadar pasien bertambah kuning.


2. Memberikan fototerapi.
bilirubin). O:
3. Meletakkan bayi dekat
-Sclera tampak ikterik
sumber cahaya
-Total bilirubin 23,81 mg/dl.

4. Menutup mata dengan


A:
kain yang menyerap
-Masalah belum teratasi
cahaya.
P:

5. Mematikan lampu dan -Intervensi dilanjutkan.


buka penutup mata bayi

setiap 8 jam
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir,
5 yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah
meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga terjadi
perubahaan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya. Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri
ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :pembentukan bilirubin
10 yang berlebihan, gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin
dalam hati, gangguan konjugasi bilirubin, penyakit Hemolitik, yaitu
meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah merah.

Hemolisis dapat pula timbul karena adanya perdarahan tertutup,


gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, angguan
15 fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang
dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah, produksi yang
berlebihan, gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar, gangguan
transportasi, dan gangguan dalam ekskresi. Tanda dan gejala berupa tampak
kuning, Ikterus. Gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi : gejala
20 akut dan gejala kronik. Pengobatan mempunyai tujuan :menghilangkan
anemia, menghilangkan antibodi maternal dan eritrosit tersensitisasi,
meningkatkan badan serum albumin, menurunkan serum bilirubin.
Kemudianmetode therapi pada hiperbilirubinemia meliputi:fototerapi,transfusi 
pengganti, infus albumin dan therapi obat.

25 B. SARAN
Kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi yang
membaca dan penulis sendiri dan kami selaku penulis berharap agar semua
yang membaca dapat memahami isi makalah dengan baik dan mendapat
pengetahuan tentang hiperbilirunin dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai