PENDAHULUAN
Kita sebagai manusia tentunya tidak akan lepas dari yang namanya kebutuhan akan
akan ruang dan tempat tinggal. Untuk menciptakan tempat tinggal yang indah dan nyaman
tentunya diperlukannya pemilihan material yang baik dan tepat sehingga terciptanya
ketenangan dan kenyaman yang sesuai dengan kebutuhan personal akan ruang tersebut.
1
BAB II
ISI
2.1 Material cat, pernis dan, warna
Jika ditinjau dari segi kombinasi warna, bangunan ini menggunakan warna analog, yaitu
warna yang saling berdekatan (hijau-kuning-orange). Pada bagian dinding dilapisi
menggunakan cat emulsi acrylic dengan hasil akhir doff, hal ini tampak pada permukaan
dinding yang tidak terlalu memantulkan cahaya atau tidak memberikan kesan highlight.
Gambar 1.a: Eksterior Museum Sang Nila Utama, Gambar 1.b: Interior Museum Sang Nila Utama
Pada bagian railing tangga dilapisi menggunakan cat melamik, hal ini tampak pada
permukaan kayu yang terlihat lebih mengkilap serta memantulkan cahaya (highlight) dan
masih tampak serat-serat kayunya. Sedangkan pada bagian ukirannya menggunakan material
cat alkyd syntetic berbasis gloss yang tampak mengkilat dan seperti memantulkan cahaya.
Gambar 1.c: Ukiran Tangga Museum Sang Nila Utama, Gambar 1.d: Railing Tangga Museum Sang Nila Utama
2
Pada bagian pintu, piri-piri, dan roster kayu menggunakan pernis sebagai material
finishing. Hal ini terilihat jelas bahwa pada permukaan yang telah dipernis tampak lebih
menonjolkan serat kayu dan lebih terlihat berkilau.
Material yang digunakan sebagai pembentuk dinding pada bangunan ini adalah bata
merah, hal ini terlihat pada lebar dinding yang jika ditinjau dari standar ukuran ketebalan
dinding hampir menyerupai dengan dinding bata merah sebagai dinding bangunan, yaitu
15cm.
3
Gambar 2.a: Dinding interior Museum Sang Nila Utama, Gambar 2.b: Dinding eksterior Museum Sang Nila
Utama
Material penutup lantai yang digunakan yaitu lantai keramik dengan ukuran 30x30cm.
Gambar 3.a: Lantai 2 Museum Sang Nila Utama, Gambar 3.b: Lantai Dasar Museum Sang Nila Utama
Material penutup langit-langit (plafon) yang digunakan pada interiornya yaitu gypsum board,
dengan ukuran 120x240cm.
Gambar 4.a: Plafon interior Museum Sang Nila Utama, Gambar 4.b: Plafon interior Museum Sang Nila Utama
Sedangkan pada bagian eksterior, bagian langit-langit (plafon) menggunakan triplek dan pada
bagian piri-piri atap menggunakan lamberzering.
4
Gambar 4.c: Plafon eksterior Museum Sang Nila Utama, Gambar 4.d: Piri-piri Museum Sang Nila Utama
Material yang digunakan adalah kayu dengan material pelapis berupa pernis pada pintu dan
cat melamik pada jendela. Pada jendela kaca yang digunakan adalah jenis kaca bening.
Gambar 5.a: Pintu Museum Sang Nila Utama, Gambar 5.b: Jendela Museum Sang Nila Utama
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan laporan diatas dapat disimpulkan bahwa pada suatu bangunan tidak akan
pernah lepas dari yang namanya penggunaan material, baik itu material yang sudah ada sejak
dulu maupun material-material baru yang dapat memberikan kesan lebih baik bagi kehidupan
manusia saat ini.
Mulai dari bagian paling dasar bangunan sampai bagian paling atas bangunan, yaitu mulai
dari lantai, dinding, langit-langit sampai dengan atap tentunya akan selalu dilapisi
5
menggunakan material yang dirasa memiliki keunggulan tak hanya secara visual tetapi juga
secara fungsional.
3.2 Saran
Dengan selesainya laporan ini, penulis berharap dapat memberikan sedikit informasi
kepada para pembaca terkait penggunaan material-material arsitektur apa saja yang digunakan
pada bangunan yang telah disurvey yaitu Museum Sang Nila Utama.
Demi kesempurnaan laporan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca.
6
LAMPIRAN