Anda di halaman 1dari 18

TREND DAN ISSUE HIV/AIDS DAN FAMILY CENTERED CARE PADA

NAPZA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN HIV-AIDS
yang dibina oleh Ns. Ginanjar Sasmito Adi, Sp.Kep.MB

Oleh :
Eko Wahyu Kurniawan (1811011003)
Tri Mukti Wulandari (1811011004)
Muhammad Shodiq (1811011005)
Adinda Hibatul K.K (1811011007)
Nurul Alifa (1811011009)
Intan Yuniar Damayanti (1811011013)
Regita Kintan Dwi C. (1811011031)
Dimas Surya Dharma (1711011054)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
Maret, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan HIV-AIDS yang
membahas tentang “Trend dan Issue HIV/AIDS dan Family Centered Care pada Napza” .
Pada kesempatan ini pula kami menyampaikan terima kasih kepada Ns. Ginanjar Sasmito
Adi, Sp.Kep.MB selaku Dosen pengampu mata kuliah Keperawatan HIV-AIDS.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan.Oleh


karena itu kami mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan kata-kata yang disusun
dalam makalah ini. Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat
memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.

Jember, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Tujuan ....................................................................................................................... 1
C. Manfaat ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

A. Pengertian NAPZA.................................................................................................... 3
B. Jenis-jenis NAPZA.................................................................................................... 3
C. Pengaruh dan efek penggunaan NAPZA................................................................... 5
D. Penyebab penyalahgunaan NAPZA........................................................................... 7
E. Pencegahan dan solusi penyalahgunaan NAPZA...................................................... 9
F. Trend dan isue HIV/AIDS dan Family Centerd Care penyalahgunaan NAPZA....... 10

BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 14

A. Kesimpulan................................................................................................................ 14
B. Saran ......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Disekitar kita saat ini, banyak sekali zat-zat adiktif yang negatif dan sangat berbahaya
bagi tubuh. Dikenal dengan sebutan narkotika dan obat-obatan terlarang. Dulu, narkoba
hanya dipakai secara terbatas oleh beberapa komunitas manusia di berbagai negara. Tapi
kini, narkoba telah menyebar dalam spektrum yang kian meluas. Para era modern dan
kapitalisme mutakhir, narkoba telah menjadi problem bagi umat manusia diberbagai
belahan bumi. Narkoba yang bisa mengobrak-abrik nalar yang cerah, merusak jiwa dan
raga, tak pelak bisa mengancam hari depan umat manusia. Padahal 2.000 tahun yang lalu
catatan-catatan mengenai penggunaan cocaine di daerah Andes – penggunaan terkait adat,
untuk survival/bertahan hidup (sampai sekarang) menahan lapar dan rasa haus, rasa
capek, bantu bernafas, sedangkan Opium digunakan sebagai sedative (penawar rasa sakit)
dan aphrodisiac (perangsang). Dahulu pada banyak negara obat-obatan ini digunakan
untuk tujuan pengobatan , namun seiring berjalannya waktu , penyalahgunaan napza
dimulai oleh para dokter, yang meresepkan bahan bahan napza baru untuk berbagai
pengobatan padahal tahu mengenai efek-efek sampingnya. Kemudian ketergantungan
menjadi parah sesudah ditemukannya morphine (1804) – diresepkan sebagai anaesthetic,
digunakan luas pada waktu perang di abad ke-19 hingga sekarang dan penyalahgunaan
napza diberbagai negra yang sulit untuk dikendalikan hingga saat ini.

B. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengertian napza, jenis-jenisnya, penyabab penyalahgunaan,
pengaruh dan efek dari penggunaan, solusi pencegahan dalam penyalahgunaan napza.
Tujuan Khusus
Untuk memberi edukasi atau penyuluhan ke sekolah” agar mengetahui dampak buruk
dari penyalahgunaan narkoba dan gejala yang akan timbul jika sudah memakai lalu
dihentikan

1
C. MANFAAT
1. Mendapatkan informasi tentang bahaya penyalahgunaan napza bagi remaja
2. Dapat mengantisipasi adanya penyalahgunaan napza di kalangan remaja
3. Mampu memberikan informasi dan pendidikan tentang bahaya penyalahgunaan napza
bagi remaja
4. Bidan dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN

 
A. PENGERTIAN NAPZA
Adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan/ psikologi
seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan
fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA adalah : Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya.
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis
NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan
gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
Ketergantungan adalah suatu keadaan dimana telah terjadi ketergantungan
fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah
(toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau deberhentikan akan timbul gejala
putus zat (withdrawl symtom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh
NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya
sehari-hari secara normal.

B. JENIS JENIS NAPZA

1. Narkotika
Menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika adalah: zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
terdiri dari 3 golongan :

a. Golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan


ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Heroin, Kokain, Ganja.
b. Golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan
terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin, Petidin.

3
c. Golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Codein.

2. Psikotropika
Menurut UU RI No 5 / 1997, Psikotropika adalah : zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental
dan perilaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan :
a. Golongan I : Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Ekstasi.
b. Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalan terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Amphetamine.
c. Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Phenobarbital.
d. Golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh : Diazepam,
Nitrazepam ( BK, DUM ).
3. Zat Adiktif Lainnya
Yang termasuk Zat Adiktif lainnya adalah : bahan / zat yang berpengaruh
psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
a. Minuman Alkohol : mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari –
hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau
Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat / zat itu dalam tubuh manusia. Ada
3 golongan minuman beralkohol : 
 Golongan A : kadar etanol 1 – 5 % ( Bir ). 
 Golongan B : kadar etanol 5 – 20 % (Berbagai minuman anggur). 
 Golongan C : kadar etanol 20 – 45 % (Whisky, Vodca, Manson House,
Johny Walker).

4
b. Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) : mudah menguap
berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah
tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah :
Lem, Tiner, Penghapus Cat Kuku, Bensin.
c. Tembakau : pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di
masyarakat.
d. Dalam upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian rokok dan
alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan,
karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan NAPZA
lain yang berbahaya.

C. PENGARUH DAN EFEK PENGGUNAAN NAPZA


Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk
perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan
remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.
Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya
hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-
wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong
menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna narkoba yang
paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja
tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari
pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan
remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS.
Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
Penyalahgunaan narkoba selain merugikan kesehatan diri sendiri juga berdampak
negatif terhadap kehidupan ekonomi dan sosial seseorang. Penyalahgunaan narkoba dapat
merusak ekonomi karena sifat obat yang membuat ketergantungan, dimana tubuh
pengguna selalu meminta tambahan dosis dan dengan harga obat-obatan jenis narkoba
yang tergolong relatif mahal maka hal tersebut secara ekonomis sangat merugikan.
Ekonomi keluarga bisa bangkrut bilamana keluarga tidak mampu lagi membiayai
ketergantungan anggotanya terhadap narkoba, bahkan hal ini bisa berdampak buruk yaitu

5
bisa menimbulkan persoalan kriminalitas seperti pencurian, penodongan bahkan
perampokan.
Keharmonisan keluarga pun bisa terganggu manakala salah seorang atau beberapa
orang anggota keluarga menjadi pecandu. Sifat obat yang merusak secara fisik maupun
psikis akan berdampak kepada ketidaknyamanan hubungan sosial dalam keluarga.
Penyalahguna narkoba juga menimbulkan keresahan dalam masyarakat. Perilaku
pengguna yang tidak terkontrol dapat mengganggu ketertiban dan keamanan masyarakat.
Terlebih jika dikaitkan dengan timbulnya berbagai penyakit yang menyertainya seperti
Hepatitis, HIV/AIDS, bahkan kematian.
Hal tersebut lebih jauh bisa menyebabkan hancurnya suatu negara, oleh karena itu
negara melarang narkoba:
 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, menyatakan :
1. Pasal 45 : Pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan dan/atau perawatan
2. Pasal 36 : Orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur bila sengaja
tidak melaporkan diancam kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
paling banyak satu juta rupiah.
3. Pasal 88 : Pecandu narkotika yang telah dewasa sengaja tidak melapor diancam
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak dua juta rupiah,
sedang bagi keluarganya paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak
satu juta rupiah.
 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, menyatakan :
1. Pasal 37 ayat (1) : Pengguna psikotropika yang menderita syndrome
ketergantungan berkewajiban ikut serta dalam pengobatan atau perawatan
2. Pasal 64 ayat (1) barang siapa : a. menghalang-halangi penderita syndrome
ketergantungan untuk menjalani pengobatan dan/atau perawatan pada fasilitas
rehabilitasi sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 37, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak 20 juta
rupiah.
Bahaya yang timbul dari penyalahgunaan narkoba ini secara umum sebagai berikut :
1. Aspek fisik
a. Gagal ginjal
b. Perlemakan hati, pengkerutan hati, kanker hati
c. Radang paru-paru, radang selaput paru, TBC paru
d. Rentan terhadap berbagai penyakit hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV/AIDS
6
e. Cacat janin
f. Impotensi, dll.
2. Aspek sosial
a. Hubungan dengan keluarga, guru, dan teman serta lingkungannya
terganggu
b. Mengganggu ketertiban umum
c. Selalu menghindari kontak dengan orang lain
d. Merasa dikucilkan atau menarik diri dari lingkungan positif
e. Tidak peduli dengan norma dan nilai yang ada
f. Melakukan hubungan seks secara bebas
g. Tidak peduli dengan norma dan nilai yang ada
h. Melakukan tindakan kekerasan, baik fisik, psikis maupun seksual

D. PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA


Penyalahgunaan narkoba umumnya terjadi pada kaum remaja yang tinggal di
perkotaan. Mereka biasanya mempunyai sifat kosmopolit, relatif tidak cepat menikah
karena harus menempuh masa belajar hingga jenjang universitas, bahkan hingga
memperoleh pekerjaan dianggap layak. Pada masa itulah mereka hidup dalam pancaroba;
antara kanak-kanak dan kedewasaan, baik fisik, mental, maupun sosio-kulturalnya. Ia
hidup antara kebebasan dan ketergantungan kepada orang tuanya; mereka ada dalam
pembentukan nilai-nilainya sendiri serta sikapnya, baik sikap keagamaan, maupun sikap
kultural dan sosialnya. Remaja sedang mencari identitas sikapnya terhadap lingkungan
dan sesamanya. Dalam kondisi yang serba mendua itulah seringkali remaja tergelincir ke
jalur kenakalan, yang disebut juvenile delinquency. Pada masa itu banyak remaja yang
melakukan kenakalan, pelanggaran hukum, bahkan tindak kriminal. Motivasinya ialah
karena ingin mendapatkan perhatian “status sosial”, dan penghargaan atas eksistensi
dirinya.

Dengan kata lain, kenakalan remaja merupakan bentuk pernyataan eksistensi diri di
tengah-tengah lingkungan dan masyarakatnya, bukan kenakalan semata. Salah satu
penyimpangan perilaku ini adalah perilaku seksual. Sementara salah satu bentuk
pelanggaran hukum ialah meminum minuman keras, obat terlarang hingga ganja dan zat
adiktif lainnya.

7
Penyebabnya sangatlah kompleks akibat interaksi berbagai faktor :

1. Faktor individual

Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami
perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri – ciri remaja yang
mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA :
a. Cenderung memberontak
b. Memiliki gangguan jiwa lain, misalnya : depresi, cemas.
c. Perilaku yang menyimpang dari aturan atau norma yang ada
d. Kurang percaya diri
e. Mudah kecewa, agresif dan destruktif
f. Murung, pemalu, pendiam
g. Merasa bosan dan jenuh
h. Keinginan untuk bersenang – senang yang berlebihan
i. Keinginan untuk mencaoba yang sedang mode
j. Identitas diri kabur
k. Kemampuan komunikasi yang rendah
l. Putus sekolah
m. Kurang menghayati iman dan kepercayaan.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan
baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat.
 Lingkungan Keluarga
a. Komunikasi orang tua dan anak kurang baik
b. Hubungan kurang harmonis
c. Orang tua yang bercerai, kawin lagi
d. Orang tua terlampau sibuk, acuh
e. Orang tua otoriter
f. Kurangnya orang yang menjadi teladan dalam hidupnya
g. Kurangnya kehidupan beragama.
 Lingkungan Sekolah :
a. Sekolah yang kurang disiplin
b. Sekolah terletak dekat tempat hiburan

8
c. Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan diri secara kreatif dan positif
d. Adanya murid pengguna NAPZA
 Lingkungan Teman Sebaya
a. Berteman dengan penyalahguna
b. Tekanan atau ancaman dari teman.
 Lingkungan Masyrakat / Sosial :
a. Lemahnya penegak hokum
b. Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.
Adapun faktor lain yang beresiko tinggi sehingga remaja dapat menggunakan narkoba,
diantaranya :
a. Keluarga yang kacau balau, terutama adanya orang tua yang menjadi penyalahguna
narkoba atau menderita sakit mental
b. Orang tua dan anak kurang saling memberi kasih sayang dan pengasuhan
c. Anak/remaja yang sangat pemalu
d. Anak yang bertingkah laku agresif
e. Gagal dalam mengikuti pelajaran di sekolah
f. Miskin ketrampilan social
g. Bergabung dengan kelompok sebaya yang berperilaku menyimpang, dll.
E. PENCEGAHAN DAN SOLUSI PENYALAHGUNAAN NAPZA
 Faktor yang dapat mencegah remaja menggunakan narkoba :
a. Ikatan yang kuat di dalam keluarga
b. Pengawasan orang tua yang didasarkan pada aturan tingkah laku yang jelas dan
pelibatan orang tua dalam kehidupan anak/remaja
c. Keberhasilan di sekolah
d. Ikatan yang kuat di dalam institusi pro-sosial seperti keluarga, sekolah, dan
organisasi-organisasi keagamaan.
e. Menerima norma kebiasaan tentang larangan penggunaan narkoba.
f. Keluarga harus dapat menciptakan komunikasi yang lebih baik
g. Disiplin, tegas dan konsisten dengan aturan yang dibuat
h. Berperan aktif dalam kehidupan anak-anak
i. Memonitor aktivitas mereka
j. Orang tua harus menjadi panutan
k. Orang tua menjadi teman diskusi
9
l. Orang tua menjadi tempat bertanya
m. Mampu mengembangkan tradisi keluarga dan nilai-nilai keagamaan
n. Menggali potensi anak untuk dikembangkan melalui berbagai macam kegiatan.
 Solusi yang dapat dilakukan ketika ada anggota keluarga yang menggunakan
narkoba :
a. Berusaha tenang, kendalikan emosi, jangan marah dan tersinggung
b. Jangan tunda masalah, hadapi kenyataan, adakan dialog terbuka dengan anak
c. Dengarkan anak, beri dorongan non verbal. Jangan memberi ceramah/nasehat
berlebih
d. Hargai kejujuran
e. Jujur terhadap diri sendiri, jangan merasa benar sendiri
f. Tingkatkan hubungan dalam keluarga, rencanakan membuat kegiatan bersama-
sama keluarga
g. Cari pertolongan, cari bantuan pihak ketiga yang paham dalam menangani
narkoba atau tenaga profesional, puskesmas, rumah sakit, panti/tempat
rehabilitasi.

F. TREND DAN ISUE HIV/AIDS DAN FAMILY CENTERED CARE PADA NAPZA
1. Trend Kasus Baru Infeksi HIV di Indonesia Periode Tahun 2012–2016
Setelah tiga tahun berturut-turut (2010–2012) cukup stabil, perkembangan jumlah
kasus baru HIV positif di Indonesia pada tahun 2013 kembali mengalami peningkatan
secara signifikan sebesar 34,99%. Pada tahun 2012 jumlah kasus baru HIV positif
yang dilaporkan adalah sebanyak 21.511 kasus, dan meningkat menjadi 29.037 di
tahun 2013. Jumlah kasus baru HIV di tahun 2014 juga kembali mengalami
peningkatan secara signifikan sebesar 12,65% dari sebelumnya, yaitu tahun 2013.
Akan tetapi, jumlah kasus baru HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2015
sebanyak 30.935 kasus, mengalami penurunan 5,43% dibandingkan tahun 2014.
Penghujung tahun 2016, kasus baru HIV positif ini kembali meningkat tajam sebesar
33,34% menjadi 41.250 kasus.
Analisis perbandingan data laporan epidemic kasus infeksi HIV positif baru di
Indonesia berdasarkan wilayah 34 Provinsi, dilakukan dengan menggunakan uji
Friedman dan dilanjutkan dengan menggunakan uji Wilcoxon. Hasil uji Friedman
perbandingan kasus infeksi baru HIV dari periode tahun 2012 hingga tahun 2016
dengan menggunakan uji Friedman menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,001
10
(<0,01) sehingga dapat disimpulkan bahwa minimal terdapat perbedaan yang
signifikan jumlah kasus HIV dari periode tahun 2012 hingga tahun 2016.
Secara global data jumlah kasus HIV per tahun, untuk tahun 2012 rata-rata
kejadian kasus baru HIV sebanyak 652 kasus, meningkat pada tahun 2013 dengan
rata-rata kejadian kasus HIV dari ke-33 provinsi sebanyak 880 kasus. Tahun 2014
mengalami peningkatan kembali dengan rata-rata kejadian kasus HIV dari ke 33
provinsi yaitu sebesar 994 kasus. Akan tetapi, selang tahun berikutnya mengalami
penurunan pada tahun 2015 dengan rata-rata kejadian kasus HIV dari ke-34 provinsi
sebesar 911 kasus. Di akhir tahun 2016, kasus HIV tersebut malah menjadi masalah
besar terkait dengan terjadinya peningkatan tajam dari kasus tersebut dengan rata-rata
kejadian menjadi 1.214 kasus HIV baru.
Apabila diamati secara nilai rata-rata, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan
dari tahun 2013 menuju tahun 2014, kemudian terjadi penurunan dari tahun 2014
menuju tahun 2015. Akan tetapi, mengalami peningkatan tajam sampai akhir tahun
2016.
2. Family Centered Care pada ODHA
a. Konsep dari Family Centered Care pada ODHA
 Martabat dan kehormatan Praktisi keperawatan mendengarkan dan
menghormati pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan
dan latar belakang budaya pasien dan keluarg abergabung dalam rencana dan
intervensi keperawatan pada ODHA.
 Berbagi informasi. Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberitahukan
informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak
memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima
informasi setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam
perawatan dan pengambilan keputusan pada ODHA.
 Partisipasi. Pasien pada ODHA dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam
perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah
mereka buat.
 Kolaborasi. Pasien pada ODHA dan keluarga juga termasuk ke dalam
komponen dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien pada
ODHA dan keluarga dalam pengambilan kebijakan dan pengembangan
program, implementasi dan evaluasi, desain

11
3. Penyebab dilakukan Family-Centered Care pada ODHA
 Membangun sistem kolaborasi dari pada kontrol atau penyembuhan pada
ODHA( orang dengan HIV AIDS).
 Berfokus pada kekuatan dan sumber keluarga daripada kelemahan keluarga.
 Mengakui keahlian keluarga dalam merawat ODHA( orang dengan HIV
AIDS) seperti sebagaimana professional
 Mebangun pemberdayaan daripada ketergantungan
 Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien ODHA( orang
dengan HIV AIDS) , keluarga dan pemberi pelayanan dari pada
informasihanya diketahui oleh professional.
 Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku.
4. Family Centered Care pada NAPZA
a) Pengertian
Family centered care (Asuhan Yang Berpusat Pada Keluarga) yaitu
pendekatan yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan, family
centerd care juga menekankan keterlibatan orang tua, keluarga, maupun orang
terdekat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Penerapan family centered care
bermanfaat untuk meningkatkan kerjasam yang optimal pada keluarga dalam
pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari keluarga.
Family centered care yaitu memampukan keluarga dengan menciptakan
kesempatan dan cara bagi semua anggota keluarga untuk menunjukkan
kemampuan dan kompetensi baru yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pasien keluarga.
b) Manfaat
 Keluarga mampu untuk merawat pasien secara mandiri
 Membina hubungan yang harmonis dan saling percaya
 Pasien akan merasa lebih nyaman karena keluarga telah perhatian
kepadanya
 Motivasi pasien untuk sembuh sangat tinggi
 Keluarga dapat mengontrol keadaan pasien

Pada pasien-pasien dengan penyalahgunaan NAPZA dukungan keluarga sangatlah


diperlukan untuk meningkatkan kuwalitas hidup mereka dan agar mereka dapr

12
menjauhi barang “haram” tersebut. Dukungan dan motivasi keluarga akan dapat
mempengaruhi keadaan psikis penderita narkoba sehingga mereka akan berusaha
untuk memperbaiki hidup mereka lebih sehat lagi.

c) Trend dan isue family centered care penyalahgunaan NAPZA


Penyalahgunaan NAPZA didunia terus mengalami kenaikan dimana hampir
12% (15,5 juta jiwa sampai dengan 36,6 juta jiwa) dari pengguna adalah pecandu
berat. Menurut World Drug Report tahun 2012, produksi NAPZA meningkat salah
satunya diperkiraan produksi opinium meningkat dari 4.700 ton di tahun 2010
menjadi 7.000 ton ditahun 2011 dan menurut penelitian yang sama dari sisi jenis
narkotika, ganja menduduki peringkat pertama yang disalah gunakan ditingkat
global dengan angka pravelensi 2,3% dan 2,9% per tahun.
Kasus penyalahgunaan NAPZA di indonesia dari tahun ke tahun juga terus
mengalami kenaikan dimana pada tahun 2008 ada sebanyak 3,3 juta (3.362.527)
dengan pravelensi 1,99%. Pada tahun 2011 menjadi 4 juta (4.071.016) dengan
pravelensi 2,32% dan diprekdisikan angka tersebut akan terus mengalami kenaikan
pada tahun 2015 menjadi 5,1 juta (5.126.913) dengan pravelensi 2,8%. Diketahui
5,3% diantaranya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa.
Penyalahgunaan NAPZA sangat memberikan efek yang tidak baik dimana
bisa mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang berakibat pada ketergantungan. Menurut
Hawari, hal tersebut terjadi karena sifat-sifat narkoba yang menyebabkan:
 Keinginan yang tidak tertahankan (an over poweringdesire)
 Kecenderungan untuk menambahkan takaran atau dosis dengan toleransi tubuh
 Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan timbul
gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan, depresi, dll
 Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat dihentika akan menimbulkan
gejala fisik yang dinamakan gejala putus obat (withdrawel symtomp)

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa
dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk
perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan
remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.

Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja
tertular dan menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari
pemakaian narkoba melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan
remaja yang sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan
merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja sama dengan kehilangan sumber daya
manusia bagi bangsa.

Family centered care (Asuhan Yang Berpusat Pada Keluarga) yaitu pendekatan yang
digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan, family centerd care juga menekankan
keterlibatan orang tua, keluarga, maupun orang terdekat dalam menerapkan asuhan
keperawatan. Penerapan family centered care bermanfaat untuk meningkatkan kerjasam
yang optimal pada keluarga dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari
keluarga.

B. SARAN
1. Pentingnya memberikan pendidikan tentang bahaya narkoba sejak dini kepada anak
sangat diperlukan guna untuk mencegah terjadinya pebyalahgunaan napza
2. Peran orang tua untuk memantau anak dan memberikan pendidikan agama untuk
memberikan kekuatan iman juga sangat diperlukan guna membangun karakter anak.
3. Pemantauan dari pihak sekolah dan pihak yang berwajib perlu lebih tegas lagi agar
anak tidak ingin mencoba dan takut untuk melakukan hal ini dan diberikan sanksi
yang tegas terhadap pada pengedar dan pengguna narkoba.

14
DAFTAR PUSTAKA

 BNN. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta: BNN RI; 2012
 Hawari, D. (2011). Petunjuk Praktis Terapi (Detoksifikasi) Miras dan Narkoba
(NAZA) (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif) Tanpa Anestesi dan Substitusi
(Methadone, Subutex dan Sejenisnya) dan HIV/AIDS. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
 KEMENKES. Data dan Informasi Kesehatan (Gambaran Umum Penyalahgunaan
NAPZA di Indonesia). Jakarta: Kemenkes RI, 2014.
 Lisa, J., & Sutrisna, N. 2013. Narkoba, Psikotropika dan Gangguan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Jakarta: KEMENKUMHAM; 2009.
 UNODC. (2015). World Drug Report. Austria: United Nations Publication.
 WHO. The World Health Report Chapter 4 Addictive Subtance. WHO; 2002 [cited
2016 6 Februari]

15

Anda mungkin juga menyukai