Anda di halaman 1dari 11

Nama : Dedek Karlina

Kelas : 6 EGA
NIM : 061740411496
Prak. Teknologi Bioenergi
PROSES PEMBUATAN BIOETANOL DARI KULIT PISANG KEPOK

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Membuat hidrolisat kulit pisang (glukosa) melalui hidrolisis dengan asam kuat.
2. Mengolah hidrolisat kulit pisang menjadi alkohol melalui proses fermentasi.

II. ALAT DAN BAHAN


1) Alat
a. Blender
b. Set distilasi
c. Botol kaca, selang kecil, gelas plastik
d. Termometer
e. Hot plate
f. Magnetic stirrer
g. Beaker glass 50 mL
h. Beaker glass 200 mL
i. Pengaduk kaca
j. Indikator universal
k. Pipet ukur
l. Ball filler

2) Bahan
a. Kulit pisang kering 120 g
b. HCl 0,5 N 8,3 ml
c. Gula 20 g
d. Urea 0,24 g
e. Ragi roti (saccharomyces cereviceae) 10 g
f. NaOH 24 butir
III. DASAR TEORI
Bioetanol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung senyawa pati dan selulosa
dengan menggunakan bantuan dari aktivitas ragi. Provinsi Lampung mempunyai kapasitas produksi
kulit pisang 180.153 ton pertahun (Anonim, 1998). Menurut Munadjim (1982), bagian yang dapat
dimakan dari buah pisang adalah dua per tiga bagian dan sepertiga bagian sisanya merupakan limbah
pisang. Angka tersebut (1/3 x 180.153 = 60.000 ton/tahun) merupakan jumlah limbah yang cukup
banyak yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak ditangani dengan cepat. Selain mengandung
air, kulit pisang juga mengandung karbohidrat yang relatif tinggi yaitu 18,50 % (Tety, 2006). Limbah
kulit pisang kepok mengandung monosakarida terutama glukosa sebesar 8,16 %. Oleh karena itu
limbah kulit pisang kepok berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan
bioetanol melalui proses fermentasi (Munadjim, 1982). Pada penelitian ini permasalahan yang
diangkat adalah bagaimana cara pembuatan bioetanol dengan bahan baku kulit pisang kepok.
Berdasarkan permasalahan itulah penelitian tentang pengolahan limbah kulit pisang ini dilakukan agar
lebih berguna untuk menambah wawasan masyarakat.
Bioetanol
Bioetanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus molekul etanol adalah C2H5OH, sedang
rumus empirisnya C2H6O atau rumus bangunnya CH3-CH2-OH. Bioetanol merupakan bagian dari
kelompok metil (CH3-) yang terangkai pada kelompok metilen (-CH2-) dan terangkai dengan
kelompok hidroksil (-OH). Secara umum akronim dari Bioetanol adalah EtOH (Ethyl-(OH)).

Gambar 1. Rumus Bangun Bioetanol (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Bioetanol merupakan salah satu biofuel yang hadir sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah
lingkungan dan sifatnya terbarukan. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses
fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol diartikan
juga sebagai bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang mengandung pati, seperti ubi kayu,
ubi jalar, jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak premium (Khairani, 2007). Bioetanol bersifat multi-guna karena dicampur
dengan bensin pada komposisi berapapun memberikan dampak yang positif.
Kelebihan-kelebihan bioetanol dibandingkan bensin:
1. Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, titik nyala etanol tiga kali lebih tinggi
dibandingkan bensin.
2. Emisi hidrokarbon lebih sedikit.
Kekurangan-kekurangan bioetanol dibandingkan bensin:
1. Pada mesin dingin lebih sulit melakukan starter bila menggunakan bioetanol.
2. Bioetanol bereaksi dengan logam seperti magnesium dan aluminium.
Produksi bioetanol (alkohol) dengan bahan baku tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, dilakukan melalui proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Sebagai
alternatif digunakan campuran bioetanol dengan bensin. Sebelum dicampur, bioetanol harus
dimurnikan hingga 100%. Campuran ini dikenal dengan sebutan gasohol (Skadrongautama, 2009).
Pada kenyataannya tidak ada atau sulit sekali kita mendapatkan etanol absolute, apalagi dengan
peralatan seadanya. Demikian pula rasanya tidak mungkin mendapatkan/merecovery 100% etanol
yang ada di dalam cairan fermentasi. Dengan kata lain efisiensi hidrolisisnya kurang dari 100%.
Kadar bioetanol maksimal yang bisa diperoleh dari proses distilasi adalah 95%. Seringkali kadarnya
hanya 60%, 80%, atau 90%. Kita menghitungnya berdasarkan kadar etanol yang keluar dari distilator
saja (Abimosourus, 2010).
Etanol
Etanol atau etil alkohol C H OH, merupakan cairan yang tidak berwarna, larut dalam air, eter,
aseton, benzene, dan semua pelarut organik, serta memiliki bau khas alkohol. Sifat-sifat kimia dan
fisis ethanol sangat tergantung pada gugus hidroksil. Pada tekanan > 0,114 bar (11,5 kPa) ethanol dan
air dapat membentuk larutan azeotrop. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut, germisida,
minuman, bahan anti beku, bahan bakar, dan senyawa antara untuk sintesis senyawa-senyawa organik
lainnya. Etanol sebagai pelarut banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetika, dan resin
maupun laboratorium. Pada suhu kamar etanol berupa zat cair bening, mudah menguap, dan berbau
khas. (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Tabel 1. Sifat Fisika etanol


Properti Nilai
Berat Molekul (g/mol) 46,1
Titik Beku (oC) -114,1
Titik Didih Normal (oC) 78,32
Densitas (g/ml) 0,7983
Viskositas (Cp) 1,17
Panas penguapan normal
(J/kg) 839,31
Panas pembakaran (J/kg) 29676,6
Panas jenis (J/kg) 2,42
Nilai oktan 106-111
Sumber: Kirk-Orthmer, Enyclopedia of Chemical Technology, vol 9, 1967)
1. Pisang Kepok (Musa paradisiacal formatypica)
Kulit pisang kepok digunakan karena mengandung karbohidrat. Karbohidrat tersebut diurai
terlebih dahulu melalui proses hidrolisis kemudian di fermentasi dengan menggunakan starter
menjadi alkohol. Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan dari fermentasi gula dari sumber karbohidrat
menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim, 2007). Komposisi kulit pisang dapat dilihat
pada tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Kulit Pisang Kepok.

Unsur Komposisi (%)


Air 69,80 %
Karbohidrat 18,50%
Lemak 2,11%
Kalsium 0,32%
Protein 715mg/100gr
Pospor 117mg/100gr
Besi 0,6mg/100gr
Vitamin B 0,12mg/100gr
Vitamin C 17,5mg/100gr
Sumber: (Tety, 2006)

2. Mikroorganisme pada Fermentasi


Alkohol dapat diproduksi dari beberapa bahan secara fermentasi dengan bantuan
mikroorganisme, sebagai penghasil enzim zimosa yang mengkatalis reaksi biokimia pada perubahan
substrat organic. Mikroorganisme yang dapat digunakan untuk fermentasi terdiri dari yeast (ragi),
khamir, jamur, dan bakteri. Mikroorganisme tersebut tidak mempunyai klorofil, tidak mampu
memproduksi makanannya dengan cara fermentasi, dan menggunakan substrat organic untuk sebagai
makanan. Saccharomyces cereviseae lebih banyak digunakan untuk memproduksi alkohol secara
komersial dibandingkan dengan bakteri dan jamur. Hal ini disebabkan karena Saccharomyces
cereviseae dapat memproduksi alkohol dalam jumlah besar dan mempunyai toleransi pada kadar
alkohol yang tinggi. Kadar alkohol yang dihasilkan sebesar 8-20% pada kondisi optimum.
Saccharomyces cereviseae yang bersifat stabil, tidak berbahaya atau menimbulkan racun, mudah di
dapat dan malah mudah dalam pemeliharaan. Bakteri tidak banyak digunakan untuk memproduksi
alkohol secara komersial, karena kebanyakan bakteri tidak dapat tahan pada kadar alkohol yang
tinggi (Sudarmadji K., 1989).
a. Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat lain yang menghasilkan satu zat
baru atau lebih dan juga dekomposisi suatu larutan dengan menggunakan air. Proses ini melibatkan
pengionan molekul air ataupun peruraian senyawa yang lain (Pudjaatmaka dan Qodratillah, 2002).
Karena reaksi antara pati dengan air berlangsung sangat lambat, maka untuk memperbesar kecepatan
reaksinya diperlukan penambahan katalisator. Penambahan katalisator ini berfungsi untuk
memperbesar keaktifan air, sehingga reaksi hidrolisis tersebut berjalan lebih cepat. Katalisator yang
sering digunakan adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida. Dalam reaksi ini menggunakan
katalis asam klorida sehingga persamaan reaksi yang terbentuk sebagai berikut.
(C6H10O5)n+ nH2O n(C6H12O6)

(Agra dkk, 1973)

b. Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses oksidasi karbohidrat anaerob jenih atau anaerob sebagian.
Dalam suatu proses fermentasi bahan pangan seperti natrium klorida bermanfaat untuk membatasi
pertumbuhan organisme pembusuk dan mencegah pertumbuhan sebagian besar organisme yang lain.
Suatu fermentasi yang busuk biasanya adalah fermentasi yang mengalami kontaminasi, sedangkan
fermentasi yang normal adalah perubahan karbohidrat menjadi alkohol. Mikroba yang digunakan
untuk fermentasi dapat berasal dari makanan tersebut dan dibuat pemupukan terhadapnya. Tetapi cara
tersebut biasanya berlangsung agak lambat dan banyak menanggung resiko pertumbuhan mikroba
yang tidak dikehendaki lebih cepat. Maka untuk mempercepat perkembangbiakan biasanya
ditambahkan mikroba dari luar dalam bentuk kultur murni ataupun starter (bahan yang telah
mengalami fermentasi serupa). Manusia memanfaatkan saccharomyces cereviseae untuk
melangsungkan fermentasi, baik dalam makanan maupun dalam minuman yang mengandung alcohol.
Jenis mikroba ini mampu mengubah cairan yang mengandung gula menjadi alcohol dan gas CO2
secara cepat dan efisien (Sudarmadji K., 1989).
Proses metabolisme pada Saccharomyces cereviseae merupakan rangkaian reaksi yang terarah
yang berlangsung pada sel. Pada proses ini terjadi serangkaian reaksi yang bersifat merombak suatu
bahan tertentu dan menghasilkan energi serta serangkaian reaksi lain yang bersifat mensintesis
senyawa-senyawa tertentu dengan membutuhkan energi. Saccharomyces cereviseae sebenarnya tidak
mampu langsung melakukan fermentasi terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi karena
mikroba tersebut memiliki enzim yang disekresikan mampu memutuskan ikatan glikosida sehingga
dapat difermentasi menjadi alcohol atau asam.
Fermentasi bioethanol dapat didefenisikan sebagai proses penguraian gula menjadi bioethanol
dan karbondioksida yang disebabkan enzim yang dihasilkan oleh massa sel mikroba. Perubahan yang
terjadi selama proses fermentasi adalah perubahan glukosa menjadi bioethanol oleh sel-sel
saccharomyces cereviseae.
C6H12O6 + saccharomyces cereviseae C2H5OH + 2CO2

Glukosa enzim zimosa etanol karbondioksida


(Sudarmadji K., 1989)
Fermentasi bioethanol dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain :

i. Media

Pada umumnya bahan dasar yang mengandung senyawa organik terutama glukosa dan pati
dapat digunakan sebagai substrat dalam proses fermentasi bioethanol (Prescott and Dunn, 1959)
ii. Suhu

Suhu optimum bagi pertumbuhan saccharomyces cereviseae dan aktivitasinya adalah 25 35oC.
Suhu memegang peranan penting karena secara langsung dapat mempengaruhi aktivitas
saccharomyces cereviseae dan secara tidak langsung akan mempengaruhi kadar bioethanol yang
dihasilkan (Prescott and Dunn, 1959). Pada penelitian ini pertumbuhan saccharomyces cereviseae
dijaga pada suhu 27oC (Rhonny.A dan Danang J.W, 2003).
iii. Nutrisi

Selain sumber karbon, saccharomyces cereviseae juga memerlukan sumber nitrogen, vitamin
dan mineral dalam pertumbuhannya. Pada umumnya sebagian besar saccharomyces cereviseae
memerlukan vitamin seperti biotin dan thiamin yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Beberapa
mineral juga harus ada untuk pertumbuhan Saccharomyces cereviseae seperti phospat, kalium, sulfur,
dan sejumlah kecil senyawa besi dan tembaga (Prescott and Dunn,1959).
iv. pH

pH substrat atau media fermentasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kehidupan
saccharomyces cereviseae. Salah satu sifat saccharomyces cereviseae adalah bahwa pertumbuhan
dapat berlangsung dengan baik pada kondisi pH 4 – 6 (Prescott and Dunn, 1959).
v. Volume starter

Volume starter yang ditambahkan 3-7% dari volume media fermentasi. Jumlah volume starter
tersebut sangat baik dan efektif untuk fermentasi serta dapat menghasilkan kadar alkohol yang
relative tinggi (Monick, J. A., 1968). Penambahan volume starter yang sesuai pada proses fermentasi
adalah 5% dari volume fermentasi (Prescott and Dunn, 1959).Volume starter yang terlalu sedikit
akan mengakibatkan produktivitas menurun karena menjadi lelah dan keadaan ini memperbesar
terjadinya kontaminasi. Peningkatan volume starter akan mempercepat terjadinya fermentasi
terutama bila digunakan substrat berkadar tinggi.
vi. Waktu fermentasi

Waktu fermentasi yang normal yaitu 3-14 hari, jika waktunya terlalu cepat, bakteri
Saccharomyces cerevisiae masih dalam masa pertumbuhan, dan jika terlalu lama maka bakteri akan
mati dan etanol yang dihasilkan tidak maksimal.
vii. Konsentrasi gula

Konsentrasi gula yang cocok adalah 10-18 %, jika konsentrasi gulanya rendah menyebabkan
fermentasi tidak optimal sedangkan apabila konsentrasi gulanya terlalu tinggi akan menyebabkan
terhambatnya perkembangan saccharomyces cereviseae.
c. Alkohol

Alkohol dapat dihasilkan dari tanaman yang banyak mengandung pati dengan menggunakan
bantuan dari aktivitas mikroba. Bioethanol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus
hidroksida dan mempunyai rumus umum CnHn+1OH. Istilah bioethanol dalam industri digunakan
untuk senyawa etanol atau etil bioethanol dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol termasuk bioethanol
primer yaitu bioethanol yang gugus hidroksinya terikat pada atom karbon primer. Sifat-sifat
bioethanol yang mudah menguap, mudah terbakar, berbau spesifik, cairannya tidak berwarna, dan
mudah larut dalam air, eter, khloroform, dan aseton (Rhonny. A dan Danang J.W., 2003).
IV. PROSEDUR KERJA PEMBUATAN BIOETANOL
Tahap preparasi
- Menyiapkan kulit pisang,timbang.
- Mencuci, memotong kulit pisang menjadi ukuran yang lebih kecil, selanjutnya
dilakukan penjemuran selama ± 3 hari
- Kulit pisang yang telah dikeringkan kemudian diblender dengan penambahan
air dengan perbandingan 1 : 4 (kulit pisang 120 gr dan air 480 gr) agar menjadi
bubur
- Menyaring bubur kulit pisang dan mengambil filtratnya.

Tahap Pembuatan Bioetanol


- Jumlah filtrate yang telah dihasilkan dihidrolisis dengan HCl pada suhu 120℃
selama 35 menit.
- Menambahkan gula 10% dan urea 0,12% dari volume hidrolisat pada filtrat
- Menambahkan 24 butir NaOH pada campuran filtrate
- Mengecek pH, jika pH <4 tambahkan NaOH
- Menambahkan ragi roti yang diaktifkan air hangat sebanyak 5%
- Saat campuran menjadi keruh dan berwarna coklat, Cairan dimasukkan ke botol
yang sudah disterilisasi dan tunggu sampai fermentasi berakhir.
- Waktu fermentasi sekitar 3 – 5 hari.
- Saat fermentasi berakhir dilakukan penyaringan terhadap campuran
- Campuran hasil penyaringan di distilasi pada suhu 78-85oC selama 75 menit
- Distilat yang dihasilkan merupakan produk bioethanol.
Kulit pisang

dicuci, dipotong-potong, dijemur ± 3 hari

Kulit pisang kering


diblender dengan campuran
kulit pisang 120 gram dan air 480 ml

Bubur kulit pisang

Disaring dan diambil filtratnya

200 ml filtrat

Filtrat dihidrolisis dengan HCl 8,3 ml


dipanaskan pada suhu 120ºC selama 35
menit coklat pekat
Filtrat berwarna
Filtrat ditambah gula 10% dan
urea 0,12% dari volume hidrolisat

Campuran filtrat + 24 butir NaOH

Cek pH. Jika pH <4 tambahkan NaOH :

Filtrat berwarna coklat pekat + gula +

Tambahkan ragi roti yang diaktifkan air hangat


5%
Campuran menjadi keruh dan berwarna

Cairan dimasukkan botol yang sudah


disterilisasi dan tunggu sampai fermentasi berakhir.
Campuran menjadi keruh dan berwarna coklat

Campuran hasil penyaringan

Fermentasi berakhir dan campuran disaring


distilasi pada suhu 78-85oC selama 75 menit
Bioetanol
Gambar IV.1 Blok Diagram Prosedur Pembuatan Bioetanol dari
Kulit Pisang Kepok

V. DATA PENGAMATAN

No. PERLAKUAN HASIL PENGAMATAN


1 Kulit pisang dicuci
Kulit pisang dipotong-
potong Kulit pisang
dijemur ± 3 hari
2 Kulit pisang kering diblender dengan campuran kulit
pisang 120 gram dan air 480 ml
3 Disaring dan diambil filtratnya
4 Filtrat dihidrolisis dengan HCl 8,3 ml dipanaskan pada
suhu 120ºC selama 35 menit
5 Filtrat ditambah gula 10% dan urea 0,12% dari volume
hidrolisat
6 Cek Ph. Jika Ph <4 tambahkan NaOH
7 Tambahkan ragi roti yang diaktifkan air hangat 5%
8 Cairan dimasukkan botol yang sudah disterilisasi dan
tunggu sampai fermentasi berakhir.
9 Proses
Fermentasi: Hari
I

Hari IV
10 Penyaringan dengan corong buchner
11 Distilasi antara suhu 78 ºC – 85 ºC
12. Rendemen yang dihasilkan
13. Pengujia
n: Uji
Nyala

Uji Densitas

Anda mungkin juga menyukai