Anda di halaman 1dari 22

A.

OBJECTIVES OF WELL CONTROL METHODS

Semburan liar (blow out) adalah pristiwa mengalirnya cairan formasi dari dalam sumur secara
tidak terkendali. Kejadian ini diawali dengan masuknya fluida formasi kedalam lubang bor, yang
biasanya disebut Well Kick. Bila Well Kick tidak dapat diatasi secara baik , maka dapat terjadi
semburan liar. Dalam keadaan normal lubang bor akan selalu penuh dengan lumpur yang
memberikan tekanan hidrostatis kepada formasi. Tekanan hidrostatis berfungsi untuk menahan
tekanan formasi, agar fluida formasi (influx) tidak masuk kedalam lubang bor. Setelah diketahui
bahwa terjadi well kick, maka sumur segera ditutp, dimana setelah persiapan cukup, tahap
selanjutnya adalah mematikan sumur.

B. PRINCIPLES OF CONSTANT BOTTOMHOLE PRESSURE METHODS

Pada proses mematikan sumur dipakai prinsip bahwa tekanan pada dasar lubang bor harus
konstan (Constant Bottom Hole Pressure Method). Dalam hal ini tekanan pada dasar lubang bor
sama dengan tekanan formasi. Selanjutnya ada 3 cara utama mematikan sumur, ialah:

• Driller’s Method, sering disebut “Two Circulation Method”

Sirkulasi –1 : Sirkulasi dan keluarkan cairan formasi dengan Lumpur lama (original mud)

Sirkulasi –2 : Pompakan Lumpur baru (Lumpur berat atau kill mud) untuk mengganti umpur
lama

• Wait & Weight Method, sering juga disebut “One Circulation Method” atau “Engineer
Method”

Intinya ialah:

– “Wait” atau tunggu, selama membuat Lumpur berat.

– Sirkulasikan fluida (influx) kick keluar dari lubang bor dengan Lumpur berat. Concurrent
Method

Pompakan Lumpur lama untuk mengeluarkan cairan formasi sambil memperberat Lumpur.

Driller’s Method : sirkulasi - 1

– Catat dan beri tanda SIDP dan SICP

– Jalankan pompa, dan naikkan kecepatan pompa sampai mencapai kecepatan yang disepakati
(kill rate speed), dan selama langkah ini jaga agar tekanan casing (CP) konstan.

– Setelah kecepatan pompa mencapai kill rate speed, catat dan beri tanda tekanan pada drill pipe.
Pemompaan berjalan terus dan jaga agar tekanan pada drillpipe (DPP) konstan sampai semua
fluida kick keluar dari dalam lubang bor.
– Kurangi kecepatan pompa. Jaga agar tekanan casing konstan selama mengurangi kecepatan
pompa dan kemudian tutup choke penuh.

– Baca tekanan. Bila fluida kick telah keluar, seharusnya DPP = CP = SIDP

Profil Tekanan Driller’s Method – 1

Driller’s Method : Sirkulasi - 2

– Hitung berat Lumpur yang diperlukan (Kill Weight Fluid atau Kill Mud Weight), dan siapkan
Lumpur berat.

KMW = (HP + SIDP) / (0.052 x TVD), atau

KMW =

– Hitung jumlah stroke pompa atau waktu untuk mengisi drill string

– Pompakan Lumpur berat. Jaga CP konstan sampai kecepatan pompa mencapai kill rate speed
yang disepakati.

– Jaga CP konstan sampai Lumpur berat mencapai pahat.

– Kemudian tandai dan jaga agar DPP konstan, sampai Lumpur berat keluar dari lubang bor.

– Stop pompa dan tutup choke.

– Baca tekanan pada drill pipe (DPP) dan pada casing (CP).

– Bila sumur sudah mati, seharusnya DPP dan CP = 0

– Periksa aliran, bila sudah mati buka BOP.

– Profil Tekanan

Driller’s Method – 2

Wait & Weight Method

Pekerjaan

1. Hitung Kill Mud Weight

KMW (ppg) = FP (psi) / (0.052 x TVD (ft), atau

KMW (ppg) = SIDP (psi) / (0.052 x TVD (ft) + OMW (ppg)


2. Hitung tekanan awal sirkulasi

ICP = SCRP + SIDP

3. Hitung tekanan akhir sirkulasi

FCP = (KMW / OMW) x SCRP

4. Hitung Surface To Bit Strokes

STB Strokes = Drill string volume (bbl) : Pump Output (bbl/str), dan/atau Surface To Bit Time =
STB Strokes / SPM

5. Buat Kill Sheet atau Pressure Reduction Schedule Plot ICP dan FCP terhadap stroke atau
waktu pada grafik Profil Tekanan

Wait & Weight Method

Contoh soal

Data sumur :

Casing 9 5/8” – 6000 ft. Pahat – 8 ½”. Lumpur 9.6 ppg

Drill pipe – 4 ½” – 16.6 lbs/ft Capacity – 0.0142 bbl/ft

Drill collar – 6 ½” x 2 ¾” – 2 jts Capacity – 0.0073 bbl/ftt

Pompa Trplex 6 ½” x 8 ½” Capacity – 0.0785 bbl/str

SCRP @ 9800 ft 50 SPM = 384 psi

Pada kedalaman 10000 ft terjadi kick.

SIDP = 780 psi SICP = 960 psi Pit Gain = 15 bbl

Perhitungan :

1. Tekanan formasi FP = 0.052 x 9.6 x 10000 + 780 = 5772 psi

KMW = 5772 / (0.052 x 10000) = 11.1 ppg

2. ICP = SIDP + SCRP = 780 + 384 = 444 psi

3. Volume drill string = volume drill pipe + volume drill collar


Volume drill string = (10000 – 630) x 0.0142 + 630 x 0.0073 = 137.653 bbl

Surface To Bit Stroke = 137.653 / 0.0785 = 1753 strokes

Surface To Bit Time = 1753 / 50 = 35 menit

4. Buat Kill Sheet

Pressure Reduction Schedule

KILL SHEET

Bit Off Bottom Principles of Well Control

Bit Off Bottom Principles of Well Control

Kondisi :

Setelah sumur ditutup, tetapi gas belum mencapai pahat

SIDP = SICP

Setelah gas mencapai pahat

SIDP tidak sama SICP

– BHP dikendalikan dengan cara membiarkan gas migrasi dan biarkan tekanan permukaan naik
sampai nilai tertentu.

Kemudian – Tahan tekanan casing konstan sambil mengeluarkan Lumpur dari annulus dengan
volume sebesar yang diperlukan untuk mengimbangi kehilangan tekanan hidrostatis akibat dari
langkah pertama.

Tetapi – Volume Lumpur yang dikeluarkan berbeda untuk lokasi gas yang berbeda (di open hole,
casing, annulus DP) dan kita tidak tahu dimana keberadaan gas.

Dan juga

– Saat gas bergerak keatas, panjang kolom gas juga berubah, dan BHP juga terpengaruh. Perlu
diingat

– Unaccounted for lengthening = Underbalance

– Unaccounted for shortening = Overbalance

Volumetric Method
Dipakai hanya bila tidak bisa sirkulasi dan gas sudah migrasi

Langkah –1

Saat gas migrasi tutup sumur dan biarkan tekanan casing (CP) naik sebesar nilai tertentu.

Catatan –1

Disarankan kenaikan sebesar 100 psi, namun sebenarnya tergantung dari panjang lubang terbuka,
bisa lebih atau kurang dari 100 psi.

Langkah –2

Gunakan choke untuk menjaga agar tekanan casing yang baru konstan, sampai sejumlah Lumpur
dikeluarkan sebesar yang diperlukan untuk mengimbangi kenaikan tekanan pada casing.

Catatan –2

Keluarkan Lumpur atau gas lewat degasser, kumpulkan cairan kedalam trip tank agar dapat
diukur volumenya. Gunakan manual choke agar lebih teliti.

Catatan –3

Jumlah Lumpur yang dikeluarkan untuk mengimbangi kenaikan tekanan dapat dihitung sebagai
berikut :

Volume (bbl) = Pressure Increase (psi) / Mud Gradient (psi/ft) x Annulus Capacity (bbl/ft)

Langkah –3

Tutup choke, kemudian langkah 1 dan 2 diulang-ulang lagi sampai gas berada diatas pahat dan
biar dikeluarkan dengan jalan sirkulasi atau gas mencapai permukaan.

Contoh soal : Volumetric method

Periksa dulu, apakah kuat bila dipakai margin 100 psi

. Bila kuat, lebih baik pakai safety margin, direkomendasikan 100 psi.

Biarkan gas migrasi dan tekanan casing naik 100 psi

Kenaikan 100 psi ini equivalent dengan 192 ft kolom Lumpur 10 ppg

dan 192 ft kolom Lumpur equivalent dengan 9.4 bbl.

No. CP BHP = HP + Gauge Kegiatan


1 6 Tunggu

2 100 5300 = 5200 + 100 Tunggu

3 200 5400 = 5200 + 200 Bleed 9.4 bbl

4 200 5300 = 5100 + 200 Tunggu

5 300 5400 = 5100 + 300 Bleed 9.4 bbl

6 300 5300 = 5000 + 300 Tunggu

7 400 5400 = 5000 + 400 Bleed 9.4 bbl

8 400 5300 = 4900 + 400 Tunggu

9 500 5400 = 4900 + 500 Bleed 7 bbl

10 500 5320 = 4800 + 500 Gas mulai keluar

Tutup choke

Langkah berikutnya adalah :

1. Gas dikeluarkan seperti pada Driller’s Method.

2. Dilakukan Top Kill ialah mengganti Lumpur ringan dengan KMW secara bertahap

Volumetric Method

Recommended Procedure

Profil tekanan pada casing sebagai berikut :

Migration

Setelah gas berada di permukaan, langkah berikutnya :

1. Keluarkan gas dengan Driller’s Method

2. Ganti Lumpur ringan dengan Lumpur berat, dengan cara Top Kill.

Top Kill Kondisi : Kick – dengan Bit Off Bottom Gas dibiarkan migrasi sampai permukaan Gas
sudah dikeluarkan dengan cara Driller’s Method Tugas sekarang : Mengganti Lumpur semula
dengan Lumpur berat Cara : Metode Top Kill – Pompakan Lumpur berat untuk mengganti
Lumpur lama sedalam posisi pahat. – Turunkan pahat sampai kedalaman tertentu. – Pompakan
Lumpur berat mengganti Lumpur lama. – Turunkan pahat lagi. – Demikian diulang-ulang sampai
pahat mencapai dasar lubang Menurunkan pahat kembali kedasar lubang 1. Bila pahat
diturunkan kembali kedasar lubang, akan mendorong Lumpur berat naik. 2. Hitung berapa tinggi
kolom Lumpur berat yang boleh dikeluarkan tanpa membuat underbalance : H = 100 psi / selisih
gradient Lumpur H = 100 psi / (0.62 – 0.50) psi/ft = 833 ft 3. Volume Lumpur berat yang
didorong keluar : V = 833 ft x 0.1254 bbl/ft = 104.5 bbl 4. Panjang pipa yang diturunkan : L =
104.5 bbl / 0.0243 bbl/ft = 4300 ft 5. Langkah diatas bisa diulang sampai pahat mencapai dasar
lubang Contoh Top Kill Perhitungan berat Lumpur Kondisi : Perhitungan : Gas sudah
dikeluarkan BHP = 0.052 x 9.6 x 10000 x 260 = 5260 psi Casing 13 3/8” x 5000 ft G (Kill
Weight) = 5260 / 10000 = 0.526 psi/ft DP – 5” – 19.5 ppf pada 3000 ft KW dengan pahat didasar
= 10.11 ppg SICP = 260 psi Buat overbalance 100 psi BHP = 5360 psi MW = 9.6 ppg 7000 ft @
9.6 ppg, maka HP = 3500 psi 13 5/8” x 5 capacity = 0.1254 bpf 3000 ft @ x ppg memberikan
5360 – 3500 psi 5” plugged displacement = 0.243 bpf = 1860 psi Fracture Press. pada sepatu
EMW 14 ppg Jadi perlu Lumpur 1860 / 3000 psi/ft atau 1860 / (0.052 x 3000) = 11.9 ppg Jadi
setelah gas keluar dan lubang bor masih berisi Lumpur 9.6 ppg. Pompakan Lumpur berat 11.9
ppg untuk mengganti Lumpur lama sedalam 3000 ft. Dengan cara Driller’s Method sirkulasi - 2.
Sumur sudah mati, periksa aliran dan buka BOP.

Lubricate & Bleed Catatan : 1. Tidak untuk dipakai bila open hole panjang, tanpa ijin Drilling
Superintendent. 2. Bisa dilakukan bila gas sudah berada dipermukaan dan tidak ada pipa. Bila
ada pipa lebih baik disirkulasikan, bila mungkin. Prosedur : 1. Baca dan catat tekanan casing
(CP) 2. Pompakan x bbl Lumpur kedalam lubang. Amati tekanan casing. Stop pemompaan saat
tekanan casing naik 100 psi, meskipun belum semua x bbl Lumpur telah masuk. 3. Stop pompa.
Baca tekanan casing. 4. Buka choke hingga tekanan berkurang 100 psi dari langkah (1) bila x bbl
Lumpur bisa masuk. Bila belum semua masuk, kurangi 100 psi dari langkah (3) ditambah dengan
tekanan hidrostatis sebesar volume Lumpur yang masuk. 5. Ulangi langkah (1) sampai (4)
sampai semua gas keluar dari sumur. Contoh Soal Lubricate & Bleed MW = 10 ppg. Casing : 9
5/8” – 47 ppf. Tekanan casing CP = 500 psi Lumpur yang keluar = 100 psi / 0.052 psi/ft = 192 ftt
atau = 192 ft x 0.0732 bbl/ft = 14 bbl Pompakan 14 bbl Lumpur, stop pompa. Tekanan casing CP
= 590 psi Bleed tekanan sampai 400 psi. pompakan lagi 14 bbl Lumpur. Ternyata tekanan naik
menjadi 500 psi saat baru 8 bbl Lumpur yang masuk. Bleed CP sampai (400 tekanan hidrostatis
equivalent 8 bbl). 8 bbl adalah 8 bbl / 0.0732 bbl/ft = 109 atau 109 ft x 0.52 psi/ft = 57 psi Jadi
bleed tekanan casing sampai (400 psi – 57 psi) = 343 psi Ulangi langkah diatas sampai semua
gas keluar.

BULLHEADING / DEADHEADING Teknik ini dipakai untuk untuk mematikan sumur pada
pekerjaan kerja ulang (workover) pada suatu daerah. Teknik ini sangat bermanfaat untuk
menanggulangi well kick H2S. Pada operasi tindakan perbaikan (remedial operation),
bullheading mempunyai limitasi dalam aplikasinya, karena beberapa problem diantaranya: –
Fluida formasi yang mempunyai viskositas tinggi (high viscosity). – Tekanan bursting pada
casing dan tubing harus diketahui dan tidak melebihi limitasinya. – Problem migrasi gas yang
serius. – Permeabilitas reservoir rendah. Prosedur Bullheading: 1. Dengan menutup sumur,
tentukan tekanan tubing. 2. Persiapkan grafik kasar menggunakan stroke versus tekanan pompa.
Dimulai dengan o stroke dan SITP pada ujung dari grafik. Rencanakan rate pompa dan hati-hati
tidak boleh melebihi tekanan maksimum.Jika fluida diinjeksikan ke formasi, tambahkan tekanan
hidrostatis yang dipompakan dengan fluida killing lebih rendah dari tekanan tubing. Catat
tekanan actual atau interval stroke sampai tubing terakhir/pahat. 3. Ketika fluida killing mulai
memasuki formasi, tekanan akan meningkat terlihat pada pompa. Stop pompa, Sedikit melebihi
displacement yang telah direncanakan. Tutup sumur dan monitor. Jika tekanan masih terlihat dan
migrasi gas sangat cepat dari pemompaan atau densitas fluida killing tidak cukup, maka metoda
lubricate & bleed atau metoda sirkulasi balik dapat digunakan. Stripping & Snubbing Kegiatan :
Menurunkan pipa kembali kedasar lubang sumur BOP tertutup dan sumur bertekanan Kapan ?
Sering dilakukan saat drilling, completion workover Pengertian : Stripping : Berat pipa melebihi
gaya dorong keatas yang ditimbulkan oleh tekanan sumur Snubbing : Berat pipa lebih rendah
dari gaya keatas dari tekanan sumur Prinsip Well Control : Maintain Constant Bottom Hole
Pressure. Stripping Guidelines : – Hitung displacement closed end – Volume balance : volume
pipa masuk = volume fluida keluar – Volume fluida harus diukur teliti – Buka choke pakai
manual, bukan hydraulic choke – Casing Pressure akan berubah, naik bila pipa masuk kedalam
cairan yang ringan di annulus karena kehilangan tekanan hidrostatis – Bila stripping dengan
annular preventer atur tekanan agar bocor sedikit untuk pelumasan. Fluida yang keluar juga
harus dihitung – Drillpipe dengan rubbes tidak boleh stripping lewat annular preventer – Bila
stripping dengan dua set pipe ram ada side outlet diantara dua ram untuk menyamakan tekanan
Prosedur Stripping Prosedur tergantung situasi dan peralatan yang ada. Guideline sebagai berikut
: – Pasang FOSV pada drillpipe, kemudian tutup FOSV – Pasang Back Pressure valve diatas
safety valve, lalu buka safety valve – Buka HCR valve kemudian buka choke – Tutup annular
preventer (atur posisi TJ agar pipe ram bias ditutup) – Tutup choke – Catat dan monitor drillpipe
dan casing pressure Untuk mencatat DPP, pasang Kelly dan pompakan sedikit Lumpur – Catatan
: Atur regulator agar annular preventer bocor sedikit, dan bocoran Lumpur juga dapat dihitung
Bila CP mencapai 1500 psi. pakai pipe ram untuk stripping Bila berat pipa tidak cukup, terpaksa
snubbing – Start turunkan pipa sambil bleeding Lumpur lewat manual choke – Casing pressure
tidak harus konstan – CP akan naik bila pipa masuk kolom gas – Bila pipa sudah didasar,
keluarkan gas dengan Constant Bottom Pressure Rekomendasi : Surface Pressure Panjang pipa
Metoda 100 psi atau kurang ----- Annular Preventer 1000 – 1500 psi 1000 ft Annular Preventer
lebih 1000 ft Preventer combination 1500 psi atau lebih ----- Preventer combination (A – R atau r
– R) Lain-lain : – Accumulator bank harus selalu terisi penuh, pisah dari pompa – Pakai pompa
khusus untuk operasi buka dan tutup preventer – Closing manifold harus bebas dari check valve
– Bottom ram hanya sebagai master valve dan untuk emergency – Tidak boleh menggunakan
tekanan sumur untuk menyamakan tekanan

WELL KICK DAN PENANGGULANGANNYA

Well Kick adalah peristiwa masuknya fluida formasi ke dalam lubang sumur selama kegiatan
Drilling yang disebabkan karena tekanan formasi lebih tinggi dari pada tekanan hidrostatik Mud.
Apabila Well Kick tidak terkendali maka akan menyebabkan Blow Out. Adapun tanda-tanda
terjadinya Well Kick adalah  :
                     ROP tiba-tiba naik.
                     Trend background gas berubah naik.
                     Volume di tangki Drilling Mud naik.
                     Di flow line, temperatur naik dan berat jenis Drilling Mud turun.
                     Tekanan pompa untuk sirkulasi turun dengan kecepatan pompa naik.
                     Beban pada Drill Bit turun dan putaran naik
                     Adanya gelembung-gelembung gas pada Drilling Mud
                     Shale density relatif turun.
                     Gas Cut Mud dan Connection Gas meningkat.

Untuk penanggulangan Well Kick harus segera dilakukan Well Control. Ada beberapa metode
well control yang dikenal antara lain :
                     Driller’s Method
                     Wait & Weight (Engineer) Method
                     Concurrent Method

           Volumetric Method, dilakukan bila Drill String tidak di dasar lubang dan tidak mungkin dilakukan
Stripping.

PENANGGULANGAN WELL KICK

1.                  PROSEDUR TUTUP SUMUR


1.                   Lakukan prosedur penutupan sumur sebagai berikut :

Soft Close Saat Bor Soft Close Saat Tripping


1.     Posisikan tool joint di atas rotary 1.     Posisikan tool joint di atas rotary
table table
2.     Stop Pompa, Cek Aliran 2.     Stop Pompa, Cek Aliran
3.     Buka HCR pada Choke Line 3.     Pasang DP Safety Valve (FOSV
4.     Tutup BOP utamakan Annular atau Inside BOP)
5.     Tutup Choke perlahan-lahan 4.     Tutup Safety Valve (jika pakai
FOSV)
5.     Buka HCR pada Choke Line
6.     Tutup BOP utamakan Annular
7.     Tutup Choke perlahan-lahan

2.                   Catat data berikut :


         SIDPP (Shut-in DP Pressure) dalam satuan psi, bila SIDP tidak dapat terbaca dikarenakan
rangkaian pipa bor menggunakan DP Float, maka pembacaan SIDP dilakukan dengan cara
menjalankan pompa secara perlahan sambal amati perubahan di casing pressure. Perbedaan
(selisih) tekanan tersebut yang dicatat sebagai SIDP. Untuk sumur HPHT, DP Float
menggunakan tipe flapper dan ported.

         SICP (Shut-in Casing Pressure) dalam satuan psi


         Pit Gain dalam satuan bbl

3.                   Masukkan ke dalam Kill Sheet  dan lakukan perhitungan untuk killing well sesuai metode yang
dipilih.
4.                   Kondisi ideal penanggulangan Well Kick adalah posisi Drill Bit sedekat mungkin dengan dasar
lubang.

INSIDE BOP
FULL OPENING SAFETY VALVE

1.                  PROSEDUR MEMATIKAN SUMUR


Pada prinsipnya terdapat 2 cara mematikan sumur yaitu dengan cara
                     Sirkulasi terdiri dari Driller Method, Wait & Weigth Method, Concurrent Method
                     Tanpa sirkulasi terdiri dari Volumetric Method, Bleed & Lubricate Method, Bullheading
method.

2.1                 Driller’s Method

1.                   Sirkulasi keluarkan Drilling Mud yang terkontaminasi oleh fluida dari formasi dengan
menggunakan lumpur lama dan cara berikut :
         Tentukan Slow Pump Rate pompa (biasanya : ± 1/3 – ½ dari kecepatan pompa pada waktu
membor atau 30 SPM). Jalankan pompa, dan pada saat itu pula mulai atur “Adjustable Choke”.
         Atur Choke (jepitan) sehingga diperoleh SICP konstan, hingga Drilling Mud yang dipompa
sampai di Drill Bit. Pada saat itu catat tekanan pada stand  pipe (psi) dan manometer pompa.
         Atur Adjustable Choke, usahakan SPP tetap, sampai cairan/ Drilling Mud yang keluar bebas
dari cairan formasi. Perhatikan dengan teliti, kecepatan pompa tetap.
         Jika seluruh fluida dan gas dari formasi sudah disirkulasi keluar (sudah tidak ada dalam
Drilling Mud), hentikan pompa dan tutup Choke. Catat SIDPP & SICP.
           SIDPP harus sama dengan SICP. Jika belum sama, ulangi sirkulasi dan langkah-langkah seperti
diatas sampai SIDPP = SICP = 0.

2.                   Sirkulasi Kill Mud Weight dengan langkah-langkah sebagai berikut :


            Pompakan Drilling Mud baru dengan kecepatan tertentu (seperti pada point 1) dan atur
Adjustable Choke.
            Atur Adjustable Choke, agar Casing Pressure tetap (seperti SICP pada point 1) sampai Drilling
Mud baru (KMW) mencapai Drill Bit.
            Catat tekanan pada Stand pipe, ketika KMW sampai pada Drill Bit.
            Lanjutkan sirkulasi hingga KMW sampai di permukaan dengan menjagaStand Pipe Pressure
sebesar tekanan saat KMW sampai di Drill Bit.
            Stop pompa dan tutup Choke dengan rapat. Jika tekanan pada Stand Pipe dan Casing
menunjukkan angka nol, berarti sumur sudah mati. Jika pressure gauge pada stand pipe dan
Casing masih menunjukkan adanya tekanan, ulangi langkah-langkah seperti di atas.

2.2           Wait & Weight Method (Engineer)

Perhatikan grafik SIDPP, masukkan ICP pada garis vertikal kiri dan FCP di garis vertikal
kanan.Tarik garis lurus dari titik ICP ke titik FCP. Tentukan tekanan antara ICP dan FCP, yaitu
dengan membagi selisih ICP dan FCP menjadi beberapa bagian seperti tersedia dalam grafik.
Hitung SBS (Surface to Bit Stroke), masukkan hasilnya dalam tempat yang disediakan.
Masukkan angka nol di garis vertikal kiri dan angka SBS di garis vertikal kanan. Hitung waktu
yang digunakan untuk memompakan dari Surface to Bit (SBS) dan letakkan di garis vertikal
sebelah kanan. Masukkan hasil dalam tempat yang telah disediakan ke angka nol di garis vertikal
sebelah kiri. Dengan berpedoman pada tekanan, jumlah stroke dan waktu yang tercantum dalam
grafik, Choke diatur sesuai harga tersebut selama pemompaan KMW  dalam drill sting.

2.3             Concurrent Method

Prinsip dasar dari metoda ini adalah memompakan Drilling Mud dengan menaikkan berat jenis Drilling
Mud secara bertahap sambil menjaga tekanan dasar sumur konstan.

A.                  Panduan Umum


1.       Metode ini tergolong yang paling rumit dalam mengatasi Well Kick dan merupakan
gabungan dari Driller’s Method dan Engineer’s Method, dimana operasi Killing Well dapat
dimulai segera prosedur Shut-in Well.
2.       Metode ini tidak menunggu sampai selesai dibuatnya Kill Mud Weight tapi dipompakan
secara bertahap sampai dicapainya Kill Mud Weight.
3.       Kelemahan dari metode ini adalah bahwa Drill Pipe terisi dengan Mud Weight Drilling Mud
yang berbeda-beda yang membuat perhitungan tekanan hidrostatik dasar sumur menjadi sulit.
4.       Asalkan ada pengawasan yang memadai dan komunikasi, dan metode yang benar-benar
dipahami, ini bisa menjadi cara yang sangat efektif untuk mematikan sumur.
5.       Gambar 25.4. dibawah menunjukkan penyimpangan dalam tekanan Drill Pipe dengan
volume Kill Mud Weight yang disebabkan oleh Mud Wight yang berbeda.
6.       Total stroke pompa di-plot pada grafik tekanan Drill Pipe untuk setiap kenaikan Mud
Weight.

B.                  Langkah Kerja


1.       Setelah sumur ditutup, hitung ICP, Kill Mud Weight dan FCP.
2.       Amati penurunan tekanan di Drill Pipe terhadap kenaikan Mud Weight. Hal ini lebih mudah
dari pada harus memperhatikan Stroke pompa.
3.       Sirkulasi dengan menjaga tekanan casing konstan sampai tercapai Kill Rate Pressure (Slow
Pump Rate).
4.       Setiap kenaikan Mud Weight diikuti dengan penurunan tekanan di Drill Pipe
dengan mengatur Choke.
5.       Pola tekanan pada Casing akan seperti pada Gambar 25.5. Selama killing well dengan
Concurrent Method.
6.       Ketika Kill Mud sampai permukaan, sumur seharusnya sudah mati.
                           Pola Penyimpangan Tekanan Drill Pipe Pada Concurrent Method

Pola Tekanan Casing pada Concurrent Method


2.4           Volumetric Method
Metode ini umumnya dilakukan apabila tidak bisa melakukan sirkulasi di dalam sumur dengan cara
sebagai berikut :
         Catat SICP dari waktu ke waktu (akan naik kalau gas Well Kick)
         Pompakan Drilling Mud ke sumur sampai tekanan naik dekat dengan tekanan   casing
maksimum yang diizinkan
         Biarkan tekanan casing naik 50 psi.
         Perlahan-lahan lepaskan tekanan casing 50 psi kembali ke tekanan semula dan ukur jumlah
fluida yang keluar dari casing tadi.
         Ulangi langkah 3) dan 4) sampai tekanan gas keluar dari sumur.

2.1                Bleed And Lubricate Method


Metode Bleed and lubricate seringkali kelanjutan dari Metode Volumetrik, dan digunakan ketika
fluida kick sampai ke permukaan. Metode ini dilakukan dengan menggantikan influx di
permukaan dengan lumpur berat (kill mud).

A. Panduan Umum
1.       Metode ini dilakukan ketika tidak ada rangkaian di dalam sumur atau rangkaian pahat jauh
dari dasar sumur.
2.       Metode ini dapat dilakukan ketika influx kick sudah sampai di permukaan.
3.       Metode ini tidak membutuhkan rangkaian turun kebawah (stripping in).

 B. Proseudur Operasi


Dalam metode ini, fluida dipompakan kedalam sumur dan jatuh secara  gravitasi melalui
annulus. Waktu yang cukup dibutuhkan agar fluida dapat membangun tekanan hidrostatik. Catat
SICP dan Hitung berat jenis influx kick (ppg). Hitung kapasitas lubang (bbl/ft). Untuk setiap
barrel lumpur yang dipompakan pada proses lubrikasi, hitung volume lumpur yang di bleed off/
diablas berdasarkan perbedaan tekanan/ differential pressure (psi/bbl). Lakukan berulang hingga
sumur mati.

Prosedur Metode Bleed and Lubricate


2.1               Bullhead Method
Metode ini dilakukan dengan cara menekan kembali influx kedalam formasi tanpa merusak formasi.

                                             A.  Panduan Umum

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika pemilihan metode bullhead :


1.       Volume kick terlalu besar sehingga sulit untuk mengontrolnya ketika sampai di permukaan.
2.       Ketika ada kemungkinan melebihi tekanan permukaan dan volume gas di permukaan pada
saat metode konvensional (drillers’ method, wait and weight and volumetric) dilakukan.
3.       Ketika tidak ada pipa didalam lubang sumur pada saat ada influx.
4.       Influx mengandung H2S ≥ 10 ppm, dapat membahayakan keselamatan personil rig.
5.       Ketika tidak ada cara lain bagi rangkaian masuk lebih dalam untuk mematikan sumur.

                                        B. Prosedur Pelaksanaan

1.       Tentukan batas maksimal tekanan dari peralatan permukaan.


2.       Hitung Maximum Allowable Surface Pressure (MASP), jangan sampai membuat formasi
pecah selama pelaksanaan bullhead.
3.       Siapkan chart tekanan bullheading yang menggambarkan stroke pompa vs tekanan pompa.
4.       Pastikan line up sudah benar.
5.       Jalankan pompa ke SPR untuk antisipasi limitasi tekanan permukaan.
6.       Perlahan naikkan rate pompa ke rate pompa yang direncanakan.
7.       Perhatikan tekanan tubing dan casing untuk memastikan tekanan tidak melebihi limitasi
tekanan peralatan selama tahapan operasi bullheading berlangsung.
8.       Turunkan rate pompa ketika killing fluid mendekati kedalaman reservoir, akan terlihat
tekanan permukaan turun sejalan dengan waktu ketika pemompaan kill mud ke dalam sumur
karena kill mud akan meningkatkan tekanan hidrostatik.
9.       Amati kenaikan tekanan ketika kill mud masuk kedalam formasi.
10.   Matikan pompa dan tutup sumur.
11.   Monitor tekanan, ablas tekanan yang terjebak bilamana diperlukan.

Bullheading Method Pressure Chart


Tujuan utama pemboran adalah membuat lubang dan mencapai zona reservoir dengan aman, cepat,
dan ekonomis. Pada saat pemboran berlangsng tekanan yang dihasilkan formasi sangatlah besar. Oleh
karena itu salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan dalam operasi pemboran dalam
menjaga serta menanggulangi operasi pemboran agar dapat terjaga dengan aman dari tekanan formasi
yang besar dan kemungkinan terjadinya well kick adalah well control. Well Kick adalah, masuknya fluida
formasi kedalam lubang bor, yang diakibatkan oleh tekanan formasi > dari tekanan hidrostatis lumpur
pemboran, yang masih dapat dikontrol. Jika well kick tidak dapat ditangani dapat mengakibatkan
blowout. Blowout adalah masuknya fluida formasi kedalam lubang bor (well kick) yang tidak dapat
tanggulangi. Dalam dewasa ini terdapat beberapa metode well control salah satunya adalah metode
wait and weight, yang mempunyai tujuan yaitu mensirkulasikan influx keluar dari dalam lubang bor
sambil menggantikan lumpur lama dengan kill mud weight. Simulasi penanggulangan well kick dilakukan
meggunakan metode wait and weight. Well kick terjadi saat trayek lubang 8.5”, dengan posisi bit saat
menembus lapisan Kujung yakni bit on bottom. Lapisan kujung terdiri dari batugamping, disisipi batu
lanau dan lempung. Kick terjadi pada kedalaman TVD dan MD 7750 ft, WOB 20KLbs, 100 RPM dan 80
SPM. Selanjutnya dilakukan tutup sumur dengan soft shut in, lalu record SIDP dan SICP, pada BHA trayek
lubang 8.5” terdapat float valve pada bit sub, maka lakukan pemompaan sebesar 5 spm, catat kenaikan
harga pada Stand Pipe Pressure didapatkan SIDP 400 psi, SICP 420 psi dan pit gain 0.9 bbl. Selanjutnya
dilakukan perhitungan mematikan kick pada IWCF Kill Sheet yang dapat dilihat pada lampiran 2, dan
lakukan prosedur killing well sesuai dengan SOP, menggunakan metode wait and weight dan
pengontrolan tekanan sesuai dengan pressure chart pada IWCF Kill sheet

WELL CONTROL

A. WELL KICK

Well kick adalah suatu kejadian dimana cairan formasi masuk ke lobang bor. Jika well kick tidak segera
ditangani secara benar akan mengakibatkan semburan liar ( blow out ).
SEBAB-SEBAB TERJADINYA WELL KICK
1. Lumpur pemboran terlalu ringan
Dalam hal ini tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil dengan dari tekanan formasi.
2. Swabing effect 
Terjadi efek penyedotan ( piston effect )  pada waktu cabut pipa/pahat. Hal tersebut dikarenakan lumpur
terlalu kental, gel streng terlalu tinggi atau pencabutan terlalu cepat.
3. Hilang Lumpur
Hilang  lumpur  adakalanya  terlalu  besar  ( bahkan  loss  total /  tak  ada  aliran  balik ). Sehingga
permukaan lumpur dalam lobang bor turun yang selanjutnya mengakibatkan tekanan  hidrostatis lumpur
turun menjadi lebih kecil dari tekanan formasi.  Hilang lumpur  yang  besar  kemugkinan diakibatkan oleh
porositas formasi yang besar, formasi bergua (cavernous) atau retakan retakan yang lebar pada formasi.
4. Abnormal Pressure
Formasi bertekanan tinggi sehingga tekanan formasi melebihi tekanan hidrostatis lumpur.

GEJALA TERJADINYA WELL KICK 


Pada umumnya  well kick terjadi selalu diikuti dengan gejala-gejala kenampakan di permukaan atau
tampak pada peralatan kontrol. Gejala tersebut dapat terjadi satu persatu atau beberapa gejala tampak
bersamaan.
1. Kecepatan laju pemboran ( ROP )
Kecepatan laju pemboran dapat tiba-tiba naik/cepat ( drilling break ). Hal ini terjadi bila bor menembus
formasi lunak. Tapi dapat juga karena formasi porous  bertekanan tinggi.  Sehingga tekanan  formasi
lebih tinggi dari tekanan hidrostatis lumpur. Mengakibatkan cairan formasi masuk lubang bor. 
2. Hilang Lumpur ( loss circulation )
Hilang lumpur adakalanya terlalu besar ( bahkan loss total / tak ada aliran balik ). Sehingga permukaan
lumpur dalam lobang bor turun yang selanjutnya mengakibatkan tekanan  hidrostatis lumpur turun
menjadi lebih kecil dari tekanan formasi.  Sehingga hilang lumpur  yang  besar dapat dikategorikan
sebagai salah satu gejala well kick. Walaupun tidak setiap hilang lumpur bisa menyebabkan well kick.
3. Gas Cut Mud
Adanya gas yang terjebak dalam lumpur yang dapat menyebabkan penurunan densitas lumpur. Hal ini
menandakan adanya gas kick.
4. Water Cut Mud
Adanya influx fluida formasi berupa air asin ke dalam lubang bor. Hal ini dapat ditandai dengan kenaikan
kandungan ion Chlor dalam lumpur.
5. Aliran balik
Terjadi aliran balik ( flowing ) walaupun pompa dalam keadaan berhenti. 
6. Volume lumpur pada saat Cabut Masuk pahat
Perhitungan volume lumpur pada waktu cabut masuk pahat, menunjukkan gejala gain.  

B. KILLING WELL 

Jika terjadi kick, maka akan segera tutup sumur ( shut In Well )  pengamatan SIDP dan SICP
serta menyiapkan kill sheet untuk pencatatan data-data killing well .Pembacaan SIDP tidak dapat
dilakukan bila pada pipa bor ada katup balik atau float sub. Maka pembacaan dapat dilakukan
dengan cara :
1. Pompakan sedikit lumpur dalam pipa bor, dengan harapan tekanan lumpur dapat membuka float
valve,Choke dibuka sedikit. Pada saaat float valve terbuka akan ada lonjakan tekanan pada standpipe
manifold ( stand pipe press ) yang sama dengan SIDP.
2. Pemompaan singkat dengan kondisi tekanan pada casing constan ( SICP), dan kecepatan pompa sama
pada saat dilakukan SPR ( Slow Pump Rate ), Maka   SPP = Press SPR +  SIDP 
                                                                    SIDP = SPP + Press SPR

KILL SHEET
WELL           :                                                                                                     TGL              :
LOC             : 

Measure depth -------------  ft                  Original Mud weight -------- ppg


TVD  ----------------------  ft 
Kill Rate press (SPR pump #1) ------------ psi  @ --------------- SPM
Kill Rate press (SPR pump #2) ------------ psi  @ --------------- SPM
Kill Rate press (SPR pump #3) ------------ psi  @ --------------- SPM

Kick Data
SIDPP --------------------   psi                Pit Gain ------------------    bbls
SICP ----------------------   psi

Drill String Volume


DP capacity  = ---------------bbls/ft x ---------------length DP ft     = ------------------  bbls
HWDO cap =                        bbls/ft x ---------------length HWDP = ------------------  bbls
DC cap        = ---------------bbls x -----------------length DC       = ------------------  bbls

Annulus Volume
DC --  OH capacity  ---------------------- bbls/ft  x  Length  = --------------------------Bbls
HHWDP -- OH capacity ------------------bbls/ft  x   Length = -------------------------- Bbls
DP -- OH capacity ------------------------bbls/ft  x   Length = ---------------------------Bbls
DP -- CSG capacity -----------------------bbls/ft  x   Length = ---------------------------Bbls

Total Annulus volume -------------------------------------Bbls


Total Annulus open hole volume --------------------------Bbls

Pump Data
Pump out put #1  ---------------------bbls/stroke @  ------------------% efficiency
Pump out put #2  ---------------------bbls/stroke @  ------------------% efficiency
Pump out put #3  ---------------------bbls/stroke @  ------------------% efficiency

Surface to bit Stroke


Drill string volume ------------bbls -:- pump out put -------------bbls/strk = -------------- Stroke

Bit to Surface Stroke


Annulus volume --------------bbls -:- pump out put --------------bbls/strk = ------------- Stroke

Bit to Casing shoe


Tot Ann open hole -----------bbls -:- pump out put --------------bbls/strk = --------------Stroke
Maximun Allowable Mud Weight From LOT
Leak Off Test  -------------psi, Mud Weight used -----------ppg
Casing point @ ------------ft (TVD)
Max allowable MW = ( LOT press ----psi  -:- 0.052 -:-  Csg shoe set ----ft TVD )  + MW used
---ppg

Maximun Allowable Shut In Casing pressure


Max allowable SICP (psi)  =  (Max allowable MW  -  MW used drill ) x 0.052 x csg shoe ft TVD

Kill Mud Weight ( KMW )


( SIDP -----------psi  -:-  0.052 -:-  Depth TVD --------ft  )  +  OMW ---------ppg  = ---------ppg

Inicial Circulating Pressure ( ICP )


SIDP ------------------psi + SPR ------------------psi  = ---------------------  psi

Final Circulating Pressure  ( FCP )


(KMW -----------ppg x KRP -----------psi )  -:-  OMW  --------ppg  =  ------------psi

Used to Calculate Press drop versus Stroke as KILL MUD is pumped to the BIT. There is 2 ways
this can be done :
FIXED STROKE INTERVAL  OR  FIXED PRESSURE INTERVAL

Fixed Stroke Interval


Psi drop per stroke =  (  ICP -------psi - FCP --------psi  )  -:-  surface to bit stroke  = 
-------psi/strk
Psi drop/100 stroke =  Psi drop /stroke  x  100 ------------------------psi/100strk

Fixed Pressure Interval


Stroke per psi drop = Surface to bit ------------stroke  -:-  ( ICP--------psi  -  FCP---------psi )
Strokes/50 psi drop = Stroke/psi drop x  50

Trip Margin
Approximate Mug weight value to be added after Killing a Kick.
Trip Margin :  Yp x 0.085 / ( Dh - Dp )
Yp : Yeld Point
Dh : Dia Hole ( inch)
Dp : Dia Pipe ( inch)

C. KICK ANALYSIS

- Formation Pressure (FP) pada kondisi Shut In Well dan Kick 


FP psi = SIDP --- psi  +  ( MW --- ppg x 0.052 x Depth --- ft TVD)

Contoh :   Shut In Drill Pipe  = 500 psi                       MW in drill pipe    = 9.6 ppg
               Hole Depth           = 10000 ft TVD
FP = 500 psi + ( 9.6 x 0.052 x 10000 ft )
     = 500 + 4992 psi  =  5492 psi

- Bottom Hole Pressure (BHP) pada kondisi Shut In Well dan Kick
FP psi = SIDP ----- psi  +  ( MW --- ppg x 0.052 x Depth --- ft TVD)
( sama dengan Formation pressure )

- Tinggi Influx ( Gain )


Tinggi Influx  ft =  Pit gain -- bbls  -:-  annular capacity --- bbls/ft

- Estimasi Tipe Influx


Influx weight  ( ppg )  =  MW  ppg  -  (  ( SICP psi -  SIDP  psi )  )
                                                            ( tinggi influx --ft x 0.052 )

Jika influx weight    1 -- 3  ppg = gas kick


                             4 -- 6  ppg = oil kick atau kombinasi dengan gas
                             7 -- 9  ppg = Salt water kick

Hydraostatic Press ( HP ) Decrease Cause by Gas Cut Mud


Metode #1
HP decrease = 100 x ( MW un cut mud  ppg -  MW gas cut mud  ppg )
                                              MW gas cut mud  ppg

Metode #2 :
HP decrease =  ( Mud press grad  psi/ft  -:-  Ann vol cap  bbls/ft ) x pit gain  bbls

Anda mungkin juga menyukai