Yudop Purwanidata - 3211013 - Nonfull-1
Yudop Purwanidata - 3211013 - Nonfull-1
SKRIPSI
PUSTAK Y
YANI
A.
NDERAL
Disusun Oleh:
Yudop Purwadinata
3211013
tag
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Yudop Purwadinata
Aagai
oPe
3211013
A
bn
AN KAR Satu
K A YANIYOGY
Telah Dipertahankan sehatan
di Depan Je guji dan D
Untuk Men Dewan Pen iterima S
Syarat elar Sarjana eb
dapatkan G
Di Sekolah Tin nderal Ach KeperawaY
U T
A A.
ggi Il
e mad Yani Salah
ERP
P SN ER L ................
I:0
ggal : .......
M
mu K
I
Penguji Tan mbing I
i
E JE A
Pembi
S TIKS
Tetra Saktika A, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB Miftafu Darussalam, M.Kep., Sp. Kep.MB
NIDN : 0523108302 NIDN :0519078405
Mengesahkan,
a.n Ketua Stikes Jenderal Ac hmad Yan i Yogyakart
Ketua Progra m Studi Ilmu Keperawatan (S1)
RTA
YANI
A.
JENDERAL
5
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas
segala rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Panti Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta dan Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha Unit Budhi Luhur
Yogyakarta” dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti telah banyak mendapat arahan,
bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan
hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kuswanto Hardjo, dr. M.Kes selaku Ketua Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta.
2. Tetra Saktika A, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB, selaku Keprodi Keperawatan Stikes
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
3. Miftafu Darussalam, M.Kep., Sp. Kep.MB, selaku Dosen Pembimbing I atas
bimbingan, saran dan diskusinya.
4. Muhamat Nofiyanto, M.Kep., selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan,
saran dan diskusinya.
5. Segenap staff pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta.
6. Rekan-rekan mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Angkatan 2009 terima
kasih atas dukungan dan sarannya.
7. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Tuhan
Yang Maha Pengasih memberikan balasan yang berlipat ganda dan meyertai
kita semua.
Mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan. Untuk perbaikan karya selanjutnya penulis sangat mengharapkan
kritikan yang membangun dari semua pihak.
Penyusun
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL......................................................................................i
HALAMAN JUDUL.........................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.................................................iv
PRAKATA.........................................................................................................v
DAFTAR ISI......................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xii
INTISARI...........................................................................................................xii
ABSTRACT.......................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................8
C. Tujuan Penelitian.............................................................................8
D. Manfaat Penelitian...........................................................................9
E. Keaslian Penelitian...........................................................................9
vi
7
vii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................59
A. Hasil Penelitian................................................................................59
B. Pembahasan 66
C. Keterbatasan penelitian....................................................................73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Tekanan Darah .......................................................... 27
Tabel 3.1. Definisi Operasional………………………………………….... 50
Tabel 4.1. Kegiatan lansia di PSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur ............. 62
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Lansia Dengan Hipertensi.... 63
Tabel 4.3. Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Sebelum
Dilakukan Terapi Bekam Kering ................................................ 63
Tabel 4.4. Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Setelah
Dilakukan Terapi Bekam Kering ................................................ 64
Tabel 4.5. Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
Sebelum dan Setelah Dilakukan Terapi Bekam Kering.............. 64
Tabel 4.6. Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Sebelum dan Sesudah Bekam Kering ......................................... 65
Tabel 4.7. Hasil Uji Hipotesis Non Parametrik Wilcoxon............................ 65
ix
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Peta Titik Bekam .................................................................... 22
Gambar 2.2. Peta Titik Bekam Penderita Hipertensi .................................. 23
Gambar 2.3. Kerangka Teori ....................................................................... 46
Gambar 2.4. Kerangka Konsep…………………………………………… 47
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
12
INTISARI
Latar Belakang: Hipertensi menjadi penyebab terjadinya penyakit jantung (gagal
jantung, kematian mendadak, kardiomiopati) dan ritmia. Terapi non farmakologis
yang bisa digunakan sebagai komplementari terapi, salah satunya terapi bekam
kering.
Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh terapi bekam kering terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Wredha Budhi
Dharma Yogyakarta dan Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha Unit Budhi Luhur
Yogyakarta.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental
dengan rancangan pre-post test dalam satu kelompok (one group pre-post test
design). Tindakan bekam menggunakan cup bekam di tujuh titik yaitu satu titik al-
kaahil, dua titik al-katifain, dua titik di belakang scapula bawah dextra dan sinistra
dua titik di pinggang belakang. Tindakan dilakukan dengan perlakuan empat hari
sekali sebanyak 3x perlakuan. Populasi pada penelitian ini adalah semua lansia
yang didiagnosa hipertensi berjumlah 31 orang. Teknik sampling yang digunakan
adalah total sampling. Analisa data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil Penelitian:
Tekanan darah sistolik setelah dilakukan terapi bekam kering median 120 mmHg.
Tekanan darah diastolik setelah dilakukan terapi bekam kering median 75 mmHg.
Perubahan tekanan darah sistolik setelah dilakukan terapi bekam kering, selisih
maksimum 30 mmHg dan selisih minimum 10 mmHg. Perubahan tekanan darah
diastolik setelah dilakukan terapi bekam kering, selisih maksimum 60 mmHg dan
selisih minimum 30 mmHg.
Kesimpulan: Terapi bekam kering dapat menurunkan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil
dari 0,025.
1
Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3
Dosen Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xii
13
ABSTRACT
1
S1 Nursing Students STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Lecturer STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3
Lecturer STIKES Jemderal Achmad Yani Yogyakarta
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup (UHH)
penduduk dari suatu negara (BPS, 2014). Peningkatan angka harapan hidup,
atas 60 tahun. Pada tahun 2014, jumlah penduduk lanjut usia (umur 60 tahun
angka harapan hidup, semakin kompleks penyakit yang diderita oleh orang lanjut
kardiovaskular yang paling sering ditemui pada lanjut usia adalah hipertensi.
Soedarsono dan Cyrus mengungkapkan bahwa hipertensi dimulai pada usia di atas
dari total populasi lansia (Fu, 2011). Survei yang dilakukan The National Health
hipertensi pada usia lanjut ditemukan paling banyak pada kelompok wanita. Pada
1
2
normal, karena menurut data dari World Health Organization (WHO, 2013)
hipertensi menjadi penyebab 45% kematian akibat serangan jantung dan 51%
akibat stroke diseluruh dunia. Oleh sebab itu setiap kejadian hipertensi wajib
diwaspadai.
2013).
Hipertensi berat atau menahun pada lanjut usia yang tidak diobati bisa
menimbulkan gejala sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah
(gagal jantung, kematian mendadak, kardiomiopati) dan ritmia. Penyakit lain yang
dapat timbul karena hipertensi adalah stroke, penyakit jantung koroner, aneurisma
termasuk hipertensi. Salah satu upaya dalam program ini adalah deteksi dini
kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet sehat
dengan kalori seimbang, istirahat cukup dan kelola stres. Masyarakat juga bisa
mengetahui faktor risiko, deteksi, pengobatan, dan tata kelola tanggap darurat
dengan gangguan fungsi ginjal (Gormer, 2007). Efek samping penggunaan obat
antihipertensi adalah pusing, mual dan lemas, gangguan pada lambung, serta
hipertensi jika dikonsumsi oleh lansia dapat memberikan efek samping seperti
peningkatan ekresi urin, tangan-kaki terasa dingin, sulit tidur, dan pusing.
Banyaknya masyarakat yang mengeluh dengan efek samping pada obat serta
yang bisa digunakan sebagai alternatif komplementari, salah satunya terapi bekam
(hijamaah). Ullah (2007) mengatakan bahwa bekam dapat dilakukan dengan dua
cara, yakni bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah atau Dry Cupping)
dan bekam basah (Hijamah Rothbah atau Wet Cupping). Terapi bekam di
Indonesia sudah banyak dikenal oleh masyarakat yang ditandai dengan mulai
2008).
terdapat empat aspek yang menjadi alasan masyarakat lebih memilih terapi
fisiologis yang menjadi alasan klien adalah terbebasnya dari efek sampin g obat
terapi bekam. Sedangkan alasan dari aspek spiritual adalah keyakinan dan
Bekam merupakan istilah yang dikenal dalam bahasa Melayu, bahasa Arab
sedangkan orang Indonesia mengenalnya sebagai cantuk atau kop. Terapi bekam
diyakini oleh masyarakat Islam di Indonesia sebagai metode yang dianjurkan oleh
melancarkan peredaran darah sehingga tekanan darah menjadi normal. Jika nitrit
oksida tidak normal dapat menyebabkan gangguan tubuh yang disebabkan karena
terapi bekam selama 2 minggu sebanyak 2 kali, terjadi penurunan tekanan darah
yang signifikan dari tekanan darah sebelum diberi terapi bekam yaitu 166/96,67
penyakit yang berhasil diobati dengan bekam. Hasil studi tersebut menghasilkan
kesimpulan bahwa berbekam adalah salah satu terapi pengobatan yang dianjurkan
Jika pembekaman dilakukan pada titik-titik yang telah ditentukan dan sesuai
prosedur tidak akan menimbulkan kontra indikasi (Sharaf, 2012). Penelitian yang
dilakukan Anees (2015) menjelaskan bahwa dalam kasus tekanan darah tinggi,
sehingga mengurangi tekanan darah, zat nitrit oksida (NO) berperan dalam
tradisional yang telah diakui oleh undang-undang sebagai salah satu bentuk
dampak negatif yang selanjutnya dapat memberikan dampak yang buruk pada
menimbulkan efek samping. Efek samping bekam adalah kodisi tubuh menjadi
lemah (kalau terlalu sering dibekam sehingga kekurangan darah), tertular penyakit
(kalau gelas bekam tidak steril) dan meninggalkan bekas (El-Firdan, 2011).
efek samping yang paling umum langsung adalah sakit kepala, pusing, merasa
Hal ini sesuai dengan penelitian Amira (2007) menyatakan bahwa sebagian
kealamiahan terapi, dan tidak adanya efek samping dari terapi tersebut. Hal serupa
menghindari efek samping adalah salah satu alasan penggunaan terapi alternatif
dilakukan bekam antara lain : keadaan tensi darahnya rendah, kekurangan darah,
sedang lapar, orang tua yang sakit parah, wanita haid, menjalani hemodialis,
tekanan darah dengan kategori sistolik antara 140-160 mmhg dan diastolik antaran
90-100 mmhg. Data bulan April 2016 didapatkan 10 orang lansia dengan
hipertensi. Dari hasil wawancara dengan salah satu perawat, lansia yang
menderita hipertensi sering mengalami sakit kepala, vertigo, pandangan kabur dan
mudah lelah. Pengobatan yang biasa dilakukan hanya menggunakan obat-obat anti
hipertensi dan masih banyak lansia yang tidak mengalami perubahan tekanan
darah setelah minum obat. Upaya lain untuk mengatasi hipertensi di panti ini
hanya dengan melakukan olah raga bagi para lansia dan mengatur diet khusus
di Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha Unit Budhi Luhur Yogyakarta. Hasil
observasi pada awal bulan Mei 2016 didapatkan 21 lansia dengan hipertensi.
dan masih banyak lansia yang tidak mengalami perubahan tekanan darah setelah
Hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan yang telah lanjut usia.
banyak diderita oleh perempuan (54%) yang berusia 61 tahun keatas (48%).
tentang pengaruh terapi bekam kering terhadap penurunan tekanan darah pada
B. Rumusan Masalah
adalah : “Apakah terapi bekam kering dapat menurunkan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta dan Balai
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Yogyakarta dan Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha Unit Budhi Luhur
Yogyakarta
2. Tujuan Khusus
khususnya bekam kering dapat dilakukan untuk menurukan tekanan darah pada
pendidikan agar dikembangkan lebih jauh, serta dapat dijadikan acuan atau
2. Manfaat Bagi Warga Panti Wredha Budhi Dharma dan Balai Pelayanan Sosial
E. Keaslian Penelitian
Darah Pada Penderita Hipertensi Primer, dari hasil uji statistik didapatkan
adanya penurunan yang signifikan antara mean tekanan darah sebelum dan
value sistol =0,000 dan p value diastol = 0,014 dengan α 5% (p< 0,05).
Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan adalah pada responden yang
hanya menggunakan responden dengan hipertensi primer, dan uji statistik pada
penelitian ini menggunakan uji wilcoxon. Sedangkan pada penelitian yang
dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan nilai signifikan
penelitian yang berbeda. Sedangkan pada penelitian yang mau peneliti lakukan
digunakan adalah peneliti sendiri, pedoman wawancara, alat tulis, field notes
dan MP3. Berdasarkan temuan pada penelitian ini, hasil penelitian meliputi
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan terletak pada tujuan
pemeriksaan rutin setiap bulan dua kali bekerja sama dengan pihak puskesmas
program kegiatan yang terjadwal setiap pagi, tetapi lansia tidak dipaksa untuk
mengikutinya agar tidak membebani. Untuk siang sampai malam hari tidak ada
oleh dokter klinik dengan memberikan obat anti hipertensi sesuai dengan
tingkat hipertensi yang diderita lansia. Golongan obat anti hipertensi dibatasi
dan ARB. Terapi farmakologi berupa pemberian obat anti hipertensi sering kali
memberikan efek samping yang membuat lansia merasa kurang nyaman. Efek
samping yang sering muncul antara lain pusing, lesu, kaku otot dan hipotensi.
fisik yang dilakukan lansia antara lain senam lansia dan pelatihan ketrampilan
tangan. Senam lansia dilakukan 3 kali seminggu yaitu hari Minggu, Rabu dan
Jum’at mulai jam 07.00 WIB sampai selesai. Pelatihan ketrampilan dilakukan
dilakukan 3 kali semingu yaitu hari Senin, Selasa dan Kamis mulai jam 08.00
Luhur
DIY no 160 tahun 2002 tentang uraian dan tata kerja unit pelaksanaan teknis
dinas kesejahteraan sosial profinsi DIY maka PSTW unit budhi luhur
tentang lansia.
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Yogyakarta adalah panti sosial yang
terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan masyarakat
baik yang berada di dalam panti maupun yang berada di luar panti. PSTW ini
tempatnya sangat strategis dan cocok untuk lansia karena suasananya sepi, jauh
yang apabila lansia meninggal bisa dimakamkan di sana. PSTW berdiri di atas
sebagai asrama kelayan. Dua diantaranya wisma untuk program subsidi silang.
Dilengkapi juga dengan ruang isolasi yang berfungsi sebagai tempat perawatan
khusus untuk kelayan yang mengalami penyakit karena penuaan dan pada
program yaitu program pelayanan rutin, pelayanan subsidi silang, program Day
Care Service, Home Care, program Trauma Service, program tertirah (tinggal
periksa dan minta obat. Penanganan hipertensi bagi lansia dilakukan oleh
thiazide, calcium channel blocker (CCB), ACE Inhibitor, dan ARB. Namun
obat anti hipertensi sering kali memberikan efek samping yang membuat lansia
merasa kurang nyaman. Efek samping yang sering muncul antara lain pusing,
3. Karakteristik responden
(80,6%).
sebelum dilakukan terapi bekam kering adalah minimal 160 mmHg, maksimal
180 mmHg dan median 170 mmHg. Tekanan darah diastolik responden
setelah dilakukan terapi bekam kering adalah minimal 110 mmHg, maksimal
130 mmHg dan median 120 mmHg. Tekanan darah diastolik responden setelah
darah sisstolik responden sebelum dan setelah dilakukan terapi bekam kering,
Tabel 4.6. Uji Normalitas Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum
dan Sesudah Bekam Kering
Shapiro-Wilk
Tekanan Darah
Statistik df Sig.
TD pre sistolik 0,718 31 0,000
TD pre diastolik 0,571 31 0,000
TD post sistolik 0,729 31 0,000
TD post diastolik 0,629 31 0,000
Tabel 4.6. menunjukkan bahwa untuk tekanan darah sistolik sebelum dan
sesudah pemberian bekam kering didapatkan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil
dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa data tidak terdistribusi normal.
menggunakan uji non parametrik Wilcoxon. Hasil uji non parametrik Wilcoxon
terapi bekam kering terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
Sosial Tresna Wredha Unit Budhi Luhur Yogyakarta yang ditunjukkan dengan
B. Pembahasan
160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, 2008). Penelitian yang
hipertensi.
beberapa faktor risiko seperti yang dijelaskan oleh Undjianti (2010) sebagai
berikut :
b. Jenis kelamin dan usia: laki - laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
berkembangnya hipertensi.
adalah perempuan. Hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan yang telah
lanjut usia. Barton et al. (2009) menjelaskan umumnya hipertensi pada usia
lanjut ditemukan paling banyak pada kelompok wanita. Pada wanita lansia
adanya penurunan fungsi organ reproduksi berupa menopause diyakini
bahwa hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan (54%) yang berusia 61
yaitu 25 orang (80,6%). Menurut Maryam (2008) pada lansia terjadi perubahan
secara rutin yaitu senam khusus lansia. Namun hal tersebut tidak menurunkan
disebabkan karena adanya faktor turunan dari lansia yang menderita hipertensi.
setelah dilakukan terapi bekam kering adalah minimal 110 mmHg, maksimal
130 mmHg dan median 120 mmHg. Tekanan darah diastolik responden setelah
sebelum dan sesudah terapi bekam kering. Penelitian yang dilakukan Anees
sehingga tekanan darah menjadi normal. Jika nitrit oksida tidak normal dapat
darah di tubuh secara umum melalui zat nitrit oksida (NO) yang berperan
memperluas pembuluh darah sehingga menyebabkan turunnya tekanan darah.
NO juga berperan meningkatkan suplai nutrisi dan darah yang dibutuhkan oleh
Anees (2015) menjelaskan bahwa dalam kasus tekanan darah tinggi, bekam
sehingga mengurangi tekanan darah, zat nitrit oksida (NO) berperan dalam
Umar (2008) menjelaskan bahwa di bawah kulit dan otot terdapat banyak
titik saraf. Titik-titik ini saling berhubungan antara organ tubuh satu dengan
lainnya sehigga bekam dilakukan tidak selalu pada bagian tubuh yang sakit
namun pada titik simpul saraf terkait. Pembekaman biasanya dilakukan pada
lagi gelisah atau bingung seperti sebelum dilakukan bekam kering. Bekam
kering yang dilakukan peneliti beserta tim bekam memberikan efek relaksasi
responden lebih bisa mengendalikan diri dan mengetahui apa yang harus
dilakukan bekam.
simpatik (simpatic nervous system). Pergolakan pada sistem saraf simpatik ini
Setelah sistem ini tenang dan aktivitasnya berkurang, tekanan darah akan turun.
Hasil uji Wilcoxon Match Pairet Test menunjukkan bahwa ada pengaruh
terapi bekam kering terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita
Sosial Tresna Wredha Unit Budhi Luhur Yogyakarta yang ditunjukkan dengan
(2013) didapat hasil setelah diberikan terapi bekam selama 2 minggu sebanyak
2 kali, terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan dari tekanan darah
mmHg.
tekanan darah pada lansia. Perubahan tekanan darah tersebut adalah perubahan
tekanan darah sistolik responden sebelum dan setelah dilakukan terapi bekam
kering dari nilai maksimal 160 mmHg menjadi 110 mmHg adalah 50 mmHg.
20 mmHg.
terjadi perpindahan zat-zat dalam tubuh yang menimbulkan efek relaksasi pada
hipertensi.
yang bisa disebut standar oleh para terapis bekam yaitu satu titik di antara dua
scapula atas (titik al-kaahil) pembekaman pada titik ini akan memberikan efek
relaksasi pada daerah tengkuk dan melancarkan peredaran darah. Dua titik di
bahu (titik al-katifain) pembekaman pada titik ini akan memberikan efek
relaksasi pada kedua bahu dan merangsang titik sarah dibawah kulit yang akan
menghilangkan rasa pusing dan sakit kepala pada penderita hipertensi. Dua
titik di belakang scapula bawah dextra dan sinistra yaitu di belakang jantung
dan paru-paru. Pembekaman pada titik ini akan memberikan efek relaksasi
zat mediator tersebut relaksasi pada organ dan vasodilatasi pembuluh darah.
Dua titik di pinggang belakang yaitu sejajar dengan ginjal. Setelah selesai
dilakukan pembekaman maka akan tampak bekas bekam. Pada penelitian ini
Bekam kering merupakan proses stimulasi pada permukaan kulit dan otot
dibawahnya sehingga aliran darah, syaraf dan jaringan bisa dipengaruhi secara
positif. Bekam kering menerapkan hisapan atau sedotan tarikan pada otot.
Penghisapan ini akan menyebabkan otot menjadi rileks, kendur dan bisa
memicu aliran darah menuju ke titik yang dibekam. Hal ini sangat penting
syaraf dan memperbaiki aliran darah menjadi lancar (Bekam, Rukyah Center,
2014).
hipertensi didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam kering akan
mengaktivasi organ yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan jantung
agar organ-organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah sehingga
tekanan darah tetap terjaga. Selain itu bekam kering juga menyeimbangkan
secara alamiah bila ada tekanan darah yang meningkat. Dengan memilih titik
C. Keterbatasan Penelitian
BAB V
A. Kesimpulan
berikut:
adalah minimal 160 mmHg, maksimal 180 mmHg dan median 170 mmHg.
2. Tekanan darah sistolik responden setelah dilakukan terapi bekam kering adalah
minimal 110 mmHg, maksimal 130 mmHg dan median 120 mmHg. Tekanan
minimum 30 mmHg.
4. Ada pengaruh terapi bekam kering terhadap penurunan tekanan darah pada
Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha Unit Budhi Luhur Yogyakarta yang
75
76
B. Saran
1. Bagi Warga Panti Wredha Budhi Dharma dan Balai Pelayanan Sosial Tresna
2. Bagi Panti Wredha Budhi Dharma dan Balai Pelayanan Sosial Tresna Wredha
DAFTAR PUSTAKA
Akbar. (2013). Pengaruh Bekam Basah Terhadap Kolestrol dan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Semarang. Jurnal Media Medika Muda Vol 2,
No 1 (2013)
Depkes, (2008). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 Tahun 2008 tentang
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Depkes : Jakarta
El-Firdan, A.H. (2011). Inilah Manfaat Dan Efek Samping Bekam, Tabloid Asy
Syifa edisi 02 1432 / 2011, hal. 48-52
Farmacia, (2007). Hipertensi Pada Lansia, Majalah Farmacia Edisi Juni 2007 ,
Halaman: 14 (9617 hits).
Gray, H.H., Dawkins, K.D., Morgan, J.M., dan Simpson, I.A., (2008). Lecture
Notes Kardiologi, Edisi keempat, Erlangga : Jakarta
Mardiana, Y., (2014). Hubungan Antara Tingkat Stres Lansia Dan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Rw 01 Kunciran Tangerang. Forum Ilmiah,
Volume 11 Nomor 2, Mei 2014.p.261-267
Miller, C,A., (2009). Nursing for Wellness in Older Adults. Library of Congress
Cataloging.
Nilawati, S., Krisnatuti, D., Mahendra dan Djing (2008). Care Yourself,
Kolesterol. Penebar Plus : Jakarta
Nwankwo, T., Yoon, S., Burt, V.,& Gu, Q. (2013). Hypertension among Adults in
the United States:National health and nutrition Examination Survey, 2011-
2012. NCHS data brief: US department of Health and Human Services,
133:1-8
Page MR. (2014). The JNC 8 Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide
[published online January 21, 2014]. The American Journal of Managed
Care.
Price, A.S., dan Wilson, M.L., 2008. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. EGC : Jakarta
Riwidikdo, H., (2008). Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Mitra
Cendekia Press : Yogyakarta
Riyanto, A., (2009). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika :
Yogyakarta
Shafiq, N., Gupta M, Kumari S, Pandhi P (2003) Prevalence and Pattern of use of
complementary and alternative medicine (CAM) in hypertensive patients
of tertiary care centerin India. International journal of clinical
pharmacology and therapeutics; 41(7):294-298
Ullah, K., Younis, A., Wali, M., (2007). Patologi Umum dan Sistematik. Edisi ke-
2. Editor Sarjadi. EGC : Jakarta
Umar, W.A., (2008). Bekam, Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Al_Qowam
Publishing : Solo
WHO. (2013). A global brief of Hypertension Silent Killer, global public Health
crisis. Geneva:World Health Organization Press, pp:18-30.
Yasin. (2008). Bekam, Sunnah Nabi dan Mukjizat Medis. Al-Qowam : Solo