Anda di halaman 1dari 7

UJIAN TENGAH SEMESTER

ANTROPOLOGI SOSIAL BUDAYA


NAMA : Mohammad Alvin Augusta

NPM : 1906358783

Jawaban no 1

Jawaban dari soal ini berkaitan dengan artikel yang saya baca yaitu yang berjudul
Assessing Cultural Anthropology dan Anthropolgical Futures yang ditulis oleh Robert Borofsky
dan Adam Kuper. dari artikel tersebut tertulis dan juga dijelaskan bahwa anthropology adalah
ilmu yang mempelajari tentang variasi kultural dan fisik yang ada pada manusia (Borofsky,
1994: 2) atau dengan bahasa yang lebih mudah untuk dimengerti Antropologi adalah disiplin
ilmu yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Antropologi merupakan
suatu ilmu tidak lepas tentunya dari hal yang disebut dengan budaya (culture).

Menurut Kroeber dan Kluckhohn (1963), kebudayaan terdiri dari pola, eksplisit dan
implisit, tentang untuk perilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol-simbol, yang
merupakan prestasi khas manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda budaya. Dari
budaya tersebut muncullah antropologi budaya. Antropologi budaya mempelajari persamaan
dan perbedaan dalam tingkah laku antar kelompok manusia, sehingga kita memiliki gambaran
bagaimana karakter dari keberagaman budaya serta proses keseimbangan, pertukaran dan
perkembangan yang menjadi karakteristik mereka. Antropologi budaya memiliki dua
kecenderungan yaitu kecenderungan memisah (sentrifugal) dan kecenderungan bersatu
(sentripental).

Dalam artikel yang saya baca yang menjelaskan tentang sentrifugal dan juga setripetal
yaitu, sentrifugal merupakan kecenderungan yang menyebabkan antropologi sebagai ilmu
terpecah, yang didalamnya terdapat anggapan bahwa antropologi tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan membutuhkan kajian dari cabang ilmu sains alam, selain itu perubahan zaman yang
menyebabkan perubahan pandangan terhadap antropologi sebagai ilmu ikut memperkuat
pandangan ini. Pandangan lain yaitu Sentripetal yang memperkuat pandangan antropologi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, didalam pandangan ini dijelaskan bagaimana para
antropolog menggunakan dasar pengetahuan yang sama dalam menjelaskan suatu fenomena
kebudayaan, dan bagaimana suatu penelitian etnografis berfungsi sebagai standard dalam
melakukan penelitian lain.

Lebih jelasnya yaitu dijelaskan kecenderungan sentrifugal yang mana pada


kecenderungan pemisahan ini para peneliti memiliki dua perspektif yang satunya berdasarkan
fakta dan yang lainnya berdasarkan hasil penelitian yang telah ada dan dikenal. Perbedaan ini
disebabkan oleh tujuan serta ketertarikan. Antropologi semakin berkembang menjadi suatu
paradigma, hal ini disebabkan oleh tiga faktor yaitu karena mengembangkan antropologi dengan
meninggalkan “heroic mentors,” antropologi berkembang dalam konteks dunia, serta dinamis
dalam perkembangannya baik yang dapat dilihat dari kemajuan data etnografi, disiplin ilmu
berorientasi pada ilmu pengetahuan, serta model penelitian antropologi yang nonconforming.

Kecenderungan berikutnya ialah kecenderungan sentripetal. Antropologi Nampak


menjadi satu kesatuan yang menonjol diantaranya adalah penyebaran tradisi, kesamaan
pengalaman kerja lapangan antara para praktisi, peningkatan kualitas database etnografi, dalam
pengembangan dalam memperbaiki karakter.

Saya menemukan kecenderungan sentrifugal yang mana hal ini saya dapat dari artikel
yang berjudul Demokrasi, korupsi, dan makhluk halus yang ditulis oleh Nils Bubandt. Ia
menjelaskan bahwa buku ini berusaha menunjukan realitas gaib sebagai efek politik dan bukan
semata-mata efek kebudayaan saja.1 Dalam bukunya ia berupaya untuk memahami paradoks
sukses dan kegagalan demokrasi Indonesia melalui perhatian etnografis pada dunia gaib.
Terobasan yang terlihat menonjol dalam buku ini ialah menekankan bahwa antropologi politik
harus menaruh perhatian yang sungguh-sungguh terhadap makhluk gaib sebagai aktor politik
karena menurutnya dunia politik dengan dunia gaib memiliki hubungan dan juga saling
berkaitan,2

Dalam buku ini menunjukan bahwa keterkaitan dunia gaib memiliki peran sendiri dalam
politik di Indonesia seperti para pelaku politik percaya dengan melibatakan hal hal yang
berkaitan dengan dunia gaib atau makhluk halus dapat memebri perlindungan kepadanya serta
tidak jarang ilmu gaib berfungsi untuk membahayakan dan juga menyerang lawan politiknya.
Kajian-kajian politik instrumental atau politik rasional sangat berhubungan dan cocok dengan
1
Demokrasi, korupsi, dan makhluk halus dalam politik Indonesia kontenporer hal 227

2
Demokrasi, korupsi, dan makhluk halus dalam politik Indonesia kontenporer hal 220
kajian tentang dunia gaib. Yang mana dalam kajian politik rasional yaitu banyak berhubungan
dengan takti-taktik politik, kesepakatan-kesepakatan rasional, dan juga berkaitan dengan segala
keputusan politik. Politik rasional penuh dengan kegaiban karena dunia gaib terdiri atas aktor-
aktor politik potensil. Makhluk halus adalah merupakan aktor-aktor politik karena mereka
menimbulkan efek politik dan memepengaruhi konteks politik dimana mereka bertindak
(Bubandt 2017: 226).3 Disini jelas bahwa dunia gaib telah mengintervensi dunia politik, namun
dari sini juga menjelaskan bahwa keterlibatan dunia gaib hanya memeberi sedikit rasa aman
semantis atau lebih mudahnya dengan ketentraman psikologis bagi para petinggi-petinggi politik.
Hal ini tentunya beralasan karena faktanya dalam buku ini lebih sering menjelaskan tentang
kegagalan-kegagalan dunia gaib dalam mengintervensi dunia politik.

Mengapa hal ini saya sebutkan sebagai kecenderungan sentrifugal karena seperti yang
sudah dijelaskan tadi bahwa kecenderungan sentrifugal merupakan kecenderungan yang
menyebabkan antropologi sebagai ilmu terpecah, yang didalamnya terdapat anggapan bahwa
antropologi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan membutuhkan kajian dari cabang ilmu sains
alam. Dari artikel yang saya baca ini saya memiliki pendapat bahwa dalam menelusuri
keterlibatan penggunaan ilmu gaib dalam politik instrumental maka Bubandt mempelajarinya
menggunakan dua konteks ilmu yaitu kebudayaan yang tentunya berkaitan dengan antropologi
dan juga ilmu politik.

Dari sini terlihat jelas bahwa ilmu antropologi tidak dapat berdiri sendiri serta
membutuhkan kajian dari ilmu politik sebagai sumber-sumber keterkaitan ilmu gaib dalam
politik di Indonesia yang mana Bubandt sendiri menggunakan antroplogi politik untuk
memeperkuat penelitannya dalam buku ini serta mengakui bahwa dalam buku tersebut serta
menjelasakan bahwa buku ini berusaha untuk menunjukan relalitas-realitas politik dan bukan
semata-mata menjelaskan tentang kebudayaan saja.

Kemudian dalam kecendurungan sentripetal saya menemukannya dalam artikel lain yang
berjudul Tomboi di Sumatera Barat membangun maskulinitas dan Hasrat erotis yang ditulis oleh
Evelyn Blackwood. Dari artikel ini Evelyn Blackwood memaparkan tentang kegiatan kerja
lapangan nya yang meneliti tentang pembangunan gender dan juga pertanian di Sumatera Barat,
Indonesia pada tahun 1989-1990. Kalimat yang saya temukan ini berkaitan dengan

3
Demokrasi, korupsi, dan makhluk halus dalam politik Indonesia kontenporer hal 226
kecenderungan sentripetal yaitu dalam artikel ini dijelaskan bahwa teori-teori mengenai
persimpangan anatar gender dan seksualitan memeberikan berbagai pengetahuan mendalam dan
berbagai jenis label untuk praktek-praktek gender secara silang budaya, Blackwood berpendapat
bahwa sebagian dari permasalahannya berasal dari hubungan dua proses yang berbeda yaitu
gender sebagai pengalaman subyektif dan gender sebagai kategori budaya. 4 Lalu saya juga
menemukan kalimat pendukung tentang kecenderungan sentripetal ini yaitu gender sebagai
kategori budaya menggarisbawahi representative normatif gender diberi posisi khusus dan
dijadikan permasalahan utama.

Saya beranggapan bahwa kalimat-kalimat tersebut merupakan kecenderungan sentripetal


karena menurut saya disini Evelyn Blackwood berusaha untuk menjelaskan tentang
perkembangan gender di Sumatera Barat hanya berdasarkan teori-teori budaya dan tidak
dikaitkan dengan teori yang berasal dari cabang ilmu lain. Dan juga sudah dijelaskan bahwa
kecenderungan sentripetal merupakan kecenderungan yang memperkuat pandangan antropologi
sebagai ilmu yang berdiri sendiri, didalam pandangan ini dijelaskan bagaimana para
antropolog menggunakan dasar pengetahuan yang sama dalam menjelaskan suatu fenomena
kebudayaan,

Jawaban no 2

Jawaban dari soal ini saya dapatkan dari bahan yang telah say abaca pada mata kuliah
antropologi sosial budaya yaitu Rethinking The Cultural In Motion yang ditulis oleh Robert
Borofsky. Rethinking the Cultural membahas mengenai apa itu konsep kebudayaan dan unsur
apa saja yang digunakan untuk menjelaskannya, meskipun banyak definisi yang menjelaskan apa
itu kebudayaan, namun secara umum memiliki inti yang sama yaitu kebudayaan itu
beberapa unsurnya terjadi berulang dan terkait satu dengan yang lain atau sering
disebut Cultural coherence (Borofsky, 2011:243). Budaya merupakan salah satu konsep
penting dalam ilmu antropologi yang telah didiskusikan dan didefinisikan oleh banyak tokoh.
Budaya dapat menjadi suatu kesatuan yang disebut koherensi, selain itu terdapat 2 faktor yang
membentuk koherensi tersebut, faktor intrinsik yang didalamnya meminjam model organik
dan linguistik, menjelaskan bagaimana koherensi kebudayaan terjadi dari dalam komunitas,
dan faktor ekstrinsik yang didalamnya terdapat unsur lingkungan dan antropologist itu sendiri

4
Tomboi di Sumatera Barat Membangun Maskulinitas dan Hasrat Erotis Hal 90-91
yang membentuk terjadinya koherensi kebudayaan dari luar komunitas. Bab ini juga membahas
konsep kultural itu sendiri seperti apa, menjelaskan bahwa kebudayaan itu tidak terlepas dari
faktor sejarah dan didalam kebudayaan terdapat ambiguitas, yang menjelaskan kontinuitas dan
perubahan yang terjadi.

Mengkonseptualisasikan budaya dapat dilakukan dengan konsep sejarah. Konteks sejarah


tersebut dibagi menjadi industrialisme dan nasionalisme. Dalam industrialisme memiliki efek
disintegrasi dan nasionalisme yang menjadi penelitian untuk akar etnis dan asal usul rakyat.
Selain itu, dibahas juga tentang komunitas bayangan, disebut bayangan karena walaupun wilayah
kecil tidak tahu banyak tentang anggotanya, bertemu mereka, atau mendengar tentang mereka.
Salient ambiguity menandakan bahwa kebudayaan bersifat berkelanjutan dan kebudayaan juga
dapat berubah setiap saat.

Pergerakan budaya memiliki dimensi budaya yang terdiri dari keanekaragaman individu,
waktu, dan ruang. Dimensi keberagaman individu dapat memiliki variasi dari masing-masing
individunya dan kebudayaan disini memengaruhi kebudayaan individu lain yang menjadikannya
milik bersama dalam suatu kelompok. Dimensi kedua yaitu dimensi waktu menjelaskan tentang
kebudayaan yang tetap sama berkelanjutan atau berubah dari waktu ke waktu. Sedangkan,
dimensi ruang menjelaskan perihal perbedaan luas suatu kajian dan adanya isolasi kebudayaan.

Industiralisasi sendiri memilik pengertian yaitu suatu proses perubahan sosial ekonomi
yang mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industry.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan di mana masyarakat berfokus pada
ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan
yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi di mana perubahan
sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.

Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia di mana manusia mengubah


pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas
pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan
atau tradisi). Menurut para peniliti ada faktor yang menjadi acuan modernisasi industri dan
pengembangan perusahaan. Mulai dari lingkungan politik dan hukum yang menguntungkan
untuk dunia industri dan perdagangan, bisa juga dengan sumber daya alam yang beragam dan
melimpah, dan juga sumber daya manusia yang cenderung rendah biaya, memiliki kemampuan
dan bisa beradaptasi dengan pekerjaannya

Industrialisasi di sini juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat lebih
berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan
penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah bagian dari proses modernisasi dimana
perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Dalam Industrialisasi ada perubahan filosofi manusia dimana manusia mengubah pandangan
lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas (tindakan didasarkan atas pertimbangan,
efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi).

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara
sempit. Dalam pengertian secara luas, industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang
ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri
pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia,
atau dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini
termasuk kegiatan jasa industri dan pekerja perakitan (assembling).

Nasionalisme sendiri memiliki banyak arti yang dikemukan kan oleh banyak ahli ada
yang mengunkapkan bahwa nasionalisme itu sendiri merupakan ebagai fenomena budaya
daripada fenomena politik. Hal ini dikarenakan nasionalisme berakar dari etnisitas dan budaya
promodern. Jika pengertaian nasionalisme bergeser menjadi suatu gerakan politik maka hal ini
dimaknai hanya bersifat superfisial saja. Hal ini disebabkan oleh sikap nasionalisme yang pada
dasarnya tetap dilandasi motivasi budaya terutama ketika terjadi krisis identitas kebudayaan.
Dengan demikian gerakan politik nasionalime dijadikan suatu sarana untuk mendapatkan
kembali identitas kebudayaan suatu bangsa. Jika merujuk pada arti dari asal katanya,
nasionalisme adalah sesuatu yang berkaitan dengan bangsa. Bangsa sendiri adalah sebuah
rumpun masyarakat yang tinggal di sebuah teritorial yang sama dan memiliki karakteristik yang
hampir atau kebanyakan sama.

Pengertian nasionalisme dari segi bahasa berbeda dengan chauvinisme. Kedua kata ini
sama-sama diartikan mencintai bangsa dan negara. Namun pada paham chauvinisme kecintaan
pada negara sangat fanatik sehingga membenarkan merusak atau menghancurkan negara lain
demi kejayaan bangsa sendiri. Tentu saja paham cauvinisme ini tidak sejalan dengan nilai
nasionalisme, paham chauvinisme bisa merusak perdamaian dunia.

Namun disini borofsky menggunakan arti dari nasionalisme dan juga industrialisme
secara berbeda karena, borofsky menggunakan konteks-konteks ini sebagai suatu tinjauan awal
dari penelitian-penelitiannya yang sesuai dengan bidanya yaitu penelitian antropologi atau
etnografi untuk mempelari kebudayaan-kebudayaan dari suatu daerah. Selai itu dengan
mengunakan konteks-konteks seperti nasinalisme dan industrialisme maka borofsky dapat
memepelajari serta menelaah segala kegitan budaya baik perindividu maupun perkelompok
seperti tentang komunitas bayangan, disebut bayangan karena walaupun wilayah kecil tidak tahu
banyak tentang anggotanya, bertemu mereka, atau mendengar tentang mereka. Salient ambiguity
menandakan bahwa kebudayaan bersifat berkelanjutan dan kebudayaan juga dapat berubah
setiap saat.

Mengapa konteks-konteks sejarah tersebut penting bagi borofsky karena selain berfungsi
untuk mempelajari lebih dalam tentang suatu kebudayaan di suatu daerah, konteks ini juga dapat
berfungsi agar borofsky megetahui apa saja efek yang ditimbulkan dari suatu kebudayaan
tersebut. seperti yang sudah dijelaskan dalam tulisannya borofsky mengutarakan bahwa efek
dari konteks industrialisme yaitu disintegrasi dan nasionalisme yang menjadi penelitian untuk
akar etnis dan asal usul rakyat. Dari nasioalisme berfungsi agar kita dapat mencari terlebih
dahulu asal muasal etnis kebudayaan masyarakat dari suatu daerah tertentu.

Anda mungkin juga menyukai