Anda di halaman 1dari 5

 PENDEKATAN STUDI KASUS

METODE KUALITATIF DENGAN PENDEKATAN STUDI KASUS


Penelitian kualitatif merupakan salah satu metode penelitian yang bersifat
deskriptif dan cenderung mencari sebuh makna dari data yang didapatkan dari
hasil sebuah penelititan. Metode ini biasanya digunakan seseorang ketika akan
meneliti terkait dengan masalah sosial dan budaya. Menurut Sugiyono (2014)
mengatakan bahwa metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang masih alamiah
(natural setting).
Seiring dengan perkembangannya, penelitaian kualitatif kemudian terbagi
menjadi beberapa macam jenis pendekatan salah satunya yaitu pendekatan studi
kasus. Penelitian dengan menggunakan pendekatan studi kasus, biasanya seorang
peneliti akan meneliti satu individu atau unit sosial tertentu secara mendalam.
Bogdan (1990) mendefinisikan studi kasus sebagai kajian yang rinci atas suatu
latar atau peristiwa tertentu. Robson (1993) lebih memosisikan studi kasus
sebagai suatu latar atau melakukan penelitian. Ary (1980) menyatakan bahwa
studi kasus terkadang dapat juga dipergunakan untuk menyelidiki unit sosial yang
kecil seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok “geng” anak muda.
Sederhana ataupun kompleksnya satu kasus, lebih banyak bergantung
kepada kemampuan peneliti untuk mengidentifikasi informasi-informasi yang
penting tentang subjek yang ditelitinya. Adapun tiga tipe studi kasus yang dikenal,
yaitu sebagai berikut:
1. Studi Kasus Intrinsik
Adapun yang dimaksud dengan stuid kasus intrinsik adalah studi kasus yang
menekankan pada pemahaman (verstehen) yang mendalam terhadap kasus
tunggal yang disebabkan kasus tersebut menarik. Tujuan desain ini tidak
dimaksudkan untuk memahami konstruksi abstrak atau fenomena umum yang
diharapkan dapat dilakukan generalisasi, melainkan lebih ditekankan pada
kepentingan intrinsik, dan menghilangkan generalisasi, serta tidak
dimaksudkan untuk membentuk teori baru.
2. Studi Kasus Instrumental
Studi kasus instrumental menekankan pada kasus tunggal yang dimaksudkan
untuk mendeskripsikan atau menguraikan secara detail sehingga dapat
membentuk satu konstruk ataupun memperbaiki teori.
3. Studi Kasus Kolektif
Desain studi kasus ini sama dengan studi kasus instrumental. Perbedaannya
ialah bahwa studi kasus kolektif lebih menarik mempelajari kasus secara
bersamaan, agar dapat meneliti fenomena, populasi, atau kondisi umum.
Dengan begitu, studi kasus desain kolektif ini tidak hanya mempelajari satu
kasus tertentu saja, tetapi beberapa kasus.

Judul: Analisis Strategi Pemulihan Ekonomi Pasca Bencana Melalui Sektor


Pariwisata Dan Perhotelen (Studi Kasus: Palu Provinsi Sulawesi Tengah)
Bencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang melanda palu, sigi, donggala
dan parimo (Parigi Motong) Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi pukulan telak
bagi sektor pariwisata dan perhotelan yang tengah menggeliat. Usaha jasa hotel
maupun usaha jasa wisata lainnya di sejumlah destinasi yang ada di kota palu dan
sekitar nya, cenderung melesu. Hampir setahun berlalu (28 September 2018),
kondisi pariwisata dan perhotelan di kota palu masih memprihatinkan. Tingkat
hunian kamar hotel (occupansy) selama bulan april 2019 hanya 48,34%, dan
makin turun pada mei 2019 yang mencapai 34,48% atau turun 13,09%. Penurunan
okupansi hotel tersebut disampaikan oleh Ketua BPD Perhimpunan Hotel
Restaurant Indonesia (PHRI) Sulteng Bapak Fery Taula, S.E, M.M, beliau juga
mengatakan penyebab penurunan tersebut akibat masih adanya kekhawatir dan
trauma dari para wisatawan, dan maskapai penerbangan tanah air yang menjual
tiket pesawat sangat tinggi dan bagasi berbayar. Hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap tingkat kunjungan wisatawan yang menurun kekota Palu. Masalah
penerbangan tersebut sangat merugikan industri pariwisata dan perhotelan kota
Palu yang mulai menata kembali daerahnya. Dampak ini pula dirasakan oleh
wisatawan domestik dan busines traveling yang memotong budget perjalanan
mereka. Kondisi ini juga terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Menurut Fery, jika
dibandingkan dengan tingkat hunian kamar hotel bintang pada bulan Mei 2018
yang sebesar 49,51% dengan bulan Mei 2019 yang hanya 34,48%, artinya ada
penurunan sangat signifikkan yaitu sebesar 15,03%. Sebuah angka yang tidak
mengembirakan bagi pembisnis dan pengelola hotel dan tentunya sangat buruk
bagi pertumbuhan perekonomian daerah terkait dengan peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan pendapatan dari sektor pajak pemerintah kota Palu.
Oleh karena itu, Pemerintah Kota Palu bersama masyarakat dan pelaku
industri pariwisata kembali berbenah, dalam upaya percepatan pemulihan kegiatan
ekonomi melalui kepariwisata dan perhotelan di Kota Palu yang berimplikasi pada
sektor – sektor lainnya (multiplier effects) yang bertujuan pada peningkatan
pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat setempat. Berikut 7 langkah
strategis dalam upaya pemulihan ekonomi sektor pariwisata dan perhotelan di
kota Palu yang dapat dilakukan, berupa:
1. Pemulihan Sumber Daya Manusia dan Kelembagaan
Percepatan pembangunan ekonomi kepariwisataan sangat tergantung dari
pemulihan SDM dan Kelembagaan,oleh karena SDM merupakan faktor utama
atau motor penggerak kelangsungan industri pariwisata (people strategy).
2. Benahi Destinasi Terdampak Bencana dan Tata Kelolanya
Strategi pemulihan destinasi terdampak gempa, tsunami meliputi kegiatan
pendataan dan pendukungan untuk perbaikan dan pembenahan destinasi wisata
yang menjadi prioritas pada 3A: Atraksi, Aksesibilitas dan Amenitas (place
strategy).
3. Gencarkan Promosi
Mengidentifikasi destinasi yang tidak terdampak bencana dan
mengintensifkan pemasaranpada destinasi yang tidak terdampak
tersebut(promotion strategy). Kelebihan dari destinasi wisata yang kita miliki
lebih bersifat alami, bukan buatan tangan manusia.
Salah satu yang menjadi primadona wisata kota Palu saat ini ialah wisata
olah-raga paralayang yang dikenal dengan istilah puncak paralayang salena dan
wisata outbound salena.Kelebihan destinasi inilah yang harus kita gencarkan
promosinya dengan strategi branding, advertising dan selling.
Selain promosi ke sejumlah daerah dan kota di tanah air. Pemprov Sulteng
dan Pomkot Palu harus bekerjasama dengan Kemenpar untuk melakukan upaya
promosi ke luar negeri. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kembali
jumlah kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara ke destinasi-destinasi
wisata di Palu dan sekitarnya.
4. Kegiatan Pariwisata Berskala Nasional
Kegiatan kepariwisataan bartaraf Nasional perlu kembali di laksanakan di
kota Palu, agar kota Palu kembali mendapat kepercayaan dari wisatawan
mancanegara maupun domestik. Seperti melaksanakan Festival Pesona Teluk
Palu yang bernuansa kreatifitas Seni Budaya, Olahraga dan Culinery  yang
masuk dalam daftar “calendar of event” Nasional.
5. Pembangunan Desa Wisata
Dinas Pariwisata Kota Palutelah menargetkan pembangunan tiga desa
wisata yang berbasis lingkungan pada tahun 2019 ini (place strategy).
Pembiayaannya disiapkan menggunakan dana alokasi khusus. Ini adalah role
model dari rencana jangka panjang selama lima tahun menyiapkan berdirinya
desa wisata mandiri. Target utama pembangunan desa wisata untuk
meningkatkan kunjungan wisatawan ke kota Palu yang berdampak langsung
pada peningkatan pendapatan masyarakat setemapat.
Ekoturism atau ekowisata Hutan kota Palu, Uwetumbu di kelurahan
Kawatuna Kecamatan Matikulore dan Dusun Salena akan menjadi desa wisata
yang akan diganrungi oleh wisatawan pecinta dan penikmat wisata alam.
6. Bangun Kepercayaan Wisatawan
Bencana telah berlalu,mari bersama membangun pariwisata dan perhotelan
Kota Palu dan Sulawesi Tengah. Seluruh komponen yang terkait dalam
pariwisata harus bekerja keras membangun kembali kepercayaan dari
wisatawan,baik domestik maupun internasional agar merasa aman dan mau
datang ke Kota Palu. Adapun hal ini tidak lepas dari peran serta seluruh pihak ;
Akademisi, Businessman, Governtment, Community dan Media harus bekerja
bersama untuk pemulihan dan ikut serta dalam program Palu recovery.
7. Pembaharuan Paket Wisata dan Hotel
Memperbaharui dan revitalisasi paket- paket perjalanan wisata (package,
price& product strategy)termasuk tempat yang dikunjungi (atraksi),
transportasi, akomodasi, makan dan minum (menu), termasuk harga (price)
yang lebih kompetitif / bersaing, tentunya dengan tour guide yang telah
kompeten.

Sumber :
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Anda, Kolom. 2019. “Recovery Ekonomi Kota Palu Pasca Gempa, Tsunami dan
Likuifaksi Melalui Pariwisata dan Perhotelan”.
https://www.kabarselebes.id/2019/07/recovery-ekonomi-kota-palu-pasca-
gempa-tsunami-dan-likuifaksi-melalui-pariwisata-dan-perhotelan/(Online).
Diakses pada 16 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai