Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Zat warna basa secara alami bersifat kationik, sehingga dapat digunakan
untuk mencelup serat akrilat , wool, sutera dan nylon , dimana zat warna basa
akan berikatan secara ionic dengan gugus-gugus sulfonate atau karboksilat yang
ada dalam serat sehingga tahan lunturnya cukup baik.
%maks zw = A/f
Dimana : A adalah nilai kejenuhan serat
Pemakaian zat warna basa diatas presentase maksimum tidak akan menambah ketuaan
hasil celup lebih lanjut, sebab semua tempat negative (gugus sulfonate atau
karboksilat) pada serat sudah terisi/berikatan dengan kation zat warna basa. Harga
factor f zat warna juga bergantung pada kemurniaan zat warna.
4. Laju penyerapan zat warna basa
Meskipun secara umum ukuran molekul zat warna basa relative kecil, namun ukuran
molekul zat warna basa yang satu dengan yang lainnya juga bervariasi. Zat warna
yang mempunyai ukuran molekul lebih besar akan mempunyai substansifitas yang
lebih besar, sehngga cenderung sukar rata. Sedang untuk zat warna yang lebih kecil
ukuran molekulnya, substansifitasnya lebih kecil sehingga relative lebih mudah rata.
Berikatan dengan hal tersebut, maka untuk memudahkan pemakaian tiap zat warna
basa diberi nilai CV (Compability Value) yang berkisar 1-5. Harga CV yang besar
menunjukan laju penyerapan zat warna terhadap serat rendah artinya zat warna lebih
mudah rata, sedang zat warna basa yang harga CV-nya kecil laju penyerapan besar
sehingga sukar rata.
II.2 SUTERA
Serat wol dan sutra merupakan serat protein yang strukturnya berupa
polipeptida, bersifat hidrofil dan daya serap airnya besar, moisture regain (MR)
wol 16% sedang sutra 11%. Gugus amina (-NH 2) dan karboksil (-COOH) pada
serat protein merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan ikatan
dengan ion zat warna berupa ikatan ionik (elektrovalen).
Serat protein umunya lebih tahan asam tapi kurang tahan suasana alkali,
sehingga pengerjaan proses pencelupannya biasa dilakukan dalam suasana asam.
Dibanding serat wol, serat sutra urang tahan asam, pada pengerjaan dengan
amonium sulfat pekat serat akan rusak, tetapi agak lebih tahan alkali. Namun
demikian dalam suasana dalam agak alkalis dan suhu tinggi serat sutra juga akan
rusak.
Serat protein umunya lebih tahan asam tapi kurang tahan terhadap
alkali, sehiingga proses pencelupannya dilakukan di suasana asam. Tetapi serat
sutera lebih kurang tahan asam dan agak tahan alkali. Namun apabila dicelup
dalam suasana agak alkali dan suhu panas sutera bisa rusak.
Sebagai mana sifat zat warna yang berikatan ionic dengan serat, maka
migrasi zat warna dalam serat agak sukar, terutama ketika melakukan pencelupan
warna muda. Oleh karena itu pencelupan warna muda relative akan lebih sukar
rata disbanding pencelupan warna tua, dimana pada pencelupan warna tua
masalahnya sukarnya migrasi zat warna aka nagak tertutup oleh adanya
penurunan laju penyerapan zat warna.
III.1.2 Bahan
1. Asam asetat
2. Zat Warna Basa (Maxilon Blue 5G EC 300%)
3. Pembasah
4. Retarding agent
5. Air
6. Kain sutera
7. Sabun netral
Proses Pencelupan
Pencucian
Pengeringan
Evaluasi
- Kerataan Warna Kain
- Ketuaan Warna Kain
III.3 SKEMA PROSES
3.3.1 Skema Pencelupan
Zat warna
Asamasetat
Kain sutera
Retarding agent 70°C
60°C
50°C
50°C
I.T(°C)
40°C
II.
Air
Sabun
60°C
15 menit
III.4 RESEP
III.4.1 Resep Pencelupan
1. Zat warna basa = 1%
2. Asam asetat = (1;2;3;4) ml/l
3. Pembasah = 1 ml/l
4. Retarding agent = 1 ml/l
5. Vlot = 1:40
6. Suhu = 70°C
7. Waktu = 30 menit