Anda di halaman 1dari 16

MIXING PROCEDURE

TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Mengetahui komponen-komponen pembentuk lumpur dasar pemboran
beserta fungsinya.
1.2 Mengetahui standar operasi pelaksanaan kegiatan mixing procedure.
1.3 Mengetahui pengukuran massa menggunakan digital scale.
1.4 Mengetahui standar operasi alat termasuk penggunaan constant speed
mixer.

2. DASAR TEORI
Hamilton Beach Commercial HMD200 single spindle drink mixer.
dirancang untuk mencampur minuman , bisa mencampur 2 kali lebih
cepat .getaran motor diperkecil dengan masing – masing motor memiliki
getaran yang seimbang secara individual . memiliki 3 kecepatan plus
untuk mengontrol pencampuran secara maksimum . Motor dibangun
untuk bertahan dengan bantalan bola yang disegel dan dilumasi secara
permanen . 2 cara untuk memulai & menghentikan aksi pencampuran:
dengan sakelar pulsa atau pemandu gelas Panduan cangkir yang dapat
dilepas membersihkan dengan cepat di mesin cuci piring
2.1 Fungsi lumpur pemboran
 Fungsi Major :
• Mengontrol tekanan formasi.
• Mengangkat cutting.
• Mempertahankan stabilitas lubang bor.
 Fungsi Minor :
• Menahan sebagian berat pipa.
• Mendinginkan dan melumasi bit dan drilling assembly.
• Menyalurkan tenaga hidrolik ke bit.
• Sebagai medium wireline logging.
• Memungkinkan dilakukan evaluasi formasi dan pengumpulan data
geologi.

2.2 Komponen lumpur pemboran


2.2.1 Air
Air ini adalah komponen besar. Mungkin digunakan dalam
keadaan alami, atau garam dapat ditambahkan untuk mengubah
reaktivitas filtrat dengan formasi. Water hardness biasanya
dihilangkan melalui pengobatan dan alkalinitas sering dikontrol.
2.1.2 Barite
Barite adalah mineral yang terdiri dari barium sulfat (BaSO4).
Biasanya tidak berwarna atau berwarna putih susu, tetapi bisa
mempunyai warna lain, tergantung pada kotoran yang
terperangkap di kristal selama pembentukan. Barite relatif lunak,
berukuran 3-3,5 pada skala kekerasan Moh’s. Keadaan ini sangat
berat untuk mineral non-logam. Barite secara kimia bersifat inert
dan tidak larut.

2.1.3 Bentonite
Bentonite digunakan untuk menaikkan viskositas dan
membuat filter cake pada dinding lubang bor untuk mengontrol
fluid loss.
2.1.4 PAC-R
PAC-R penyaringan kontrol aditif digunakan di water based
mud drilling sangat cocok untuk digunakan di air tawar, air laut,
dan air asin hingga temperatur 300 °F (149 °C). PAC-R tidak
beracun dan tidak memerlukan biosida. Penyaringan kontrol aditif
PAC-R melebihi spesifikasi eropa untuk selulosa polianionik.
 Aplikasi atau Fungsi :
1. Membantu mengontrol laju filtrasi
2. Membantu memberikan viskositas tambahan dalam air
tawar, air laut, dan cairan berbasis air garam
 Keuntungan :
1. Efektif dalam air segar, air asin, dan cairan pengeboran
berbasis air garam
2. Efektif dalam konsentrasi kecil untuk kontrol filtrasi
3. Stabil pada suhu hingga 300 °F (149 °C)
4. Efektif dalam sistem pH sedang hingga tinggi
5. Tidak membutuhkan bakterisida
6. Tidak beracun

2.1.6 PAC-LV
 Aplikasi atau Fungsi :
1. Membantu mengontrol laju filtrasi tanpa meningkatkan
viskositas cairan secara signifikan
2. Mengandung serpih untuk mencegah pembengkakan dan
disintegrasi
 Keuntungan :
1. Efektif dalam air segar, air asin, dan cairan pengeboran
berbasis air garam
2. Efektif dalam konsentrasi kecil untuk kontrol filtrasi
3. Stabil pada suhu hingga 300 °F (149 °C)
4. Efektif dalam sistem pH sedang hingga tinggi
5. Efektif dalam sistem pH sedang hingga tinggi
6. Lingkungan aman
2.3 Bagian-Bagian Constant Speed Mixer:

Gambar 2.3.1 Hamilton Beach Commercial HMD200 single spindle drink mixer

Gambar 2.3.2 Container

Gambar 2.3.3 Mixer


Tabel 2.1 Bagian-bagian Constant speed mixer dan fungsinya(7.1,9)

No Bagian Gambar Fungsi

Sebagai wadah
atau tempat
1 Container
cairan yang akan
diaduk

2 Sebagai

Mixer Pengaduk
cairan

3. LANGKAH KERJA

3.1 Persiapan
3.1.1 Menyiapkan dan memastikan seluruh peralatan dan perlengkapan
yang akan digunakan dapat digunakan dengan baik, termasuk
mengecek adanya aliran listrik pada stop kontak.
3.1.2 Menyambungkan constant speed mixer dan automatic voltage
stabilizer dengan stop kontak
3.1.3 Menyiapkan bahan-bahan (additives) yang digunakan.
3.1.4 Memasukkan H2O dalam beaker glass sebanyak dosage yang
dibutuhkan.
3.2 Menimbang Additive
3.2.1 Meletakkan kertas untuk wadah additive yang akan ditimbang diatas
digital scale sebelum dikalibrasi.
3.2.2 Mengkalibrasi digital scale menekan tombol “0”.
3.2.3 Menimbang additive sesuai dosage yang tercantum.
3.2.4 Mengulangi langkah 3.2.1 sampai 3.2.3 untuk jenis additive yang
lainya.

3.3. Proses Mixing


3.3.1 Menyatukan container dengan mixer
3.3.2 Memasukkan H2O ke dalam constant speed mixer container. dan
tunggu sesuai waktu yang ditentukan
3.3.3 Memasukkan additive secara perlahan ke dalam constant speed
mixer, tunggu sampai waktu yang ditentukan selesai.
3.3.4 Mengamati perubahan warna hasil pengadukan setelah
ditambahkan additive.
3.3.7 Melakukan langkah 3.3.3 dan 3.3.4 pada setiap penambahan
additive secara berurutan. (Bentonite, PAC LV, PAC R, dan Barite)
sesuai dosage, dan waktu pengadukan yang ditentukan.
3.3.8 Jika semua additive telah tercampur, matikan constant speed mixer
dengan memutus sumber listrik (stop kontak)
3.3.9 Memasukkan lumpur hasil mixing ke dalam baskom

3.4. Proses Akhir


3.4.1 Membersihkan alat-alat yang sudah digunakan.
3.4.2 Membersihkan area sekitar proses mixing dan menempatkan alat-
alat di lokasi yang benar sesuai lokasi sebelum melakukan praktik.
4. TABEL PRAKTIKUM
4.1 PERALATAN

Tabel 4.1.1 Tabel Peralatan yang Digunakan

NO PERALATAN GAMBAR JUMLAH FUNGSI

Untuk
menimbang
1 Digital Scale 1
additives yang
akan di mixing

Untuk
Constant Speed mencampurkan
2 1
Mixer bahan atau
additives

Untuk
mengukur
Beaker Glass / volume air dan
4 1
Gelas Ukur tempat fluida
yang sudah di
mixing

Untuk wadah
5 Baskom 1
penampung air
4.2. ADDITIVES

Tabel 4.2.1 Urutan Additives yang Campuran

NO ADDITIVES FUNGSI SG DOSAGE VOL WAKTU RPM

Untuk
1 melarutkan zat
H2O (Air) 1 400 mL 350 cc 300’’ 6000
additives yang
digunakan
Untuk
2 menaikkan 18,2
Bentonite 2.6 7 (gr) 600’’ 6000
viskositas dari cc
lumpur
Mud Filtration 1.5
3 PAC-LV 2 (gr) 3,1 cc 180’’ 6000
Loss 5
Mud Filtration
1.5 1,55
4 PAC-R Loss dan 1 (gr) 180’’ 6000
5 cc
Viscosifier
Untuk
menaikkan
5 Barite 4.2 20 (gr) 84 cc 300’’ 6000
densitas
lumpur
Tabel 4.2.2. Tabel Pengamatan Perubahan Warna pada Campuran

NO ADDITIVE FOTO WARNA

1 H2O (air) Bening

2 H2O + Bentonite Cokelat


Keemasan

Cokelat
3 H2O + Bentonite krem Tua
+ PAC-LV

4 H2O + Bentonite Cokelat


+ PAC-LV + krem muda
PAC-RV

H2O + Bentonite Krem


5 + PAC-LV +
PAC-RV + Barite
5. ANALISA
Setelah melakukan persiapan termasuk memastikan alat constant
speed mixer dan automatic voltage stabilizer siap termasuk arus listrik, H2O
(air) dengan dosage 350 mL dimasukkan constant speed mixer container
dengan waktu selama 300 detik . Setelah alat berjalan, pada container
ditambahkan dengan bentonite sebagai viscosifier sebanyak 7 gram dan
diaduk selama 600 detik, warna campuran menjadi coklat keemasan. Lalu
ditambahkan PAC-LV sebagai mud filtration loss sebanyak 2 gram dengan
diaduk selama 180 detik dan warna campuran menjadi coklat krem tua.
Ditambahkan lagi PAC-R sebagai mud filtration loss dan viscosifier sebanyak
1 gram dengan lama adukan 180 detik dan warna campuran menjadi coklat
krem muda. Dan terakhir,penambahan barite sebagai weighting material
sebanyak 20 gram diaduk selama 300 detik dan warna campuran akhir
(lumpur hasil mixing) menjadi krem. Saat proses mixing juga menghasilkan
gelembung atau buih. Hal ini terjadi karena efek pengadukan yang berputar
cepat (agitation process).
Dalam membuat lumpur atau fluida pemboran yang diharapkan
tentunya dengan mencampur komponen-komponen dasarnya dengan benar.
Dalam membentuk lumpur pemboran beberapa hal yang fundamental harus
diperhatikan, seperti urutan pencampuran komponen, kecepatan putaran
pengadukan, serta lama waktu dalam pencampuranya.
Urutan pencampuran suatu komponen lumpur pemboran harus
dilaksanakan secara berurutan, khususnya additive. Untuk additive yang
dimasukkan dimulai yang tidak reaktif sampai additive yang reaktif.
Dikarenakan jika additive yang reaktif dicampurkan terlebih dahulu, maka
hasil pengadukan atau proses reaksi bisa tidak sempurna.
Sedangkan, lama waktu pengadukan masing-masing additive berbeda-
beda, karena waktu tersebut sudah tertera dari manufaktur masing-masing
additive tersebut. Misalkan untuk barite, lama waktu pengadukan optimal dari
manufakturnya adalah 300 detik. Jikalau kurang dari waktu tersebut
pengadukan tidak larut sempurna.
Jika dua hal tersebut dilaksanakan dengan benar maka akan
menghasilkan kualitas lumpur yang diinginkan dengan baik. Juga dalam
memilih additive yang akan diracik sesuai fungsinya. Suatu additive hanya
bisa bekerja dikisaran temperature tertentu, sehingga diperlukan additive
yang berbeda meskipun fungsinya sama. Selain itu tingkat reaktif tidaknya
additive juga berbeda meskipun mempunyai fungsi sama. Selain itu, aspek
keekonomisan juga berperan dalam pemilihan additive, additive yang mahal
tidak selalu dipilih, karena ada additive yang lebih murah tetapi pengaruhnya
pada lumpur sama. Pemilihan additive yang tepat bertujuan supaya
properties lumpur yang diharapkan dapat sesuai dengan formasi yg ditembus
dan proses pengeboran dapat berjalan dengan lancar.
Untuk praktik ini, didapatkan hasil campuran akhir (lumpur hasil mixing)
dengan warna krem dan agak encer.

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
6.1.1 Komponen pembentuk lumpur yang dibuat yaitu H2O (air) sebagai
zat pelarut, bentonite sebagai viscosifier, PAC-LV sebagai mud
filtration loss, PAC-R sebagai mud filtration loss dan viscosifier,
dan barite sebagai weighting material.
6.1.2 Lumpur yang dihasilkan dari pencampuran komponen-komponen
atau additive mempunyai sifat encer dan berwarna krem. Dan
lumpur yang dibuat merupakan jenis water based mud (WBM).
6.1.3 Faktor sempurnanya proses mixing lumpur pemboran dipengaruhi
beberapa hal, seperti urutan pencampuran komponen, kecepatan
putaran pengadukan, serta lama waktu dalam pencampuranya.

6.2 Saran
6.2.1 Sebaiknya menggunakan mixer jenis The Fann Constant Speed Mixer
686CS Model yang disertai dengan penutup agar campuran tidak
keluar saat proses mixing dan juga control panel agar dapat
mengontrol kecepatan dan waktu mixing .
6.2.2 Sebaiknya menggunakan digital scale yang lebih baik agar dapat
mengukur berat dengan akurat .
7. DAFTAR PUSTAKA
a. ---, 2016, “Model constant speed mixer 686CS Instruction Manual”, Fann
Instrument Company, Houston
b. Kementrian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia, 2013, Lumpur
dan Hidrolika Lumpur Pengeboran, Jakarta
c. ---, 1994, “Designing and Managing Drilling Fluid” , Schlumberger,
d. Ariffin, Kamar Shah ,Mineral Perindustrian
e. ---, 1994, “Designing and Managing Drilling Fluid” , Schlumberger,
f. Product Information Soda Ash Product Information Calcium Remover –
Special Chemical. Phrikolat
g. PAC-R product data sheet, Halliburton
h. PAC-LV product data sheet, STRYKE

Anda mungkin juga menyukai