Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/324006324

Manajemen Konstruksi Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


TINGKAT PENGELOLAAN PENGETAHUAN: SURVEI PADA BEBERAPA
KONTRAKTOR DI INDONESIA (024K)

Conference Paper · October 2013

CITATIONS READS

0 1,442

2 authors:

Rudi Waluyo Mochamad Agung Wibowo


Universitas Palangka Raya Universitas Diponegoro
11 PUBLICATIONS   13 CITATIONS    64 PUBLICATIONS   123 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

KNOWLEDGE MANAGEMENT View project

Penilaian Properti View project

All content following this page was uploaded by Rudi Waluyo on 26 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Manajemen Konstruksi

TINGKAT PENGELOLAAN PENGETAHUAN: SURVEI PADA BEBERAPA


KONTRAKTOR DI INDONESIA
(024K)

Rudi Waluyo1, Mochamad Agung Wibowo2

1
Kandidat Doktor, Doktor Teknik Sipil, Universitas Diponegoro,
dan Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Palangka Raya
Email : rudiwaluyo30@gmail.com
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Email: agung_wibowo8314423@yahoo.co.uk

ABSTRAK

Knowledge management merupakan suatu konsep pengelolaan pengetahuan di dalam perusahaan.


Ada delapan aktivitas yang biasa dilakukan di dalam pengelolaan pengetahuan, yaitu knowledge
creation, knowledge sharing, knowledge acquisition, knowledge documentation, knowledge
application, knowledge transfer, responsiveness to knowledge, dan knowledge dissemination.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan kontraktor dalam hal
pengelolaan pengetahuan. Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitian ini dilakukan
dengan menyebarkan kuesioner pada 54 kontraktor besar (gred 6 dan 7). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kontraktor-kontraktor besar sudah melakukan pengelolaan pengetahuan di
dalam perusahaannya. Hampir seluruh responden berpendapat bahwa aktivitas-aktivitas pengelolaan
pengetahuan yang dilakukan seperti knowledge creation, knowledge sharing, knowledge acquisition,
knowledge documentation, knowledge application, knowledge transfer, responsiveness to
knowledge, dan knowledge dissemination berada pada tingkatan 3-5 (cukup baik-sangat baik).
Pernyataan-pernyataan responden yang mendekati 100% merupakan bukti kuat bahwa aktivitas-
aktivitas pengelolaan pengetahuan yang dilakukan di dalam perusahaan memberikan manfaat yang
besar dalam meningkatkan kemampuan karyawan, memperbaiki metode kerja, mempercepat respon
dan menumbuhkan inovasi didalam perusahaan.

Kata kunci : Pengetahuan, pengelolaan pengetahuan, tingkatan, kontraktor, aktivitas

1. PENDAHULUAN
Persaingan antar perusahaan di bidang bisnis konstruksi semakin meningkat, hal ini ditandai dengan
semakin meningkatnya persyaratan yang diinginkan pelanggan, sumber daya yang terbatas, kepedulian terhadap
lingkungan dan semakin tingginya kompetisi (Samson dan Lema, 2002). Dalam persaingan yang semakin ketat ini
perusahaan konstruksi dituntut mampu bersaing dan menciptakan peluang-peluang usaha baru (Soemardi, 2008).
Dalam dunia konstruksi yang semakin kompetitif setiap perusahaan diharapkan untuk terus dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perusahaan yang dipimpinnya sehingga kesuksesan dapat tercapai. Untuk
kesuksesan jangka panjang, perusahaan konstruksi secara keseluruhan tergantung pada perbaikan kinerja yang
dilakukan dengan menyerap dan mengaplikasikan ilmu-ilmu yang baru secara terus menerus (El-Mashaleh et al,
2007). Hal ini diperkuat Kaming (1998) yang menyatakan bahwa kesuksesan dalam bidang bisnis termasuk bisnis
konstruksi, sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusianya, karena sumber daya manusia merupakan faktor
produksi yang unik dan bila dibina dengan baik dapat menghasilkan nilai tambah pada sumber daya yang lain. Oleh
karena pentingnya sumber daya ini maka perusahaan harus mengelolanya dengan baik. Sumber daya yang juga
sangat penting tetapi banyak perusahaan yang belum mengelolanya dengan baik adalah pengetahuan atau
pengetahuan. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui pengelolaan pengetahuan di perusahaan-perusahaan
konstruksi khususnya kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan
kontraktor dalam hal pengelolaan pengetahuan di kontraktor-kontraktor besar.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengelolaan Pengetahuan
Manajemen pengetahuan atau yang saat ini lebih dikenal dengan knowledge management adalah suatu
konsep pengelolaan pengetahuan yang dilakukan organisasi untuk menciptakan business value dan menghasilkan
keunggulan bersaing (Hadiana, 2011). Pengertian ini diperkuat Wulantika (2012) yang menyatakan bahwa

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 39
Manajemen Konstruksi

pengetahuan management merupakan aktivitasorganisasi dalam mengelola pengetahuan sebagai aset, sehingga
pengetahuan ini dapat dibagi dan diaplikasikan dalam pekerjaan sehari-hari demi peningkatan kinerja organisasi.
Dukungan lebih rinci disampaikan Hendrik (2003) yang menyatakan bahwa knowledge management terdiri dari
aktivitas-aktivitas seperti merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin dan mengendalikan data
dan informasi yang telah digabung dengan berbagai bentuk pemikiran dan analisa dari macam-macam sumber yang
kompeten. Dari berbagai kajian pustaka terlihat bahwa ada perbedaan definisi tetapi memiliki tujuan yang sama,
yaitu pengelolaan pengetahuan yang dilakukan organisasi bertujuan untuk meningkatkan kinerja, sedangkan
aktivitas-aktivitas yang dilakukan ada beberapa macam.
2.2 Aktvitas-aktivitas dalam Pengelolaan Pengetahuan
Dalam pengelolaan pengetahuan setiap organisasi memiliki aktivitas yang berbeda-beda. Ada 8 (delapan)
aktivitas yang dilakukan organisasi dalam mengelola pengetahuannya, yaitu: knowledge creation, knowledge
sharing, knowledge acquisition, knowledge documentation, knowledge application, knowledge transfer,
responsiveness to knowledge dan knowledge dissemination (Sangkala, 2007; Seleim dan Khalil, 2007; Chen, 2007;
Munir, 2008; Ellitan dan Anatan, 2009).
1. Knowledge Creation
Menurut Hendrik (2003) knowledge creation merupakan tahap memasukkan segala pengetahuan yang baru
ke dalam sistem, termasuk juga pengembangan dan penemuan pengetahuan. Zuhal (2010) menyatakan bahwa proses
dalam knowledge creation, sebagai berikut: pengetahuan tentang apa yang diinginkan oleh pelanggan (tacit
knowledge) dapat kita konversikan menjadi suatu konsep produk baru (explicit knowledge) melalui proses sosialisasi
dan eksternalisasi. Dari kajian pustaka di atas dapat disimpulkan bahwa knowledge creation merupakan proses
penciptaan pengetahuan yang terjadi di dalam organisasi. Pada makalah ini knowledge creation merupakan aktivitas
yang bertujuan untuk menciptakan pengetahuan baru dengan cara mengkombinasikan pengetahuan internal dan
eksternal.
2. Knowledge Sharing
Menurut Setiarso (2009) knowledge sharing merupakan salah satu aktivitas dalam pengetahuan
management yang digunakan untuk memberikan kesempatan kepada anggota suatu organisasi, instansi atau
perusahaan untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman dan ide yang mereka miliki kepada anggota
lainnya. Munir (2008) menyatakan bahwa sasaran knowledge sharing adalah menyebarkan pengetahuan yang
dikuasai oleh satu orang ke sebanyak mungkin orang di organisasi. Penyebaran pengetahuan dari satu orang ke
orang lain, atau dari satu unit kerja ke unit kerja yang lain diharapkan akan meningkatkan kualitas pengetahuan
yang dimiliki oleh individu, unit kerja dan akhirnya organisasi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa
knowledge sharing merupakan metode yang digunakan untuk membagi pengetahuan. Pada makalah ini knowledge
sharing merupakan aktivitas yang dilakukan untuk membagi pengetahuan yang dimiliki karyawan di dalam
perusahaan baik yang berupa tacit maupun eksplisit sehingga membantu penyelesaian pekerjaan di perusahaan.
3. Knowledge Acquisition
Menurut Sangkala (2007) knowledge acquisition pada dasarnya adalah aktivitas yang berorientasi pada
penambahan pengetahuan yang sudah ada di dalam organisasi. Knowledge acquisition dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu dengan mengakuisisi pengetahuan yang bersumber dari luar maupun dari dalam organisasi.
Munir (2008) menyatakan bahwa sasaran aktivitas dalam proses knowledge acquisition adalah untuk memperoleh
pengetahuan yang dibutuhkan oleh organisasi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa knowledge acquisition
merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mengakuisisi atau menambah pengetahuan. Pada makalah ini knowledge
acquisition merupakan aktivitas untuk menambah atau mengakuisisi pengetahuan yang sudah dimiliki perusahaan
dengan cara memperolehnya dari internal maupun eksternal perusahaan.
4. Knowledge Documentation
Menurut Seleim dan Khalil (2007) knowledge documentation melibatkan aktivitas yang
menginstitusionalkan pengetahuan dalam bentuk memori organisasi yang selanjutnya dapat ditransfer dan
digunakan kembali di masa yang akan datang. Munir (2008) menyatakan bahwa knowledge documentation
merupakan aktivitasyang ditujukan untuk memastikan bahwa pengetahuan yang ada di organisasi terpelihara dan
tersimpan dalam bentuk yang mudah diakses oleh yang membutuhkan. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan
bahwa knowledge documentation merupakan aktivitasyang dilakukan untuk menyimpan dan memelihara
pengetahuan organisasi. Pada makalah ini knowledge documentation merupakan aktivitas yang dilakukan untuk
menyimpan atau mendokumentasikan pengetahuan di dalam organisasi sehingga terpelihara dengan baik dan dapat
diakses dengan mudah saat dibutuhkan.
5. Knowledge Application
Menurut Seleim dan Khalil (2007) knowledge application mengacu pada aktivitas organisasi untuk
menggunakan pengetahuan yang tersedia untuk memperbaiki proses, produk, dan pelayanan juga kinerja organisasi.
Ellitan dan Anatan (2009) menyatakan bahwa knowledge application mencakup aplikasi pengetahuan dalam

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


K - 40 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi

skenario yang baru dan belajar dari skenario tersebut yang mencakup analisis dan evaluasi kritis. Knowledge
application menekankan bahwa pengetahuan harus diterapkan dalam produk, proses dan jasa. Dari kajian pustaka di
atas disimpulkan bahwa knowledge application merupakan aktivitas yang dilakukan organisasi untuk menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh. Pada makalah ini knowledge application merupakan aktivitasyang dilakukan
untuk menerapkan pengetahuan yang ada agar bisa memperbaiki proses, produk maupun pelayanan yang diberikan
sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.
6. Knowledge Transfer
Menurut Hendrik (2003) knowledge transfer menyangkut aktifitas pemindahan pengetahuan dari satu pihak
ke pihak lain. Seleim dan Khalil (2007) menyatakan bahwa knowledge transfer termasuk kegiatan-aktivitasyang
mendukung pertukaran pengetahuan antar individu, kelompok, unit-unit di dalam organisasi dan di tingkat
organisasi yang berbeda. Transfer pengetahuan yang eksplisit lebih banyak terjadi dari pada transfer pengetahuan
yang tidak eksplisit (tacit pengetahuan). Seorang ahli mengatakan bahwa 80% know how ada pada area yang tidak
mudah atau tidak dapat dikodifikasi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa knowledge transfer merupakan
aktivitas memindahkan atau mentransfer pengetahuan dari satu orang atau unit ke orang atau unit lain. Pada makalah
ini knowledge transfer merupakan aktivitasyang berkaitan pertukaran pengetahuan tacit dan eksplisit yang dimiliki,
dilakukan di tingkat individu, unit-unit, dan perusahaan dengan cara formal maupun informal.
7. Responsiveness To Knowledge
Menurut Darroch (2003) responsiveness to knowledge merupakan aktivitas organisasi yang memberi
respon terhadap berbagai tipe pengetahuan yang diakses, contoh: respon terhadap pengetahuan tentang teknologi
dan pemasaran. Chen (2007) menyatakan responsiveness to knowledge fokus pada mengukur lingkungan bisnis
internal dan eksternal, mengidentifikasi dan memperoleh pengetahuan yang menantang menjadi sesuatu yang jelas,
mengartikulasikan tujuan dan strategi. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa responsiveness to knowledge
merupakan respon organisasi dalam mengantisipasi perkembangan bisnis. Pada makalah ini responsiveness to
knowledge adalah aktivitasyang dilakukan sebagai wujud respon atau reaksi terhadap saran, kritik, dan komplain
dari pegawai dan pelanggan untuk memperbaiki produk, pelayanan dan proses pekerjaan.
8. Knowledge Dissemination
Menurut Echols dan Shadily (2000) knowledge dissemination adalah penyebaran pengetahuan (informasi).
Ellitan dan Anatan (2009) menyatakan bahwa diseminasi pengetahuan melibatkan siapa saja yang mendapatkan
pengetahuan (personalisasi) dan bagaimana (distribusi). Dalam fase ini, tidak semua informasi dan pengetahuan
yang dikumpulkan berguna bagi semua orang. Oleh karena itu pengetahuan harus dipersonalisasikan dan
didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pengguna. Dari kajian pustaka di atas disimpulkan bahwa
knowledge dissemination merupakan penyebaran pengetahuan di dalam organisasi, karena itu informasi atau
pengetahuan yang akan disebarkan harus dipilih dan diseleksi dengan baik. Pada makalah ini knowledge
dissemination merupakan kegiatan-aktivitasyang bertujuan untuk menyebarkan pengetahuan yang dimiliki di dalam
perusahaan.

2.3 Kontraktor
Kontraktor adalah perseorangan atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang ditetapkan, dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan
hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan (Ervianto, 2005). Kontraktor adalah orang atau badan
yang menerima dan menyelenggarakan pekerjaan bangunan menurut biaya yang telah tersedia dan melaksanakan
sesuai dengan peraturan dan syarat-syarat serta gambar-gambar rencana yang telah ditetapkan (Djojowirono, 2005).
Pada makalah ini kontraktor adalah salah satu pihak yang terlibat dalam usaha jasa konstruksi, berupa perseorangan
atau perusahaan berbadan hukum, bertindak sebagai pelaksana untuk mewujudkan hasil perencanaan menjadi
bangunan yang disesuaikan dengan peraturan dan syarat-syarat. Kontraktor dapat dibedakan berdasarkan klasifikasi
dan kualifikasi usahanya.
Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor: 02 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Registrasi
Ulang, Perpanjangan Masa Berlaku, dan Permohonan Baru Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi
menjelaskan bahwa klasifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi meliputi arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal, dan
tata lingkungan. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) telah mengeluarkan peraturan yang mengubah
sistem kualifikasi jasa pelaksanaan konstruksi dengan peraturan nomor 11 tahun 2006, yang kemudian diperbaharui
dengan Peraturan No.11a Tahun 2008 dan Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor: 02 Tahun
2011, yang intinya mengubah sistem besar, menengah dan kecil menjadi sistem gred dengan skala 1 sampai dengan
7. Dimana gred 1 untuk usaha perorangan, gred 2 sampai dengan gred 4 untuk usaha kecil, gred 5 untuk usaha
menengah, dan gred 6 dan 7 untuk usaha besar.
Bisnis kontraktor (konstruksi) adalah usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang (pelaku bisnis)
terorganisir, yang berspekulasi dengan waktu dan uang, untuk mendapatkan sejumlah keuntungan melalui jasa
pemborongan di bidang pelaksanaan pekerjaan konstruksi (civil works), yang meliputi pekerjaan arsitektural, sipil,

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 41
Manajemen Konstruksi

mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan, yang hasil pekerjaannya dapat berupa bangunan atau bentuk fisik lain
yaitu tata ruang dalam (interior design), tata ruang luar (exterior design), penghancuran bangunan (demolition),
pemeliharaan (maintenance), rehabilitasi, renovasi dan pemulihan kondisi (restoration) (Malik, 2010). Persaingan di
bidang bisnis konstruksi begitu ketat, selain berorientasi profit kontraktor diharapkan juga mampu menjawab
tantangan dan tuntutan pelanggan yang semakin tinggi dewasa ini. Di era bisnis berbasis pengetahuan (knowledge
based business) dewasa ini, terjadi pergeseran paradigma, pengetahuan merupakan aset yang harus dikelola dan
dikembangkan dengan baik. Pengelolaan pengetahuan ini tanpa meninggalkan pengelolaan sumber daya yang lain,
pengetahuan merupakan aset yang tidak berbentuk tapi sangat menunjang proses bisnis kontraktor. Dengan
pengelolaan pengetahuan yang baik, diharapkan kontraktor memiliki kemampuan inovatif untuk menjawab
tantangan dan tuntutan pelanggan yang semakin tinggi, ditengah bisnis konstruksi yang semakin kompetitif.

3. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Kuesioner
Untuk memperoleh data yang dapat mendukung penelitian ini, maka instrumen penelitian yang berupa
kuesioner ini dirancang terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu: 1) data profil kontraktor dan responden berisi data
perusahan yang berkaitan dengan kualifikasi kontraktor, pengalaman bidang konstruksi, pekerjaan konstruksi yang
dilaksanakan, dan data profil responden yang berkaitan mengenai umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan
tingkat manajer. 2) pandangan kontraktor terhadap aktivitas-aktivitas pengetahuan management. Bagian ini
menyangkut pernyataan responden mengenai pandangannya terhadap aktivitas pengetahuan management.
3.2 Teknik Analisis Data
Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya adalah tahap analisis data.
Pada tahap ini, data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat dipakai untuk menjawab tujuan
penelitian. Analisis yang dilakukan, yaitu: analisis statistik deskriptif dan menentukan tingkat pengelolaan
pengetahuan atau knowledge management dalam perusahaan

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pada bagian ini akan diuraikan mengenai profil responden dan analisis terhadap tingkat pengelolaan
pengetahuan di kontraktor.
4.1 Profil Kontraktor dan Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah kontraktor besar. Jumlah responden yang terlibat dalam
penelitian ini adalah 54 responden. Profil kontraktor dan responden ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Profil kontraktor dan responden
No Profil Frekuensi Prosentase No Profil Frekuensi Prosentase
1 Kualifikasi Kontraktor 4 Tingkat pendidikan Responden
a. Gred 6 24 44,4 % a. Sarjana (S1) 52 96.3 %
b. Gred 7 30 55,6 % b. Magister (S2) 2 3.7 %
c. Doktor (S3) 0 0%
2 Pengalaman Kontraktor di 5 Pengalaman di perusahaan
Bidang Konstruksi a. < 5 tahun 2 3.7 %
a. 5-10 years 2 3.7 % b. 5-10 tahun 28 51.9 %
b. 10-15 years 17 31.5 % c. 10-15 tahun 10 18.5 %
c. > 15 years 35 64.8 % d. > 15 tahun 14 25.9 %
3 Umur Responden 6 Tingkat manajer
a. < 25 tahun 0 0% a. Manajer lini pertama 11 20.4 %
b. 25-30 tahun 0 0% b. Manajer menengah 31 57.4 %
c. 30-35 tahun 26 48.1 % c. Manajer puncak 12 22.2 %
d. > 35 tahun 28 51.9 %

Sumber: Analisis Data


Berdasarkan tabel 2. kontraktor yang menjadi sampel penelitian ini merupakan kontraktor telah memiliki
manajemen yang baik, hal itu dapat dilihat dari kualifikasi gred 6 sebanyak 24 kontraktor (44,4 %) dan gred 7
sebanyak 30 kontraktor (55,6 %) yang semuanya merupakan kontraktor besar. Selain itu kontraktor-kontraktor
tersebut memiliki pengalaman yang baik di bidang konstruksi yang ditunjukkan dengan 52 kontraktor (96,3 %)
memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun di bidang konstruksi dan 2 kontraktor (3,7 %) yang memiliki pengalaman
di konstruksi kurang dari 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kontraktor yang menjadi sampel penelitian benar-
benar mengetahui seluk beluk di bidang konstruksi.
Pada tabel 1. Menunjukkan bahwa seluruh responden berumur di atas 30 tahun, dengan tingkat pendidikan
lebih dari 90 % adalah sarjana. Pengalaman kerja di perusahaan sekarang bervariasi,yaitu: sebanyak 28 orang (51,9
%) telah bekerja selama 5-10 tahun, 10 orang (18,9 %) telah bekerja 10-15 tahun, 14 orang (25,9 %) telah bekerja

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


K - 42 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi

lebih dari 15 tahun dan hanya 2 orang yang bekerja kurang dari 5 tahun. Manajer yang menjadi responden sebanyak
43 orang (79,6 %) merupakan manajer menengah ke atas. Hal ini menunjukkan bahwa responden merupakan orang-
orang yang telah mengetahui persis kondisi perusahaan tempat mereka bekerja, dan memahami dengan baik tentang
pengelolaan pengetahuan di perusahaan.
4.2 Tingkat Pengelolaan Pengetahuan di Kontraktor
Pada penelitian ini tingkat pengelolaan pengetahuan digolongkan menjadi 5 tingkatan, yaitu: 1 (sangat
tidak baik), 2 (tidak baik), 3 (cukup baik), 4 (baik) dan 5 (sangat baik). Hasil analisis terhadap tingkat pengelolaan
pengetahuan di kontraktor disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Tingkat Pengelolaan Pengetahuan
Tingkat Pengelolaan Pengetahuan
No Aktivitas Pengelolaan Pengetahuan
1 2 3 4 5
1 Knowledge Creation
Dukungan untuk memunculkan ide-ide baru untuk perbaikan metode 0 0 30 18 6
konstruksi dan proses kerja di perusahaan
Penghargaan terhadap pengembangan pengetahuan baru 0 0 20 27 7
2 Knowledge Sharing
Karyawan membagi ide dan pengalaman yang dimiliki dengan karyawan yang 0 0 14 25 15
lain
Karyawan mengajarkan keahlian yang dikuasainya kepada rekan kerja 0 0 15 30 9
3 Knowledge Acquisition
Menyewa tenaga ahli atau konsultan ketika pengetahuan penting yang 0 0 20 23 7
diperlukan tidak tersedia
Karyawan secara teratur mengikuti kursus, seminar atau program pelatihan 0 0 21 27 6
lain agar tetap memiliki informasi yang up to date
4 Knowledge documentation
Menyediakan handbook, manual, CD yang terus diupdate dan juga sering 0 0 24 24 6
digunakan dalam pekerjaan
Best practice direkam dengan teratur dan disimpan sebagai data base 0 2 17 33 2
5 Knowledge Application
Perpaduan pengetahuan dan kreatifitas digunakan untuk menciptakan aplikasi 0 0 29 20 5
baru
Menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk mengerjakan proyek 0 0 16 35 3
konstruksi yang berbeda-beda
6 Knowledge Transfer
Karyawan yang memiliki pengetahuan dan keahlian tertentu membaginya 0 0 19 26 9
dengan karyawan lain
Menggunakan mekanisme, alat dan teknologi untuk mentransfer pengetahuan 0 0 22 27 5
7 Responsiveness To Knowledge
Respon positif terhadap perubahan produk atau pelayanan yang diinginkan 2 0 20 27 2
klien
Respon dengan cepat apabila kompetitor utama memberikan pelayanan yang 0 0 19 28 7
sama kepada klien dengan harga yang kompetitif
8 Knowledge Dissemination
Laporan tertulis karyawan yang mengikuti kursus, konferensi dan seminar 0 0 31 18 5
mengembangkan pelayanan atau produk baru
Laporan periodik tentang pencapaian prestasi (contoh: laporan bulanan dan 0 0 33 15 6
laporan tahunan)
Sumber: Analisis Data

Berdasarkan tabel 2. tentang tingkat pengelolaan pengetahuan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Knowledge Creation
Pada aktivitas knowledge creation, seluruh responden (100%) setuju atas dukungan perusahaan untuk
memunculkan ide-ide baru untuk perbaikan metode dan proses kerja dan yang dilakukan perusahaan dalam
memberikan perhargaan atas pengembangan pengetahuan baru. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas
responden setuju bahwa aktivitas-aktivitas knowledge creation yang dilakukan berada pada tingkatan 3-5 (cukup
baik – sangat baik).
2. Knowledge Sharing
Pada aktivitas knowledge sharing, seluruh responden (100%) setuju atas aktivitas karyawan yang membagi ide
dan pengalamannya dengan karyawan lain dan karyawan mengajarkan keahlian yang dikuasai. Hasil-hasil ini

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 43
Manajemen Konstruksi

menunjukkan bahwa seluruh responden setuju bahwa aktivitas-aktivitas knowledge sharing yang dilakukan berada
pada tingkatan 3-5 (cukup baik – sangat baik).
3. Knowledge Acquisition
Pada aktivitas knowledge acquisition, responden sebanyak 50 orang (92.6%) setuju atas aktivitas menyewa
tenaga ahli untuk menambah pengetahuan yang belum dimiliki perusahaan. Seluruh responden (100%) mendukung
aktivitas karyawan yang mengikuti kursus atau pelatihan secara teratur. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa seluruh
responden setuju bahwa aktivitas-aktivitas knowledge acquisition yang dilakukan berada pada tingkatan 3-5 (cukup
baik – sangat baik).
4. Knowledge documentation
Pada aktivitas knowledge documentation, seluruh responden (100%) setuju atas aktivitas perusahaan dalam
menyediakan eksplisit pengetahuan yang terus diupdate. 52 responden (96.3%) setuju bahwa best practice harus
didokumentasikan dengan baik. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden setuju bahwa aktivitas-
aktivitas knowledge documentation yang dilakukan berada pada tingkatan 3-5 (cukup baik – sangat baik).
5. Knowledge Application
Pada aktivitas knowledge application, seluruh responden (100%) setuju bahwa perpaduan pengetahuan akan
menciptakan aplikasi baru dan pengetahuan yang dimiliki digunakan untuk mengerjakan proyek konstruksi. Hasil-
hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden setuju bahwa aktivitas-aktivitas knowledge application yang
dilakukan berada pada tingkatan 3-5 (cukup baik – sangat baik).
6. Knowledge Transfer
Pada aktivitas knowledge transfer, seluruh responden (100%) setuju bahwa karyawan membagi pengetahuan
dan keahlian yang dimiliki dan perusahaan menggunakan mekanisme atau teknologi untuk mendukung transfer
pengetahuan. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden setuju bahwa aktivitas-aktivitas knowledge
transfer yang dilakukan berada pada tingkatan 3-5 (cukup baik – sangat baik).
7. Responsiveness To Knowledge
Pada aktivitas responsiveness to knowledge, ada 52 responden (96.3%) setuju atas respon positif terhadap
perubahan keinginan klien. Dan seluruh responden (100%) setuju atas respon cepat perusahaan terhadap aksi
maupun reaksi kompetitor. Hasil-hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden setuju bahwa aktivitas-aktivitas
responsiveness to knowledge yang dilakukan berada pada tingkatan 3-5 (cukup baik – sangat baik).
8. Knowledge Dissemination
Pada aktivitas knowledge dissemination, seluruh responden (100%) mendukung laporan tertulis yang dibuat
oleh karyawan yang mengikuti pelatihan dan laporan periodik yang dibuat dan memuat prestasi yang dicapai. Hasil-
hasil ini menunjukkan bahwa seluruh responden setuju bahwa aktivitas-aktivitas knowledge dissemination yang
dilakukan berada pada tingkatan 3-5 (cukup baik – sangat baik).
Hasil analisis yang dilakukan di atas menunjukkan bahwa kontraktor-kontraktor besar sudah melakukan
pengelolaan pengetahuan di dalam perusahaannya. Hampir seluruh responden berpendapat bahwa aktivitas-aktivitas
pengelolaan pengetahuan yang dilakukan seperti knowledge creation, knowledge sharing, knowledge acquisition,
knowledge documentation, knowledge application, knowledge transfer, responsiveness to knowledge, dan knowledge
dissemination berada pada tingkatan 3-5 (cukup baik-sangat baik). Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan
pengetahuan di kontraktor-kontraktor besar sudah dilakukan dengan baik dan pihak-pihak yang terlibat didalamnya
turut merasakan dampak dari pengelolaan pengetahuan itu sendiri. Pernyataan-pernyataan yang responden yang
mendekati 100% merupakan bukti kuat bahwa aktivitas-aktivitas pengelolaan pengetahuan yang dilakukan didalam
perusahaan memberikan manfaat yang besar dalam meningkatkan kemampuan karyawan, memperbaiki metode
kerja, mempercepat respon dan menumbuhkan inovasi didalam perusahaan.

4.3 Pembahasan
Aktivitas-aktivitas pengelolaan pengetahuan yang dilakukan pada kontraktor besar berada pada tingkatan 3-5
(cukup baik-sangat baik), hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
(Sangkala, 2007; Seleim dan Khalil, 2007; Chen, 2007; Munir, 2008; dan Ellitan dan Anatan, 2009) pada organisasi-
organisasi non konstruksi yang menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas pengelolaan pengetahuan seperti knowledge
creation, knowledge sharing, knowledge acquisition, knowledge documentation, knowledge application, knowledge
transfer, responsiveness to knowledge, dan knowledge dissemination sudah diaplikasikan dengan baik. Dengan kata
lain pengelolaan pengetahuan di kontraktor sudah dilakukan dengan baik sama dengan yang sudah dilakukan di
organisasi non konstruksi.

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


K - 44 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Manajemen Konstruksi

5. KESIMPULAN
Aktivitas-aktivitas pengelolaan pengetahuan seperti knowledge creation, knowledge sharing, knowledge acquisition,
knowledge documentation, knowledge application, knowledge transfer, responsiveness to knowledge, dan knowledge
dissemination sudah dilakukan dengan baik di kontraktor-kontraktor besar. Pengelolaan pengetahuan di kontraktor
besar berada pada tingkatan 3-5 (cukup baik-sangat baik).

DAFTAR PUSTAKA
Chen, L. (2007). ”Linking Pengetahuan Management To Organizational Business Performance in Construction”,
Thesis of Doctor Philosophy, Griffith School of Engineering, Griffith University Gold Goast Campus
Darroch, J. (2003). “Developing a measure of pengetahuan management behaviors and practices”, Journal of
Pengetahuan Management, 7 (5), 41-54
Djojowirono, S. (2005). “Manajemen Konstruksi”, Edisi Keempat, Biro Penerbit KMTS FT UGM
Echols, J.M. dan Shadily, H. (2000). “Kamus Inggris Indonesia, An English-Indonesia Dictionary”, Penerbit
PT.Gramedia, Jakarta
Ellitan, L. dan Anatan, L. (2009). “Manajemen Inovasi Transformasi Menuju Organisasi Kelas Dunia”, Penerbit
Alfabeta, Bandung
El-Mashaleh, M.S., Michin Jr, R.E., dan O’Brien, W.J. (2007). “Management of Construction Firm Performance
Using Benchmarking”, Journal of Management in Engineering
Ervianto, W.I. (2005). ”Manajemen Proyek Konstruksi”, Edisi Revisi, Penerbit Andi Yogyakarta
Hadiana, A.I. (2011). “Aspek Manusia Dalam Penerapan Pengetahuan Management”, Prosiding Konferensi
Nasional ICT Politeknik Telkom (KNIP), pp.124-130
Hendrik, (2003). “Sekilas tentang Pengetahuan Management”, Artikel Populer Ilmu Komputer.com
Kaming, P. (1998). “Praktek Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) Pasar Industri Konstruksi di Indonesia”,
Seminar Akademik Fakultas Teknik UAJY
Malik, A. (2010). “Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi, Kiat Andal Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi”,
Penerbit Andi Yogyakarta
Munir, N. (2008). ”Pengetahuan Management Audit, Pedoman Evaluasi Kesiapan Organisasi Mengelola
Pengetahuan”, Penerbit PPM, Jakarta
Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor : 02 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Registrasi Ulang,
Perpanjangan Masa Berlaku, Dan Permohonan Baru Sertifikat Badan Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi
Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor : 11a Tahun 2008 Tentang Registrasi Usaha Jasa
Pelaksana Konstruksi
Samson, M. dan Lema, N.M. (2002). “Development of construction contractors performance measurement
frameworks, Creating a Sustainable Construction Industry in developing Countries”, The 1st International
Conference of CIB, South Africa.
Sangkala, (2007). “Pengetahuan Management, Suatu Pengantar Memahami Bagaimana Organisasi Mengelola
Pengetahuan Sehingga Menjadi Organisasi Yang Unggul”, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Seleim, A., dan Khalil, O. (2007). “Pengetahuan Management and Organizationa Performance in the Egyptian
Software Firms”, International Journal of Pengetahuan Management, 3 (4), 37-66
Setiarso, B. (2005). “Strategi Pengelolaan Pengetahuan (Pengetahuan Management) untuk Meningkatkan Daya
Saing UKM”, Seminar Nasional PESAT, Universitas Gunadarma Jakarta, Jakarta, Hal E41-E50
Soemardi, B.W. (2008). “Peningkatan Daya Saing Industri Konstruksi Nasional Melalui Inovasi Konstruksi”,
Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 (KoNTekS 2), Yogyakarta, Hal.9-18
Wulantika, L. (2012). “Pengetahuan Management Dalam Meningkatkan Kreasi Dan Inovasi Perusahaan”, Majalah
Ilmiah UNIKOM, 10 (2), 263-270
Zuhal, (2010). “Pengetahuan and Innovation Platform Kekuatan Daya Saing”, PT.Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)


Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 K - 45

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai