Oleh:
Nama : SULISTYOWATI, S.Pd.
NUPTK : 8558765666230063
Nomor Peserta PPG : 19166318710048
Prodi PPG : [187] Kimia
LPTK : UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Angkatan : 3 (TIGA)
Sekolah Asal : SMAS YAYASAN PENDIDIKAN VIDYA DAHANA PATRA
Buatlah ringkasan proses produksi bahan kimia yang melibatkan reaksi kesetimbangan
termasuk metode optimasi yang dilakukan, antara lain:
1. INDUSTRI PEMBUATAN ASAM SULFAT
Pembuatan Asam SulfatSkala Industri
Pembuatan asam sulfat secara industri dilakukan melalui tiga tahapan antara lain
a. Ekstraksi belerang
Sumber dari belerang paling banyak berasal dari recovery gas alam dan minyak. Minyak
dan gas alam banyak mengandung senyawa sulfur, baik dalam bentuk organik maupun
hidrogen sulfida yang kedua senyawa tersebut harus dihilangkan sebelum minyak bumi
digunakan sebagai bahan bakar atau bahan baku kimia.
Sumber penting lain dari sulfur adalah belerang dioksida dari pemurnian logam. Banyak
bijih logam mengandung sulfida dan dipanaskan untuk membentuk oksida sebagai sulfur
dioksida, misalnya, dalam pembuatan timbal
Logam lainnya yang diproduksi dari bijih sulfida adalah tembaga, nikel dan seng. Di seluruh
dunia sekitar 35% belerang diperoleh dari sulfur dioksida yang berasal dari pemanasan bijih
sulfida dan ini terus meningkat, pada umumnya pabrik-pabrik melepaskans sulfur dioksida
ke atmosfer dan didaur ulang sebagai asam sulfat. Secara khusus, China membuat sebagian
besar asam sulfat dari pirit, yaitu bijih besi sulfida. Asam sulfat juga diperoleh dari
amonium sulfat, produk samping dalam pembuatan poli (metil 2-methylpropenoate) dan
juga dari daur ulang asam sulfat yang telah di gunakan.
Udara yang berlebih terdiri 10-12% sulfur dioksida dan 10% oksigen. Gas-gastersebut
sangat panas dan begitu juga melewati penukar panas (waste heat boiler).
Gas didinginkan sampai sekitar 700 K dan air di pipa boiler sekitarnya diubah menjadi uap.
Dalam pembuatan satu ton asam sulfat, diproduksi satu ton uap tekanan tinggi.
Katalis, vanadium (V) oksida pada silika umumnya dalam bentuk pelet kecil, dan
ditambahkan cesium sulfat pada permukaanya (Gambar 2). Fungsi cesium sulfat ini adalah
untuk menurunkan titik leleh vanadium (V) oksida sehingga cair pada 700 K.
Katalis Vanadium (v) oksida digunakan untuk pembuatan asam sulfat (Gb.Holdor topse)
Gambar diagram proses kontak dapat dilihat pada gambar berikut, Sebuah diagram alir
Proses Kontak. Seperti ditunjukkan di atas, itu adalah reaksi eksotermis sehingga, untuk
hasil yang memuaskan dari sulfur trioksida (di atas 99,5% diperlukan konversi), digunakan
suhu rendah agar seekonomis mungkin. Dengan demikian, panas dipindahkan dengan
melepaskan gas dari setiap bed dengan menggunakan penukar panas. Sulfur trioksida yang
dihasilkan dipindahkan antara bed ketiga dan keempat dan mengalir ke tahap selanjutnya,
yaitu konversi sulfur trioksida untuk asam sulfat.
Namun, sejumlah kecil sulfur dioksida tidak dikonversi dan melewati keempat katalis bed
dan menghasilkan gas, terutama sulfur trioksida yang mengalir ke tahap berikutnya.
Gb.Mike Sellars
d. Konversi dari sulfur trioksida untuk asam sulfat
Belerang trioksida yang terbentuk dari bed ketiga (dan sejumlah kecil dari bed keempat)
sekarang dikonversi ke asam sulfat. Sulfur trioksida bereaksi dengan air dan reaksi dapat
dinyatakan sebagai:
Namun, air itu sendiri tidak dapat digunakan untuk penyerapan karena ada kenaikan suhu
yang besar, dan terbentuk kabut asam sulfat, yang sulit untuk di tangani. Sebaliknya,
digunakan asam sulfat dengan konsentrasi sekitar 98%. kemudian disimpan pada
konsentrasi tersebut dengan penambahan air dan penghilangan asam pada konsentrasi ini
Untuk menjaga suhu di sekitar 400 K, panas dihilangkan dengan penukar panas, seperti
gambar di bawah
Gas yang tidak diserap mengandung sekitar 95% nitrogen, 5% oksigen, dan sisa sulfur
dioksida. Aliran gas disaring untuk menghilangkan sisa kabut asam sulfat dan dikembalikan
ke atmosfer dengan menggunakan cerobong tinggi.
Kondisi yang menguntungkan pada pembentukan produk pada tingkat reaksi yang cocok
untuk reaksi tersebut adalah: tekanan tinggi, udara berlebih, katalis, suhu tinggi yang
konsisten dengan laju reaksi yang bisa diatur, efisiensi katalis dan tekanan. kebanyakan
pabrik beroperasi dengan: tekanan sedang (10-13 atm), oksigen (udara), paduan platina
dan rhodium sebagai katalis, suhu 1200 K.
Keuntungan utama dari tekanan tinggi adalah bahwa secara substansial mengurangi
ukuran peralatan dan pipa yang diperlukan,sehingga menghemat biaya operasi
Bila memungkinkan, amonia dibuat di tempat yang sama. Sehingga mudah disaring untuk
menghilangkan kotoran dan kemudian dicampur dengan udara tersaring terkompresi untuk
memberikan campuran yang mengandung sekitar 10% amonia dan 90% udara. Proporsi
yang tepat dari udara berlebih tergantung pada tekanan operasi dan suhu pabrik.
Campuran ini kemudian dilewatkan melalui satu atau lebih konverter secara paralel,
masing-masing berisi serangkaian 90% platinum / 10% katalis kain kasa rodium secara
paralel pada suhu 975-1225 K - biasanya 1.200 K dalam reaktor unggun tetap. Konversi
setidaknya 96% amonia berlangsung.
Sebuah kasa dari paduan platina-rhodium dipasang di konverter (foto : Johnson Matthey)
Rodium ditambahkan ke platinum untuk memberikan kekuatan kasa dan untuk mengurangi
hilangnya platinum, faktor ekonomi yang penting (0,4 g rugi per 1000 kg asam nitrat
dibuat). Hal ini disebabkan 'hot spot' yang terjadi pada kain kasa.
Baru-baru ini, telah ditemukan bahwa rajutan kain kasa meningkatkan efisiensi konversi
dan memperpanjang umur katalis.
Gas panas yang meninggalkan konverter baik digunakan untuk meningkatkan superheated
steam atau panas gas buang dari menara absorpsi. Uap dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik di turbin uap yang kemudian dapat mendorong kompresor udara.
Gas panas meninggalkan penggalangan uap / bagian pertukaran panas di sekitar 425 K.
Gas-gas kemudian melewati satu atau lebih menara untuk memenuhi aliran air, biasanya
mengalir ke arah yang berlawanan dari gas. Di sini, oksidasi dari nitrogen monooksida terus
menerus sehingga terjadi penyerapan untuk pembentukan asam nitrat:
Sewaktu reaksi antara amonia dan oksigen (udara) terjadi pada kasa katalitik, terjadi reaksi
eksotermik sehingga wadah yang menopang suhu reaksi dan paduan logam bersinar
merah(foto : Johnson Matthey)
Dalam proses ini, di mana NOX signifikan tetap dalam limbah gas, limbah yang dilewatkan
melalui katalis (platinum atau rhodium pada silicoaluminate, titanium atau senyawa
vanadium) dengan bahan bakar, seperti hidrogen atau metana. Oksida nitrogen dikurangi
menjadi nitrogen. Sebagai contoh pada reaksi berikut:
Suhu di mana reaksi paling efektif tergantung pada bahan bakar. untuk Hidrogen, suhunya
adalah 450 K. Untuk metana, suhunya jauh lebih tinggi, 750 K.
Asam dari menara penyerapan biasanya mengandung 56-60% asam nitrat persen massa
tetapi dapat diproduksi hingga kemurnian 68% omassa. Beberapa asam memerlukan kadar
99 %, misalnya pembuatan senyawa organik nitro untuk bahan peledak dan industri
pewarna. Asam nitrat dan air membentuk campuran azeotropik, dengan titik didih
maksimum 395 K, yang mengandung asam nitrat 68% massa, sehingga asam pekat tidak
dapat diperoleh dengan distilasi larutan berair. Asam sulfat pekat digunakan untuk
menyerap kadar air dan kemudian pada distilasi campuran ini, asam nitrat terkonsentrasi
tersebut diperoleh. Asam nitrat murni mendidih pada 359 K.
KONDISI OPTIMAL BISA DICAPAI PADA
Kondisi optimal dicapai ketika produk yang dihasilkan maksimal dengan cara menggeser
kesetimbangan ke arah kanan sesuai dengan reaksi berikut
Kondisi yang menguntungkan pada pembentukan produk pada tingkat reaksi yang cocok
untuk reaksi tersebut adalah:
Tekanan tinggi, sekitara (10-13 atm)
Udara berlebih
Katalis, menggunakan Paduan platina dan rhodium
Suhu tinggi sekitar 1200 K yang konsisten dengan laju reaksi yang bisa diatur, efisiensi
katalis dan tekanan
3. AMMONIAK
Reaksi yang terjadi adalah kesetimbangan antara gas N2, H2, dan NH3 ditulis sebagai berikut:
N2(g) + 3 H2(g) 2↔ NH3(g) ΔH = –92 kJ
Untuk proses ini, gas N2 diperoleh dari hasil penyulingan udara, sedangkan gas H2
diperoleh dari hasil reaksi antara gas alam dengan air. Pada suhu kamar, reaksi ini
berlangsung sangat lambat maka untuk memperoleh hasil yang maksimal,reaksi dilakukan
pada suhu tinggi, tekanan tinggi, dan diberi katalis besi. Reaksi pembentukan ammonia
merupakan reaksi eksoterm. Menurut Le Chatelier kesetimbangan akan bergeser ke arah
NH3 jika suhu rendah. Masalahnya adalah katalis besi hanya berfungsi efektif pada suhu
tinggi, akibatnya pembentukan amonia berlangsung lama pada suhu rendah.
c. Menambahkan katalis
Walaupun sudah diatur dengan maksimal, ternyata hanya 15% amonia yang bisa diambil.
Sementara itu, 85% sisa amonia kembali lagi ke arah N2 dan H2 yang akan bereaksi lagi
membentuk NH3. Secara sederhana, proses pembuatan amonia digambarkan dalam skema
berikut.
4. UREA
Prinsip pembuatan urea pada umumnya yaitu dengan mereaksikan antara amonia
dan karbondioksida pada tekanan dan temperatur tinggi didalam reaktor kontinu
untuk membentuk amonium karbamat (reaksi1) selanjutnya amonium karbamat
yang terbentuk didehidrasi menjadi urea (reaksi 2).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Reaksi 1 : 2 NH3(g) + CO2(g) NH2COONH4(g)
Reaksi 2 : NH2COONH4(g) NH2CONH2(g) + H2O(l)
Sintesis urea dilakukan dengan amonia yang berlebih agar kesetimbangan dapat
bergeser ke arah kanan sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih banyak.
5. SYN-GAS
Proses pembuatan sintesis gas (syn gas) salah satunya adalah steam reforming. Dalam
proses steam reforming gas alam sekarang menjadi bahan baku dominan dengan steam
reforming sebagai metode dasar yang digunakan industri dalam pembuatan gas sintesis
(dan hidrogen). Steam reforming merupakan reaksi endotermis antara gas alam (metana)
dengan steam menghasilkan hidrogen dan karbon monoksida, yang disebut juga gas
sintesis (syngas).
Kelemahan reaksi steam reforming ini, ialah adanya penggabungan reaksi WGS sebagai
penyesuaian rasio H2/CO akan menambah banyak biaya dan proses keseluruhan menjadi
lebih mahal. Selain itu, agar konversi metana lebih besar membutuhkan lebih banyak
panas/energi. Panas/energi yang tersedia berasal dari pembakaran feedstock gas alam
yang baru masuk ( 25%) atau dari pembakaran gas buang (purge gas) (Barelli et al., 2008;
Ogden, 1999)(dalam Fidalgo & Menéndez, 2013). Oleh karena itu, terdapat pengurangan
jumlah CO2 yang besar, antara 0,35 hingga 0,42 m3 CO2 per m3 H2 terproduksi, disebabkan
oleh baik reaksi maupun kebutuhan panas/energi (Muradov, 1998)(dalam Fidalgo &
Menéndez, 2013). Secara umum, proses steam reforming dapat digambarkan dalam blok
diagram berikut :
Gambar: Blok Diagram Steam Reforming
Feed yang berupa gas alam akan melalui feed pre-treatment yang berupa penghilangan
debu dan partikel berat lainnya, penghilangan sulfur, dan penghilangan merkuri. Lalu
masuk ke tahap steam reforming, dimana pada tahap ini dibagi menjadi 2 yaitu primary
reforming dan secondary reforming. Setelah mengalami proses reforming, konsentrasi H2
akan ditingkatkan dalam CO-shift conversion namun hasil samping dari CO-shift conversion
ini adalah CO2 sehingga harus dihilangkan melalui adsorpsi.
6. KAPUR (CACO3)
Gambaran reaksi pembentukan kalsium karbonat menurut peristiwa berikut. Senyawa
kalsium mengurai menjadi ion kalsium, sementara gas karbon dioksida yang ada dalam
larutan berbentuk asam karbonat dan mengurai menjadi ion karbonat. Dengan demikian,
reaksi yang terjadi berlangsung antara ion karbonat dengan ion kalsium membentuk
endapan kalsium karbonat. Reaksi-reaksi itu dituliskan:
CaCl2 Ca2+ + Cl-
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 2H+ + CO32-
Ca2+ + CO32- CaCO3↓
Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa memberi kontribusi ion hidroksil yang
membantu membentuk kalsium hidroksid. Senyawa ini bersifat basa yang lebih mudah
bereaksi dengan asam karbonat jika dibandingkan dengan reaksi antara garam kalsium
(CaCl2) dengan asam karbonat. Di samping itu, rekasi berlangsung lebih cepat. Suasana
basa menurunkan tenaga pengaktif sehingga reaktivitas bahan menjadi lebih tinggi.
∆
H = -45 kJ/mol
KONDISI OPTIMAL
Dari persamaan kesetimbangan, dapat dilihat bahwa konversi bahan baku untuk ethanol
disukai oleh suhu rendah, tekanan tinggi dan konsentrasi uap tinggi. Untuk mencapai laju
reaksi diterima, suhu 500 K digunakan dengan adanya katalis. Meningkatkan tekanan
mendorong reaksi ke sisi produk, tetapi juga menyebabkan polimerisasi etena. Tekanan
yang lebih tinggi juga berarti peningkatan biaya modal dan operasional. Dalam prakteknya,
proses ini umumnya dioperasikan di bawah tekanan 60-70 atm.
Gambar 2.Pemurnian etanol dengan destilasi, kotoran yang mudah menguap misalnya
etoksi etana dihilangkan dalam kolom 1 dan 2, campuran azeotrop (alkohol 95 %)
diproduksi di kolom 3, pengotor dengan titik didih tinggi lainya, misalnya butanol di
keluarkan dari destilasi fraksional (Gb.Sasol)
Konversi etena lebih tinggi dapat diperoleh dengan menggunakan air berlebih (steam). Tapi
pada tekanan tinggi katalis mengambil air, aktivitas turun dan larut. Rasio mol air: etena
sekitar 0,6: 1 yang biasa digunakan.
Perawatan teratur dilaksanakan untuk meminimalkan emisi etanol dari pabrik, bersama-
sama dengan sejumlah kecil oleh-produk yang dihasilkan, terutama etanal (asetaldehida)
dan dietil eter. Pekerjaan yang cukup sedang dilakukan untuk meningkatkan katalis
sehingga suhu tungku dapat dikurangi. Ini berarti bahwa lebih sedikit bahan bakar akan
digunakan untuk memanaskan tungku, dan posisi kesetimbangan akan ‘bergeser’ untuk
mendukung produk. Dengan kondisi di atas, konversi sekitar 5% per lulus diperoleh. Untuk
mendapatkan hasil 95% tercapai, eten yang tidak bereaksi dipisahkan dari produk cair dan
daur ulang.
Produk tersebut mengandung proporsi yang tinggi air dan suling untuk menghasilkan 95%
(b / b) larutan etanol.