Anda di halaman 1dari 15

TAFSIR Surat AL – ‘ALAQ 1-5

TAFSIR Surat AL – ‘ALAQ 1-5

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Terstruktur Semester IV
Program Strata Satu (S.1) Fakultas Tarbiyah
Kelompok Kelas : IV D
Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi
Dosen
Umar Hashona, M. Pd.

Oleh
Eti Rismawati 2104164
Much. Solehudin 2103846
Muhammad Syaeful Abdulloh 2103958
Nasirotusyfa Elsa Hani’ah .......

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA


(STAINU) KEBUMEN
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul ”Tafsir AL-‘Alaq 1- 5”

dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini kami tidak terlepas

dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada

Umar Hashona, M.Pd. Selaku dosen pembimbing mata kuliah


Tafsir Tarbawi, dan semua pihak yangtelah membantu selesainya

penyusunan makalah ini.

Kami sadar bahwa sebagai manusia tentu mempunyai

kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu kami selaku penyusun

makalah ini mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini

terdapat banyak kesalahan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami

khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

..................,......April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................
i
KATA PENGANTAR...........................................................................
ii
DAFTAR ISI......................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................
1
A.    Latar Belakang Masalah..................................................................
1
B.     Perumusan Masalah ......................................................................
1
C.     Tujuan............................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................
2
A.    Surat Al-‘Alaq ayat 1-5....................................................................
2
B.     Kronologis turunnya surat Al-‘Alaq 1-5............................
2
C.     Tafsir surat Al-‘Alaq 1-5..................................................................
4
D.    Keluhuran Manusia dan Kemuliaannya dengan Ilmu..........
9
BAB III PENUTUP .............................................................................
10
A.    Kesimpulan.....................................................................................
10
B.     Kritik dan Saran..............................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
11

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Qs. Al-‘Alaq 1-5 adalah Ayat Al-Qur’an yang pertama


diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan sekaligus sebagai
proklamasi dan motivasi terhadap ilmu pengetahuan1[1]. Oleh
karena itu, kita harus memberikan skala prioritas yang tinggi
terhadap ilmu pengetahuan. Tanpa itu, kita akan terus diatur,
dijajah, dan didekte oleh bangsa lain yang lebih tinggi kemajuan
ipteknya. Dengan kemajuan iptek kita dapat mensejahterakan
kehidupan umat manusia, dan mengelola alam dengan baik.

B.     Perumusan Masalah

a.        Bagaimana terjemah surat Al-‘Alaq ayat 1-5?


b.        Bagaimana proses turunnya surat Al-‘Alaq ayat 1-5?
c.        Bagaimana tafsir surat Al-‘Alaq ayat 1-5?

C.     Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.       Supaya rekan-rekan mahasiswa mengetahui bagaimana
kronologis turunnya wahyu pertama yaitu surat Al-‘Alaq 1-5.
b.      Supaya rekan-rekan mahasiswa mengetahui tafsir surat Al-‘Alaq
1-5 dan mengambil pelajaran dari makna yang terkandung
dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Surat Al-‘Alaq ayat 1-5


           
          
 
:Artinya
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang .1
Menciptakan
.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah .2
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
B.     Kronologis turunnya surat Al’Alaq 1-5
Surat Al-’Alaq adalah surat (wahyu) pertama yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasululllah Muhammad SAW
melalui perantara malaikat Jibril as.
Disebutkan dalam hadits – hadis shohih, bahwa nabi
Muhammad S.A.W mendatangi gua hiro ( hiro adalah nama
sebuah gunung di Mekkah ) untuk merenung selama beberapa
malam. Untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya.
Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada Khadijah ra
untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Suatu ketika
datanglah wahyu kepada beliau secara tiba-tiba, sewaktu beliau
masih berada di gua Hiro. Malaikat datang kepada beliau di gua
itu, seraya berkata, “Bacalah!”
Rasulullah SAW bersabda “Maka aku katakan, ‘Aku tidak
bisa membacanya.’” Kemudian beliau bersabda, “dia menarikku
lalu mendekapku sehingga aku kepayahan. Kemudian dia
melepaskanku. Ia berkata, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak
bisa membaca”. Maka dia mendekapku lagi hingga aku
kelelahan. Kemudian dia melepaskanku lagi. Lalu ia berkata,
“Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Maka dia
mendekapku lagi untuk ketiga kalinya hingga aku kelelahan.
Kemudian dia melepaskanku lagi, lalu dia berkata
           
          
 
Kemudian Nabi SAW pulang dalam keadaan menggigil,
sampai masuk di rumah Khadijah ra. Lalu beliau berkata,
“Selimuti aku! Selimuti aku!” Maka beliau diselimuti oleh
Khadijah ra, hingga hilang rasa takutnya. Lalu beliau berkata,
“Wahai Khadijah ra! Apa yang terjadi pada diriku?” Lalu beliau
menceritakan semua kejadian yang baru dialaminya itu, dan
beliau berkata, “Sesungguhnya aku khawatir sesuatu akan
terjadi kepada diriku.”
Khadijah ra berkata, “Tidak usah takut, bergembiralah!
Demi Allah, Allah SWT sama sekali tidak akan menghinakanmu.
Engkau selalu menyambung tali silaturrahim, berbicara dengan
jujur, memikul beban tanggung jawab, memuliakan tamu dan
menolong sesama manusia demi menegakkan pilar kebenaran.”
Kemudian Khadijah ra mengajak beliau pergi untuk
menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdul ‘Uzza bin
Qushay, yaitu anak paman Khadijah ra, saudara laki-laki
ayahnya. Ia telah memeluk agama Nasrani pada masa jahiliyyah.
Ia pandai menulis dalam bahasa Arab dan dia menulis Injil
dengan bahasa Arab. Usianya telah lanjut dan matanya telah
buta.
Lalu Khadijah ra berkata, “Wahai anak pamanku! Tolong
dengarkanlah kabar dari anak saudaramu (Muhammad) ini!” Lalu
Waraqah bertanya, “Wahai anak saudaraku! Apa yang telah
terjadi atas dirimu?” Maka Rasulullah SAW menceritakan
kepadanya semua peristiwa yang telah dialaminya. Lalu
Waraqah berkata, “Inilah Namus (Malaikay Jibril as) yang pernah
diutus kepada Nabi Isa as. Seandainya pada saat itu umurku
masih muda. Seandainya aku masih hidup ketika engkau diusir
oleh kaummu..”
Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Apakah mereka akan
mengusirku?” Maka Waraqah menjawab, “Ya, tidak ada seorang
pun yang datang membawa apa yang engkau bawa kecuali dia
pasti dimusuhi. Apabila aku mendapati hari itu, niscaya aku akan
menolongmu dengan dukungan yang besar, sekuat tenaga.”
Tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan
wahyu pun terputus untuk sementara waktu sehingga Rasulullah
SAW sering bersedih. Telah sampai kepada kami, beliau bersedih
dengan kesedihan yang membuat beliau berkali-kali hendak
menjatuhkan diri dari atas puncak gunung. Setiap kali beliau
berada dipuncak gunung dengan maksud menjatuhkan diri,
maka saat itu juga muncul malaikat Jibril as, lalu berkata, “Hai
Muhammad! Sungguh, engkau benar-benar utusan Allah
SWT2[2].”
Maka tenanglah kegelisahan beliau dengan ucapan
tersebut, dan jiwa beliau menjadi tenang, lalu beliau pulang.
Namun apabila wahyu lama tidak turun kepada beliau, keesokan
harinya beliau melakukan hal yang serupa. Apabila beliau berada
dipuncak gunung, maka Jibril muncul dengan mengatakan
ucapan yang serupa.
Ayat al-Qur’an yang pertama kali turun adalah ayat-ayat
yang mulia dan penuh berkah ini. Ayat-ayat tersebut merupakan
awal rahmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada para hamba-

2
Nya, dan merupakan nikmat pertama yang diberikan oleh Allah
kepada mereka.
C.     Tafsir surat Al’-Alaq 1-5

Bacalah, dapat diartikan membaca, menghimpun,
menelaah, mendalami, meneliti dan menyampaikan. yaitu Allah
menjadikan engkau (Muhammad SAW) bisa membaca dengan
kehendak-Nya yang tadinya engkau tidak bisa membaca 3[3].
Pakar tafsir yang lain membantah hal ini karena setelah
menerima wahyu ini Muhammad SAW tetap tidak bisa membaca.
Justru Beliau SAW tidak bisa membaca dan menulis adalah
sebuah mu’jizat, karena dengan begitu orang tidak akan ragu
mengakui bahwa Al-Qur’an adalah murni wahyu dari Allah SWT
tanpa campur tangan Nabi Muhammad SAW.
  
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu, Maknanya
adalah lambang dari semua aktivitas manusia baik aktif maupun
pasif senantiasa dalam koridor (selalu dihubungkan dengan)
Allah SWT. Duduknya kita karena Allah, berjalannya kita karena
Allah, bekerjanya kita karena Allah, tidurnya kita karena
Allah4[4]. Dan inilah yang seharusnya menjadi falsafah dalam
hidup kita, bahwa semua yang kita lakukan hanyalah karena
Allah.
Rabb artinya adalah pemelihara. Wahyu pertama
sampai wahyu ke delapan belas tidak pernah menggunakan kata
Allah tapi menggunakan kata Robb. Surat ke sembilan belas (Al
Ikhlas) baru ditemukan kata Allah untuk menjelaskan tuhan.
Karena bahwa ternyata orang kafir zaman dulu sudah mengenal

4
kata Allah5[5]. Bukti tentang hal ini adalah Ayah Nabi Muhammad
SAW sendiri bernama ‘Abdullah (hamba Allah), namun beliau
sudah meninggal dunia sebelum Islam muncul. Namun Allah
yang mereka kenal adalah tidak sesuai ajaran Al Qur’an. Menurut
mereka Allah punya hubungan dengan jin (Ash Shofat:158) dan
Allah punya anak-anak perempuan (Al Isro:40)
       
   
158. Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan
antara jin. dan Sesungguhnya jin mengetahui bahwa mereka
benar-benar akan diseret (ke neraka ),
     
      
40. Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak
laki-laki sedang dia sendiri mengambil anak-anak perempuan di
antara para malaikat? Sesungguhnya kamu benar-benar
mengucapkan kata-kata yang besar (dosanya).
   
Dia yang telah menciptakan manusia dari segumpal
darah”. Kholaqo menjadikan atau menciptakan. Allah
menggunakan kata kholaqo karena menekankan kekuasaan dan
keagungan Allah SWT dalam penciptaan. Berbeda dengan kata
ja’ala yang digunakan untuk menekankan manfaat dari ciptaan
Allah SWT6[6]. Insana atau manusia. berasal dari 3 kata, nausun
artinya dinamis, unsun artinya jinak dan harmonis, nisyun artinya
lupa7[7]. Oleh karena itu manusia haruslah dinamis, jinak,
menyukai keharmonisan dan mempunyai sifat pelupa.

7
Alaq segumpal darah. Kenapa Allah menggunakan
periode ‘Alaq (segumpal darah) dalam pembentukan manusia
pada ayat ini? Ahli kedokteran menyebutkan bahwa empat puluh
hari pertama setelah pertemuan ovum dan sperma belum
menjadi segumpal darah, oleh karena itu banyak yang
membantah ‘alaq diartikan sebagai segumpal darah. al ‘alaq bisa
diartikan menggantung8[8], dan ternyata setelah diteliti
diketahui bahwa setelah ovum dan sperma bertemu, akan
menggantung di rahim. Urutan penciptaan manusia lebih jelas
dapat dilihat dalam QS Mu’minun : 11-14.
        
            
       
         
    
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di
dalamnya.
12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim).
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah
Allah, Pencipta yang paling baik.
Iqro perintah tersebut disebutkan berulang-ulang di
sebabkan karena membaca tidak akan bisa meresap ke dalam
jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan9[9]. Iqro
maknanya adalah bacalah dan karena engkau telah membaca,
8
karena keagungan dan kemuliaan Allah maka engkau pun akan
menjadi mulia10[10]. Oleh karena itu Allah akan mengangkat
derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Jikalau engkau ingin mulia maka banyaklah membaca dan
meneliti.
Di dalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian
yang tertinggi kepada kepandaian membaca dan menulis. "Tidak
didapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih
sempurna daripada ayat ini di dalam menyatakan kepentingan
membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang
dan bahagiannya11[11]. Dengan itu pula dibuka segala wahyu
yang akan turun di selanjutnya.
  
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan
perantaraan baca tulis. Yang menjadikan pena sebagai sarana
berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya
berjauhan. Dan ia tidak ubahnya lisan yang berbicara. Qalam
atau pena adalah benda mati yang tidak bisa memberikan
pengertian. Oleh sebab itu zat yang menciptakan benda mati
bisa menjadi alat komunikasi tidak ada kesulitan bagi-Nya. Disini
Allah menyatakan bawa diri-Nyalah yang telah menciptakan
manusia dari ‘alaq, kemudian mengajari manusia dengan
perantaraan qalam. Demikian itu agar manusia menyadari
bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia
mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan
pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu.

10

11
    
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kemudian dalam ayat ini Allah memberikan keterangan
tentang limpahan karunia-Nya yang tidak terhingga kepada
manusia, bahwa Allah yang menjadikan Nabi-Nya pandai
membaca. Dia-lah Tuhan yang mengajar menusia bermacam-
macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat baginya yang
menyebabkan dia lebih utama dari binatang, sedangkan manusia
pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa. Oleh sebab
itu apakah menjadi suatu keanehan bahwa Dia mengajar Nabi-
Nya pandai membaca dan mengetahui bermacam macam ilmu
pengetahuan serta Nabi SAW sanggup menerimannya.
D.    Keluhuran Manusia dan Kemuliaannya dengan Ilmu
Dalam surat ini terdapat peringatan bahwa pada mulanya
manusia diciptakan dari segumpal darah. Di antara karunia Allah
SWT adalah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.,
lalu Dia memuliakan dan mengangkat derajatnya dengan ilmu,
dan itulah keistimewaan yang dimiliki oleh bapak manusia, yaitu
Adam as, dibanding dengan para malaikat.
Terkadang ilmu itu terdapat pada akal pikiran, terkadang
pada ucapan, dan terkadang terdapat pada tulisan tangan.
Sehingga ada ilmu yang sifatnya akal pikiran, ucapan dan ada
yang berupa tulisan. Di dalam tulisan terkandung unsur akal
pikiran dan ucapan, tapi tidak berarti sebaliknya. Dalam sebuah
kalimat hikmah disebutkan, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” Dan
ada juga kalimat hikmah yang menyebutkan, “Siapa yang
mengamalkan ilmu yang ia ketahui, maka Allah akan mewariskan
kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.
Pada dua ayat pertama disuruh membaca di atas nama
Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung qudrat, hikmat,
ilmu dan rahmat. Dan pada ayat yang seterusnya seketika Tuhan
menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah
suatu isyarat bahwa ada juga di antara hukum itu yang tertulis,
yang tidak dapat difahamkan kalau tidak didengarkan dengan
seksama12[12]. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan
rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan di tiga ayat
sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan
siapa Tuhan itu tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan
perantaraan Nubuwwat, dan nubuwwat itu sendiri pun tidaklah
akan ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan,

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ayat ini menyatakan tentang tingginya nilai membaca,
menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikata tidak karena qalam

12
niscaya tidak banyak ilmu pengetahuan yang tidak terpelihara
dengan baik. Banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak
ajaran agama hilang, pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat
dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni, dan
penemuan-penemuan mereka. Manusia telah diperintahkan
untuk membaca guna memperoleh berbagai pemikiran dan
pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas
dari Aqidah Islam, karena “iqra`” haruslah dengan “bismi
rabbika”, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang
merupakan asas Aqidah Islam. Demikian pulan dengan pena
tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik
atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan
yang menjadi pelita bagi orang-orang yang datang sesudah
mereka. Ayat ini juga menjadikan bukti kekuasaan Allah yang
menjadikan manusia dari benda mati yang tidak berbentuk dan
berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang sangat
berguna dengan mengajarinya pandai membaca dan menulis.

B.     Kritik dan Saran

Demikianlah makalah tentang Tafsir Surat Al-‘Alaq 1-5,


semoga dapat bermanfaat bagi kita semua, atas kesalahan
dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf, selanjutnya
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca yang
budiman sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1993, Tafsir Al-Maraghi Juz XXX,
terjemah oleh Bahrun Abu Bakar Lc, Semarang: CV. TOHA PUTRA.
2.      Al-‘Aliyy, 2001, Al–Qur’an dan Terjemahnya, terjemah oleh
yayasan penyelenggaraan penafsiran Al Qur’an, Bandung: CV.
DIPONEGORO.
3.      Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, penerbit PT. PUSTAKA
PANJIMAS, JAKARTA
4.      Tafsir diambil dari kitab tafsir karangan Imam Ibnu Katsir

Anda mungkin juga menyukai