Pengertian
Asal Budaya
Tradisi bersirih tidak diketahui secara pasti berasal dari mana Dari cerita-cerita
sastra, bersirih berasal dari India. Namun, selain dari India, sirih telah dikenal oleh
masyarakat Asia Tenggara, termasuk Malaysia, dan kemudian tradisi ini menyebar
ke Indonesia. Bukti Arkeologi bersirih tertua ditemukan di Gua
Roh, Thailand. Kebiasaan menginang telah dilakuan oleh masyarakat Indonesia sejak
dahulu, baik dari Sumatra, Sulawesi, Maluku, maupun Papua.
1. Daun Sirih
2. Kapur Sirih
3. Gambir/getah gambir
4. Tembakau
5. Buah Pinang
Manfaat Menyirih
Bagi sistem pencernaan Anda, air liur berfungsi untuk mengikat dan
melembutkan makanan. Dengan begitu, Anda bisa menelan dan mengirimkan
makanan menuju kerongkongan, usus, dan lambung dengan lancar. Hal ini tentu
membantu memudahkan kerja sistem pencernaan Anda.
Selain itu, menyirih juga diyakini sebagai sumber energi. Pasalnya, biji
pinang mengandung zat psikoaktif yang sangat mirip dengan nikotin, alkohol,
dan kafein. Tubuh akan memproduksi hormon adrenalin. Anda pun jadi merasa
lebih segar, waspada, dan berenergi.
Bahaya menyirih
Meskipun tradisi menyirih bisa memberikan manfaat, para ahli kesehatan
masyarakat mulai menyuarakan kekhawatiran terkait bahaya menyirih. Dari
laporan-laporan para peneliti, diketahui bahwa menyirih ternyata berisiko
menyebabkan berbagai penyakit yang tidak bisa disepelekan, misalnya kanker.
Berikut adalah penjelasan bahaya menyirih bagi kesehatan.
1. Kanker mulut
Dilansir dari situs resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO), menyirih berisiko
tinggi menyebabkan kanker, terutama di daerah mulut. Kesimpulan ini diperoleh
berdasarkan penelitian yang dilakukan International Agency for Research on
Cancer di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Ternyata campuran daun sirih, biji pinang, kapur, dan tembakau bersifat
karsinogenik (memicu kanker). Jika dikonsumsi terlalu sering dalam jangka
waktu yang panjang, Anda rentan mengalami kanker mulut, kanker esofagus
(kerongkongan), kanker tenggorokan, kanker laring, dan kanker pipi.
2. Luka di rongga mulut
Mengunyah sirih pinang meningkatkan risiko Anda mengalami lesi mukosa
mulut, yaitu munculnya luka (lesi) di dalam rongga mulut. Luka atau iritasi
terbentuk karena campuran bahan-bahan menyirih sifatnya sangat keras bagi
mulut. Apalagi kalau menyirih sudah jadi kebiasaan yang tidak bisa dihentikan.
Efek buruknya pun jadi makin cepat timbul dan sulit ditangani.
Jika sudah cukup parah, kondisi ini menyebabkan mulut terasa kaku dan
pada akhirnya rahang Anda akan sulit digerakkan. Hingga saat ini belum ada
obat yang bisa menyembuhkan lesi mukosa mulut. Pengobatan yang ditawarkan
hanya mampu meringankan gejala yang muncul.
2. Sumatera
Bagi suku Melayu sirih telah menjadi salah satu simbol budaya dan
pergaulan sosial masyarakat Melayu. Hal tersebut mudah dilihat dari
tradisi lisan Melayu yang kerap memunculkan perangkat sirih pinang
sebagai metafora maupun pijakan membangun ajaran moral adat. Dilansir
melaui melayuonline.com, sirih pinang kerap muncul dalam tunjuk ajar
melayu, misalnya: Sirih pembuka pintu rumah / Sirih pembuka pintu hati /
Yang jauh jadi dekat / Yang renggang kembali rapat.
Lain hal dengan masyarakat di Aceh, sirih yang disebut ranub oleh
masyarakat Aceh juga memiliki peran penting dalam setiap kegiatan
adatnya. Sirih bahkan telah menjadi sajian wajib bagi kegiatan seperti
pernikahan, hajatan sunat, bahkan penguburan mayat, juga upacara yang
berkaitan dengan daur hidup lainnya.
3. Jawa
Masyarakat Jawa memiliki ritual yang memberi ruang pada daun
sirih. Misalnya saja dalam upacara pernikahan, daun ini merupakan salah
satu bawaan wajib dalam ritual seserahan. Maknanya yakni sebagai
harapan kesejahteraan bagi calon kedua mempelai. Tak hanya itu, sirih
juga menjadi salah satu komponen penting dalam upaya penolak bala.
Sirih yang tak boleh ketinggalan dalam sesajen, diletakkan pada sudut
ruangan saat calon mempelai sedang menjalani prosesi siraman, meratus
rambut dan ngerik. Kemudian, ritual dalam pernikahan Jawa yang masih
menggunakan sirih ialah balangan gantal, di mana kedua mempelai saling
melemparkan lintingan sirih. Dilengkapi dengan buah pinang, kapur sirih,
gambir, dan tembakau hitam, semua komponen tersebut dibungkus
dengan daun sirih dan diikat mengunakan benang lawe. Kedua mempelai
kemudian saling melemparkan lintingan sirih yang disebut
dengan gantal ini. Ritual balangan gantal diyakini menggambarkan
sepasang pengantin yang sedang saling melempar kasih.