Anda di halaman 1dari 21

STRATEGI PELAKSANAAN & CATATAN PERKEMBANGAN

PADA PASIEN RPK

Disusun Oleh:

1. MASRUROTUL ULYANA ISNA S. 1614301040


2. GUSTIANA SATRA DEWI 1614301041
3. RISA HAIRUN NISYAH 1614301042
4. LINDA SAFITRI 1614301043
5. IIS KOMANG RENI 1614301044
6. RIZQO ADITYA UTAMA 1614301045
7. MEGA MEILISA MANARA 1614301046
8. APRILIA CAHYANINGRUM 1614301047
9. ANGGUN KARUNIA PUTRI 1614301048
10. MARHAMAH 1614301049
11. IKHSAN AJI DWI WIBOWO 1614301050

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG PRODI DIV
KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami ucapkan rasa syukur kita kehadirat ALLAH Subhannahu wa ta'ala yang telah
memberikan beragam nikmatnya, diantaranya ada nikmat terbesar yaitu nikmat Islam, nikmat sehat,
sehingga ALLAH azza wa jalla menggerakan hati kami untuk mulai mengerjakan, menyelesaikan Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Jiwa mengenai Contoh SP dan Catatan Perkembangan pada pasien Resiko
Perilaku Kekerasan.
Sholawat teriringi salam semoga tetap tertujukan kepada Nabi ALLAH, Muhammad Sholallahu
'alaihi wassalam. Kepada Keluarga beliau sholallahu 'alaihi wassalam, Para sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in,
dan kepada setiap orang yang kokoh berdiri menjalankan sunnahnya, istiqomah hingga yaumul akhir.
InsyaaALLAH.
Alhamdulillah di minggu perkuliah pada semester empat ini, kami mendapat tugas pada mata
kuliah Keperawatan Jiwa, khususnya pada pokok bahasan contoh SP dan catatan perkembangan pada
pasien RPK. Tujuan dari penulisan ini, yaitu agar si penyusun dan si pembaca kelak dapat memahami apa
dan bagaimana konsep dalam asuhan keperawatan komunitas, serta mampu untuk menjelaskan dan
menerapkan kepada diri sendiri atau kepada orang lain.
Demikianlah alasan penyusunan dari makalah ini, Atas kekurangan yang nampak pada penulisan
ini, baik itu tersirat ataupun tersurat kami mohon maaf, dan selebihannya semoga mendatangkan manfaat
kepada kita semua, penyusun atau pembaca.

Bandar Lampung, Maret 2018

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan.................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Keperawatan................................................................ 3
B. Strategi Pelaksanaan............................................................... 3
C. Strategi Komunikasi............................................................... 4
D. Catatan Perkembangan.......................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................. 18
B. Saran........................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu pelayanan kesehatan profesional yang didasari atas ilmu dan
kiat perawat, dalam bentuk bio-psiko-sosio-spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit dan mencakup
selurus proses kehidupan. Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara
teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan mental klien dan
kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses Associations).
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien/pasien yang mengalami gangguan
psikologis, pada umumnya tetap melakukan Proses keperawatan yang terdiri dari Pengkajia,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi dan evaluasi. Dalam pelaksanaannya seorang perawat
melakukan tugas dengan membuat semacam Strategi Pelaksanaan, yang berisi rencana rencana
percakapan untuk diperawat dengan pasien.
Pada pembelajaran mata kuliah Keperawatan Jiwa, kami mendapati tugas untuk menyusun
bagaimana contoh dari SP (Strategi Pelaksanaan) dan Catatan Perkembangan pada pasien dengan
Resiko Perilaku Kekerasan.
Atas dasar tersebut kami menyusun makalah ini guna memenuhi tugas yang telah
diberikan sekaligus memberikan wawasan ataupun review ilmu bagi para pembaca dan kami
pribadi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Keperawatan Jiwa?
2. Bagaimana Bentuk Dari Strategi Pelaksanaan?
3. Bagaimana Bentuk Catatan Perkembangan dalam Keperawatan Jiwa?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa Mengetahui Proses Keperawatan Jiwa?
2. Mahasiswa Mengetahui Dari Strategi Pelaksanaan?
3. Mahasiswa Mengetahui Catatan Perkembangan Resiko Perilaku Kekerasan dalam
Keperawatan Jiwa?

D. Manfaat Penulisan
1
Mahasiswa tahu bagaimana Proses Keperawatan jiwa hinggan contoh SP dan Catatan
Perkembangan Pasien, kemudian mahasiswa mau dan mampu untuk melaksanakan konsep
tersebut dalam penyelesain masalah-masalah kesehatan yang ditemui ketika dilapangan.

BAB II
PEMBAHASAN
2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif :
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang . Klien suka membentak dan
menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
b. Data Obyektif :
Mata merah, wajah agak merah. Pada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.ekspresi
mara saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.
2. Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol atau mencegah prilaku kekerasan secara fisik.
b. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
 Klien dapat mengidentifikasi tindak perilaku kekerasan
 Klien dapat mengidentifikasi tindak perilaku kekerasan yang dilakukan
 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan : fisik, obat, verbal, spiritual
 Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik : teknik nafas dalam
dan pukul bantal
 Klien dapat memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian

2. Tindakan keperawatan :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan marahnya
3) Bantu klien mengungkapkan penyebab perilaku kekerasan
4) Bantu klien mengungkapkan tanda gejala perilaku kekerasan yang dialaminya
5) Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini
6) Diskusikan degan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada diri sendiri, orang
lain/keluarga, dan lingkungan

3
7) Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik: teknik nafas dalam
dan pukul bantal
8) Anjurkan klien untuk memasukkan kegiatan didalam jadwal kegiatan harian

C. STRATEGI KOMUNIKASI

SP 1 INDIVIDU
Latihan Fisik Pukul Bantal dan Latihan Nafas Dalam

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak. Perkenalkan nama saya Linda, panggil saja suster Linda. Saya adalah
mahasiswa dari Poltekkes Tanjungkarang . Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00.
Saya yang akan merawat bapak. Nama Bapak siapa dan suka dipanggil apa ? Baiklah mulai
sekarang akan panggil Bapak Toni saja, ya “
b. Evaluasi/ validasi
“ Kalau boleh tahu, sudah berapa lama Bapak Toni di sini ? Apakah Bapak Toni masih ingat
siapa yang membawa kesini ? Bagaimana perasaan Bapak saat ini ? Saya lihat Bapak sering
tampak marah dan kesal,sekarang Bapak masih merasa kesal atau marah ?”
c. Kontrak :
 Topik
“ Bagaimana kalai kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang membuat Bapak Toni
marah dan bagaimana cara mengontrolnya ? ok Pak ?”
 Waktu
“Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya ? Bagaimana
kalau 15 menit ?”
 Tempat
“ Bapak senangnya kita berbicara dimana ? Dimana saja boleh kok, asal Bapak merasa
nyaman . Baiklah, berarti kita berbicara di teras ruangan ini saja ya, Pak”
d. Tujuan
“ Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif yaitu dengan latihan
fisik : teknik nafas dalam dan pukul bantal dan tidak menimbulkan kerugian untuk diri sendiri
maupun orang lain

2. Fase kerja
4
“Nah, sekarang coba Bapak ceritakan, apa yang membuat Bapak Jono merasa marah?”
Apakah sebelumnya Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang
sekarang?”
“Lalu saat Bapak sedang marah apa yang Bapak rasakan? Apakah Bapak merasa sanga kesal, dada
berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan inginmengamuk?”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan?”
“Apakah dengan cara itu marah/kesal Bapak dapat terselesaikan? “Ya tentu tidak, apa kerugian
yang Bapak Jono alami?”
“Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara mengungkapkan
kemrahan dengan baiktanpa menimbulkan kerugian?”
“Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan , Bapak. Salah satunya dengan cara fisik.
Jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah Bapak dapat tersalurkan.”
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu ? Namanya teknik napas dalam”
“Begini Pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan, maka Bapak berdiri atau duduk
dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar , lalu keluarkan/tiup perlahan-lahan
melalui mulut”
“Ayo Pak coba lakukan apa yang saya praktikan tadi, Bapak berdiri atau duduk dengan rileks tarik
napas dari hidung, bagus..., tahan, dan tiup melaui mulut. Nah, lakukan 5 kali”
“Bagus sekali, Bapak sudah bisa melakukannya”
“Nah, Bapak Jono tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam, sebaiknya latihan ini
Bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah
terbiasa melakukannya”'

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang dan melakukan latihan teknik
relaksasi napas dalam tadi? Ya... betul, dan kelihatannya Bapak terlihat sudah lebih rileks”
 Obyektif
“Coba Bapak sebutan lagi apa yang membuat Bapak marah, lalu apa yang Bapak rasakan
dan apa yang akan Bapak lakukan untuk meredakan rasa marah “. Coba tunjukan pada
saya cara teknik nafas dalam yang benar."
5
“Wah..bagus, Bapak masih ingat semua...”
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan ditulis dalam jadwal
kegiatan harian Bapak.
c. Kontrak yang akan datang
 Topik
“Nah, Pak. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih ada cara yang bisa
digunakan untuk mengatasi mara Bapak. Cara yang ke-2 dengan teknik memukul bantal
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, jam 09.00 pagi Bagaimana kalau
15 menit lagi saja?
 Tempat
“Kita latihannya dimana, Pak? Di teras ruangan ini saja lagi, Pak” "ok, Pak."

SP 2 INDIVIDU
Latihan Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Obat

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu'alaikum, selamat pagi bapak sesuai dengan janji saya sebelumnya, sekarang saya
datang kembali”." Baik pak, mana yang mau dicoba?”
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana pak, latihan apa saja yang sudah bapak lakukan? Apa yang bapak rasakan setelah
melakukan latihan secara teratur tersebut? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya, ada
perubahan.”
6
“Bagaimana kalau sekarang kita coba latihan cara lain, agar rasa marah bapak bisa dicegah
yaitu dengan minum obat?”
c. Kontrak :
 Topik
“ Bagaimana kalai kita berbincang-bincang tentang penggunaan obat untuk mengontrol
amarah bapak ? ok Pak ?”
 Waktu
“Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya ? Bagaimana
kalau 20 menit ?”
 Tempat
“ Bapak senangnya kita berbicara dimana ? Baiklah, berarti kita berbicara di teras ruangan
ini saja ya, Pak”
d. Tujuan
“ Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan menggunakan obat obatan agar tidak
menimbulkan kerugian untuk diri sendiri maupun orang lain"

2. Fase kerja
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
"Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Berapa butir setiap kali minum
pak? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar bias tidur,
yang putih ini namanya THP agar rileks dan tidak kaku, dan yang merah jambu/ping ini namanya
HDL agar tenang dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam
7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak
bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama
bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga
apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah
benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena
dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
7
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”
 Obyektif
“Coba bapak sebutkan lagi jenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?”
“Wah..bagus, Bapak masih ingat semua...”
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan
teratur ya”.
c. Kontrak yang akan datang
 Topik
“Nah, Pak. Masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Bapak. Cara yang
ke-3 dengan ber sosial/verbal.
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-3 ini besok, Jam 10.00 ?Bagaimana kalau 10
menit lagi saja?
 Tempat
“Kita latihannya dimana, Pak? apakah di ruangan ini saja lagi, Pak” "ok, Pak."

SP 3 INDIVIDU
Latihan Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Sosial/Verbal

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu'alaikum, selamat pagi bapak Toni sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya
berkunjung kembali”.
b. Evaluasi/ validasi

8
“Bagaimana pak, latihan tarik nafas dan pukul kasur bantal sudah dilakukan? Dan obatnya?
Apa yang bapak rasakan setelah melakukan latihan secara teratur tersebut? Bagus sekali,
bagaimana rasa marahnya, ada perubahan.”
"Apakah bapak rutin mengisi jadwal latihannya pak? “Bagus. Nah kalau minum obatnya
dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B,
artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa
melakukan".
“Bagaimana kalau sekarang kita coba latihan cara lain, agar rasa marah bapak bisa dicegah
yaitu dengan Bersosial/verbal?”
c. Kontrak :
 Topik
“ Bagaimana kalai kita berbincang-bincang tentang cara ketiga untuk mengontrol amarah
bapak yaitu bersosial/verbal ? ok Pak ?”
 Waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
 Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
d. Tujuan
“ Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan cara bersosialisasi agar amarah bapak lebih
dapat terkontrol"

2. Fase kerja
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu
bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan
kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri
tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.”
Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak
praktekkan. Bagus pak.”
2) Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan:
‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan.
Bagus pak”
3) Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak
dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
9
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
 Obyektif
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari?"
“Wah..bagus,”
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadwal kegiatannya dengan bicara yang baik ya pak.”.
c. Kontrak yang akan datang
 Topik
“Pak Toni. Masih ada cara lain yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Bapak,
dengan cara spiritual atau ibadah"
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-4 ini besok sore, Jam 16.00 ?Bagaimana kalau
15 menit lagi saja?
 Tempat
“Kita latihannya dimana, Pak? apakah di ruangan ini saja lagi, Pak” "ok, Pak."

SP 4 INDIVIDU
Latihan Mengontrol Perilaku Kekerasan Secara Spiritual

1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamu'alaikum, selamat sore bapak Toni sesuai dengan janji saya kemarin pagi, sekarang
saya datang berkunjung kembali”.
b. Evaluasi/ validasi
“Bagaimana pak, latihan tarik nafas dan pukul kasur bantal sudah dilakukan? Dan obatnya?
Bagaimana dengan bicara yang baiknya, apakah sudah dicoba? Apa yang bapak rasakan
setelah melakukan latihan secara teratur tersebut? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya, ada
perubahan.”

10
"Apakah bapak rutin mengisi jadwal latihannya pak?
“Bagaimana kalau sekarang kita coba latihan cara lain, agar rasa marah bapak bisa dicegah
yaitu dengan beribadah?”
c. Kontrak :
 Topik
“ Bagaimana kalai kita berbincang-bincang tentang cara keempat ini untuk mengontrol
amarah bapak yaitu beribadah ? ok Pak ?”
 Waktu
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
 Tempat
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
d. Tujuan
“ Agar Bapak dapat mengontrol marah dengan cara beribadah"

2. Fase kerja
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau
dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak
reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, Maka ambil air wudhu
kemudian sholat 2 rakaat.”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur seperti 5 waktu untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bapak sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana? Coba sebutkan caranya
sholat pak (untuk yang muslim). Bisa kita praktikan bersama yuk pak?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
 Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan beribadah ini?”
 Obyektif
“Coba bapak sebutkan lagi bagaimana cara ibadah yang dapat bapak lakukan jika bapak
merasa marah?"
“Wah..bagus,”
b. Rencana Tindak Lanjut (RTL)

11
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari pak? Bagus”.
“Mari Pak Toni kita coba memasukan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan bapak."
c. Kontrak yang akan datang
 Topik
“Pak Toni. Berbagai cara sudah kita pelajari untuk mengatur amarah bapak, besok saya
datang lagi ya pak jam 8 pagi, bapak bisa.? Kita akan melihat bagaimana jadwal yang telah
bapak lakukan."
 Waktu
"Sebentar saja kok pak, mungkin sekitar 5 menit? Bapak Bisa?"
 Tempat
"Kita ngobrol ditempat saja ya pak". "Baik pak, sampai jumpa, Assalamu'alaikum"

D. CATATAN PERKEMBANGAN

IMPLEMENTASI EVALUASI
24 Maret 2018 Pukul 10.00 WIB

Data: S:
Klien mengatakan benci atau kesal pada Klien mengatakan mau belajar cara latihan
seseorang . Klien suka membentak dan nafas dalam dan akan mempraktikannya.
menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah. Mata merah, wajah O :
agak merah. Pada suara tinggi dan keras,  Pasien mau memperagakan cara
bicara menguasai.ekspresi mara saat mengontrol perilaku kekerasan dengar
membicarakan orang, pandangan tajam. napas dalam dan latihan fisik pukul
Merusak dan melempar barang-barang. bantal.
Dx: Resiko Perilaku Kekerasan  Kontak mata bersahabat.

Implementasi:
A:

12
1. Membina hubungan saling percaya Dapat mengontrol Perilaku kekerasan dengan
2. Membantu klien untuk teknik napas dalam dan latihan fisik pukul
mengungkapkan perasaan marahnya bantal.
3. Membantu klien mengungkapkan
penyebab perilaku kekerasan P:
4. Membantu klien mengungkapkan Pasien berlatih mengontrol perilaku dengan
tanda gejala perilaku kekerasan yang teknik napas dan pukul bantal dalam selama
dialaminya tiga kali sehari yaitu jam 09.00, 14.00, 20.00
5. Mendiskusikan dengan klien perilaku atau pada saat-saat perilaku itu muncul.
kekerasan yang dilakukan selama ini
6. Mendiskusikan degan klien akibat
negatif (kerugian) cara yang
dilakukan pada diri sendiri, orang
lain/keluarga, dan lingkungan
7. Mendiskusikan bersama klien cara
mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik: teknik nafas dalam dan pukul
bantal
8. Menganjurkan klien untuk
memasukkan kegiatan didalam jadwal
kegiatan harian

RTL:

- Lakukan latihan teknik nafas dalam


dan pukul bantal sesuai jadwal
- Anjurkan pasien latihan teknik nafas
dalam dan pukul bantal bila perilaku
kekerasan muncul
- Lanjutkan SP 2 ( Melatih pasien
menggunakan Obat secara teratur)
25 Maret 2018 Pukul 09.00 WIB

Data: S:
Klien mengatakan benci atau kesal pada Klien mengatakan sudah melakukan latihan
seseorang. Klien suka membentak dan mengontrol perilaku sebanyak 3 kali sehari.

13
menyerang orang yang mengussiknya. Jika Klien juga mengatakan menggunakan cara
sedang kesal atau marah. Pada suara tinggi tersebut apabila perilaku kekerasan itu
dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah muncul. Klien mengatakan akan mengikuti
saat membicarakan orang, pandangan tajam. cara meminum obat sesuai yang dijelaskan
Merusak dan melempar barang-barang. oleh perawat.

Dx: Resiko Perilaku Kekerasan. O:


 Pasien meminum obat yang telah di
Implementasi: berikan pada pasien
1. Mengevaluasi kemampuan yang telah  Pasien kooperatif dan tampak tenang
di ajarkan ke pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan A :
mengenai penggunaan obat secara Dapat
   mengontrol Perilaku kekerasan
teratur dengan obat.
3. Menjelaskan cara penggunaan obat
dengan cara yang sederhana
4. Memasukkan jadwal meminum obat
dalam jadwal aktivitas harian P :    
 Pasien berlatih mengontrol perilaku
RTL:
dengan teknik minum obat selama tiga
- Melakukan latihan mengontrol kali sehari yaitu jam 09.00, 14.00, 20.00
Perilaku kekerasan sesuai jadwal atau pada saat-saat perilaku itu muncul.
- Melakukan latihan meminum obat  Pasien meminum obat secara mandiri
secara mandiri sesuai jadwal sesuai jadwal dan aturan minum obat.
- Lanjutkan SP 3 (Melatih pasien
mengontrol amarah dengan cara:
bercakap-cakap dengan orang lain)
26 Maret 2018 Pukul 10.00 WIB

Data: S:
Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang . Klien suka membentak dan Klien mengatakan mau mengungkapkan rasa
menyerang orang yang mengusiknya jika marahnya
sedang kesal atau marah. Mata merah, wajah
O:
agak merah. Pada suara tinggi dan keras,

14
bicara menguasai.ekspresi marah saat
 Pasien mau mengungkapkan rasa
membicarakan orang, pandangan tajam.
marahnya secra vervbal
Merusak dan melempar barang-barang.
 Kontak mata bersahabat
Klien sekarang sudah dapat meminum obat
secara rutin dan tanpa bantuan perawat. Klien
juga sedah dapat mengontrol marah dengan A :
cara tarik nafas dalam dan pukul bantal.
Dapat mengontrol Perilaku kekerasan dengan
Dx: Resiko Perilaku Kekerasan berbicara yang baik/verbal.

P:
Implementasi:
1. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara Klien akan berlatih berbicara yang baik
fisik dan pemberian obat. kepada orang lain (2 orang)
2. Latihan mengungkapkan rasa marah
secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaan dengan
baik.
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan
marah secara verbal

RTL:
1. Latihan cara berbicara untuk
mencegah marah
2. Lanjutkan SP 4 (mengatasi rasa
marah dengan cara
ibadah/spiritual )
27 Maret 2018 Pukul 16.00 WIB

Data: S:
Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang . Klien suka membentak dan Klien mengatakan perasaannya lebih tenang
menyerang orang yang mengusiknya jika ketika sholat.
sedang kesal atau marah. Mata merah, wajah
O:
agak merah. Pada suara tinggi dan keras,
bicara menguasai.ekspresi marah saat
15
membicarakan orang, pandangan tajam.
 Klien Terlihat lebih tenang.
Merusak dan melempar barang-barang.
 Kontak mata bersahabat.
Klien sekarang sudah dapat meminum obat
secara rutin dan tanpa bantuan perawat. Klien  Murah Senyum.

juga sedah dapat mengontrol marah dengan


cara tarik nafas dalam dan pukul bantal.
A:

Dx: Resiko Perilaku Kekerasan Dapat mengontrol Perilaku kekerasan dengan


berdo'a atau beribadah.
Implementasi:
P:
1. Evaluasi jadwal harian dari latihan
nafas dalam, pukul bantal, pembertian Klien dapat melakukan sholat 5 waktu secara
obat, dan bicara yang baik/verbal. rutin.
2. Memberikan Edukasi bahwa
beribadah bisa menstabilkan jiwa, dan
menurunkan amarah.
3. Latihan mengambil wudhu dan
dalam berdoa/sholat,
4. Susun jadwal untuk sholat.

RTL:
 Latihan Cara wudhu dan sholat.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada kasus klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan kami membuat 4 buah Strategi
Pelaksanaan, dimana SP 1 tentang melatih nafas dalam dan pukul bantal, SP 2 tentang melatih
dalam penggunaan obat, SP 3 tentang melatih klien untuk bersosialisasi, berbicara dengan baik,
dan SP 4 tentang melatih pasien untuk berdoa atau beribadaha untuk mencegah perilaku
kekerasan.

B. Saran
Makalah mengenai Strategi Pelaksanaan dan Catatan Perkembangan pada pasien Resiko
Perilaku Kekerasan ini telah kami susun dengan kesadaran penuh. Namun meskipun demikian
mungkin di mata pembaca masih terdapat kekeliruan atau kekurangan yang tampak, oleh
karenanya kami senantiasa menerima segala bentuk kritik atau saran yang membangun yang
InsyaaALLAH nantinya akan menjadikan kami lebih baik lagi.

17
18

Anda mungkin juga menyukai