Anda di halaman 1dari 13

KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Ulumul Qur’an”
Dosen pengampu:
Hj. Lujeng Lutfiyah, M. Th.I

Oleh:
Wakhidatun Nihlah

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahnya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan salah satu tugas
yang berbentuk makala sebagai salah satu persyaratan untuk menuntaskan mata kuliah
Ulumul Qur’an

Terselesaikannnya makala ini tidak lepas dari para orang-orang terdekat penulis,
karena itu dengan tulus penulis sampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Hj. Lujeng Lutfiyah, M. Th.I selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an
IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah membimbing penulis dalam
pembuatan makala ini.
2. Para pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang
menyediakan buku bahan makala ini.
3. Teman-teman sekelas semester 1 (satu), IAI TABAH kranji paciran lamongan yang
ikut berpartisipasi dalam presentasi makala ini.

Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makala ini, namun tidak
mustahil dalam makala masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal itu dikarnakan
kelemahan dan keterbatasan kemampuan penulis semata. Saran dan kritik yang
konstruktif tetap kami harapkan dari peserta diskusi yang budiman. Akhirnya semoga
makala ini membawa manfaat tidak hanya bagi penulis, namun juga bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Kranji, 15 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jaz Al-Qur’an..............................................................................3


B. Standar I’jaz Al-Qur’an...................................................................................4
C. Macam-macam Bentuk I’jaz Al-Qur’an..........................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................................8
B. Saran...............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran adalah mu’jizat islam yang kekal dan mu’jizatnya diperkuat oleh
kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulallah untuk
mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta
membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulallah menyampaikan al-Qur’an itu
kepada para sahabatnya dan orang-orang arab asli sehingga mereka dapat
memahaminya berdasarkan naluri mereka yang kemudian untuk di sampaikan
kembali keseluruh umat manusia. Apabila mereka mengalami ketidak jelasan
dalam memahami suatu ayat mereka menanyakan kepada Rasulallah terkait dengan
mu’jizat yang relevasinya menunjukkan kehebatan mu’jizat al-Qur’an. Sebab
mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat dimana
salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sasrtawan arab. Merupakan
tantangan dahsyat dan bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah.
Kesadaran akan historisis dan kontekstualitas pemahaman manusia pada
gilirannya akan bersinggungan denan ranah al-Qur’an dan pemaknaanya.
Sebenarnya secara umum di sepakati oleh umat islam bahwa al-Qur’an adalah
sakral, karena ia adalah kalamullah yang di turunkan melalui Rasulallah. Namun
ketika melihat fakta bahwa al-Qur’an memakai Bahasa arab, berbagai informasi
yang disajikan didalamnya banyak yang memakai logika budaya arab, kemudian
berbagai istilah yang dipakai didalamnya juga menggunakan terminology yang
akrab dikalangan orang arab saat itu, maka muncullah berbagai kajian dan
pemahaman tentang status tentang original al-Qur’an, sejauh manakah al-Qur’an itu
berdimensi illahiah dan sejauh mana ia berdimensi manusiawi. Telah banyak kajian
bahkan perdebatan terhadap persoalan ini, bukan hanya para orientalis barat yang
‘berpihak’ yang menyatakan bahwa al-Qur’an itu tidak memiliki sisi illahiah sama
sekali karena ia ciptaan Muhammad. Tetapi juga dari kalangan yang berasal dari
kalangan umat islam sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian I’jaz al-Qur’an?
2. Bagaimana Standar I’jaz al-Qur’an?
3. Apa Saja Macam-macam bentuk I’jaz Alquran?
C.  Tujuan
1. Mengetahui pengertian I’jaz ala-Qur’an.
2. Mengetahui standar I’jaz Alquran.
3. Mengetahui macam-macam bentuk I’jaz Alquran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jaz Al-Qur’an


Menurut Bahasa kata I’jaz adalah masdar dari kata kerja a’jaza, yang berarti
melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Kata a’jaza ini termasuk fi’il ruba’i
mazid yang berasal dari fi’il tsulatsi mujarrad ajaza yang berarti lemah, lawan dari
qodara yang berarti kuat/mampu. Kata I’jazul Qur’an ialah melemahkan al Qur’an.
Suatu kata makjud yang terdiri dari dua kata yang dimudhafkan. Yaitu,
dimudhafkan kata masdar I’jaz kepada pelakunya, yaitu al Qur’an, sehingga berarti
melemahkannya al Qur’an. Sedangkan ma’ulnya (siapa objek yang dilemahkan)
dibuang/tersimpan. Kitab al Qur’an betul-betul I’jaz atau benar-benar melemahkan
manusia seluruhnya, tak ada seorang pun yang menandingi tantangannya. Mengenai
segi kemu’jizatan al Qur’an itu akan diterangkan kemudian.1
Lebih jauh Al-Qathan mendefinisikan I’jaz yang artinya: “memperlihatkan
kebenaran Nabi SAW atas pengakuan kerasulannya, dengan cara membuktikan
kelemahan orang arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi kemu’jizatan al-
Qur’an.” Dan mu’jizat adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan
selamat dari perlawanan.2
Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’iz. Bila kemampuannya
melemahkan pihak lain amat menonjolkan sehingga mampu membungkam lawan,
ia dinamai mu’jizat. Tambahan ta’ marbuthah pada akhir kata itu mengandung kata
mubalighah (superlative). Mu’jizat di devinisikan oleh pakar agama Islam, antara
lain sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang
mengakui nabi, sebagai bukti kenabiannya sebagai tantangan bagi orang yang ragu,
untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, tetapi tudak melayani tantangan
itu. Dengan redaksi yang berbeda, mu’jizat di definisikan pula sebagai sesuatu yang

1
Abdul Djalal., Ulumul Qur’an, (Jl. Karang Menur V/24 Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), 267-268.
2
Mudzakir, Manna’ Khalil Al-Qattan Studi Ilmu-ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka Lintera Antar
Nusa, 2013), 371.

3
luar biasa yang di perlihatkan Allah melalui para Nabi dan Rasulnya, sebagai bukti
atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
‫ق أَ ْم ُر‬
ُ ‫خَار‬ َ ‫ِّي َم ْقرُوْ ٌن َسالِ ٌم َع ِن لِ ْل َعا َد ِة ْال ُم َعا َر‬
ِ ‫ض ِة‬ aْ ‫بِاالتَّ َحد‬
Artinya: “sesuatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, di sertai dengan unsur
tantangan, dan tidak akan dapat di tandingi.”3

B. Standar I’jaz Al-Qur’an


Menurut pendapatnya para ulama dalam menyebutkan standar atau syarat-
syarat I’jaz, setidaknya ada lima syarat sesuatu tersebut dikatakan sebagai mu’jizat
yang apabila tidak terpenuhi maka hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai
mu’jizat.4 Ke-lima syarat tersebut adalah:5
1. Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan siapapun selain Allah
Tuhan selain alam.
2. Tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam.
3. Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi seorang yang mengaku membawa
risalah ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya.
4. Terjadi bertetapan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding
menggunakan mu’jizat tersebut.
5. Tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam
pertandingan tersebut.
Apabila kelima syarat tersebut terpenuhi maka sesuatu baru lah bisa dikatakan
sebagai mu’jizat. Dan apabila salah satu saja syarat dari ke lima syarat tersebut tidak
terpenuhi maka hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai mu’jizat.6

C. Macam-macam Bentuk I’jaz al-Qur’an


3
Mudzakir, Manna’ Khalil Al-Qattan Studi Ilmu-ilmu Qur’an, 371.
4
Said Agil Husain Al Munawar, Mengembangkan Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: TP,
2002), 31.
Said Agil Husain Al Munawar, Mengembangkan Tradisi Kesalehan Hakiki.
5

Syaikh Muhammad Ali Ashshabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka
6

Amani,2001), 151.

4
1. I’jaz Balaghi
I’jaz balagah terdiri dari 2 kata yaitu, I’jazun dan balaghatun. Al-mu’jizat
adalah bentuk kata mu’annas dari kata mudzakar al-mu’iz. Al-mu’iz adalah isim
fail dari kata kerja a’jaza. Secara harfiah al-mu’jizah mempunyai arti lemah,
tidak mampu, tidak bedaya, tidak sanggup, dan tidak kuasa. Al-ajzu adalah lawan
kata dari al-qudroh yang berarti sanggup, mampu / kuasa .7
Dalam hal ini, istilah mu’jiz atau mu’jizat lazim di artikan dengan al-‘ajib,
artinya sesuatu yang ajaib (menakjubkan atau mengherankan) karena orang atau
pihak lain tidak ada yang sanggup menandingi atau menyamai sesuatu itu. Juga
sering diartikan dengan suatu yang menyalahi tradisi.8
Dalam al-qur’an, kata a’jaza dalam berbagai bentuk terulang sebanyak 26
kali dalam 21 suroh dalam 25 ayat. Dan a’jaza dalam al-qur’an digunakan dalam
beberapa pengertian di antaranya “tidak mampu”, seperti dalam firman Allah :

‫ت أَ ْن أَ ُكونَ ِم ْث َل‬
ُ ‫ال يَا َو ْيلَتَا أَ َع َج ْز‬
َ َ‫اري َسوْ ءةَ أَ ِخي ِه ق‬ِ ‫ض لِي ُِريَهُ َك ْيفَ يُ َو‬ِ ْ‫ث فِي األَر‬ ُ ‫ث هّللا ُ ُغ َرابا ً يَ ْب َح‬
َ ‫فَبَ َع‬
َ‫ي َسوْ ءةَ أَ ِخي فَأَصْ بَ َح ِمنَ النَّا ِد ِمين‬ ُ ِ ‫هَـ َذا ْال ُغ َرا‬
ِ ‫ب فَأ َو‬
aَ ‫ار‬
“kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak supaya menggali bumi
(tanah) untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) tentang bagaimana
seharusnya ia menguburkan saudaranya( Habil). Berkata Qabil : “Aduhai,
celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu
aku pun dapat menguburkan mayat saudaraku ini ?” karena itu, maka jadilah
dia (Qabil) salah seorang di antara orang-orang yang menyesal.9
Dalam ayat di atas, digunakan untuk pengertian tidak mampu atau tidak
sanggup. Dalam kamus al-mu’jam al-wasit, mu’jizat dirumuskan dengan :
‫أمر خارق للعادة يظهره هللا على يد نبي تأييدا لنبوته‬
“sesuatu yang menyalahi adat kebiasaan yang ditampakkan Allah di atas
kekuasaan seorang Nabi untuk memperkuat kenabiannya.”

7
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, (Jakarta : Rajawali Pers, Cet I, 2013), Hal.154
8
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an.
9
Surat Al-Maidah : 5

5
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mu’jizat diartikan sebagai “kejadian
ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia”. Pengertian ini tidak
sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama Islam. Ada juga yang
berpendapat bahwa mu’jizat itu adalah “Suatu tindakan di luar kekuasaan
manusia, atau suatu ketidak mungkina menurut akal, sehingga menimbulkan
kekaguman.10
Sedangkan balaghah menurut ulama adalah :
‫أن يكون الكالم مطابقا لمقتضى أحوال المخاطبين مع فصاحته‬
“Bahwa perkataan (kalam) yang disampaikan sesuai dengan keadaan
pendengarnya dengan kata-kata yang fasih(jelas).11
Jadi, i’jaz balghi adalah kemukjizatan segi sastra balaghahnya, sebab
setiap kalimat yang ada dalam Al-Qur’an dapat mewakili suatu makna dan
maksud dari kalimat tersebut.12
2. I’jaz Lughowi (Keindahan redaksi al-Qur’an)
Memandang segi-segi kemu’jizatan al-Qur’an dalam 2 aspek, di antara
aspek keindahan dan ketelitian redaksinya.13 Dalam al-Qur’an dijumpai sekian
banyak contoh keseimbangan yang serasi antara kata-kata yang digunakan
yaitu:14
a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonominya.
b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna
yang dikandungnya.
c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah yang
menunjukkan akibatnya.

3. I’jaz ‘Ilmi

10
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, ( Bandung : Mizan, Cet I, 1997), Hal.23
11
١٩ .‫ ه) ص‬١٤ ٢٢ ,‫ المستوى الرابع‬: ‫ (رياض‬,‫ سلسلة تعليم اللغة العربية‬,‫محمد بن سعود اإلسالمية‬
12
١٩ .‫ ه) ص‬١٤ ٢٢ ,‫ المستوى الرابع‬: ‫ (رياض‬,‫ سلسلة تعليم اللغة العربية‬,‫محمد بن سعود اإلسالمية‬
13
Abdul Hamid, Pengantar Studi al-Qur’an, (Jakarta: Prenada Media, 2016), 92.
14
Abdul Hamid, Pengantar Studi al-Qur’an, 92.

6
Di dalam al-Qur’an, Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di
antaranya ilmu falak dan ilmu hewan. Beginilah I’jaz al-Qur’an ilmi itu betul-
betul mendorong kaum muslimin untuk berfikir dan membukakan pintu-pintu
ilmu pengetahuan, salah satu contohnya menurut Quraish Shihab, banyak sekali
isyarat ilmiah yang ditemukan dalam al-Qur’an misalnya, cahaya matahari
bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, 15
dijelaskan dalam surat Yunus:5
َ ‫َاز َل لِتَ ْعلَ ُموا َع َد َد ال ِّسنِينَ َو ْال ِح َس‬
‫اب‬ ِ ‫ضيَا ًء َو ْالقَ َم َر نُورًا َوقَ َّد َرهُ َمن‬ِ ‫س‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي َج َع َل ال َّش ْم‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬
ِ ‫ص ُل اآليَا‬ ِّ َ‫ق يُف‬ِّ ‫ق هَّللا ُ َذلِكَ إِال بِ ْال َح‬
َ َ‫َما َخل‬
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi
perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan
(waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.” (QS. Yunus:5)16
4. I’jaz Tasyri’I (Perundang-Undangan)
Yaitu kemu’jizatan segi pensyari’atannya, hukum-hukum ajarannya, yang
muncul pada penetapan hukum-hukum syari’at islam, Contoh: perempuan yang
berzinah dan laki-laki yang berzinah maka deralah masing-masingnya itu
serratus kali dera.17 Dijelaskan dalam QS. An nur:2

ِ ‫اح ٍد ِم ْنهُ َما ِمائَةَ َج ْل َد ٍة َوال تَأْ ُخ ْذ ُك ْم بِ ِه َما َر ْأفَةٌ فِي ِد‬
ِ ‫ين هَّللا‬ ِ ‫ ُك َّل َو‬a‫ال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا‬
َ‫م اآل ِخ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَائِفَةٌ ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِين‬aِ ْ‫إِ ْن ُك ْنتُ ْم تُ ْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَو‬
Artinya: “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah,
jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan)

15
Abdul Hamid, Pengantar Studi al-Qur’an, 9.
16
Kh. Muhammad Shobah Thohir, al-Qur’an dan Terjemahnya, 210
17
M. Quraish Shihab, Mu’jizat al-Qur’an, 259.

7
hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.”
(QS. An nur:2)18
5. I’jaz ‘Adady (Jumlah)
I’jazul Adadi, yaitu kemukjizatan bilangan-bilangan dalam Al-Qur’an.
I’jaz ini baru ditemukan. Misalnya, sholat wajib ada lima waktu, ternyata ketika
di teliti kalimat shalawat (jamak dari sholat) yang berkaitan dengan sholat wajib,
di jumpai bilangannya ada lima kalimat dalam al-Qur’an. Kemudian Sholat lima
waktu ini ada 17 rakaat, Abu Zahra meneliti kalimat fardhu ini di dalam Al-
Qur’an, dan semua kalimat fardhu dengan berbagai derajatnya berjumlah 17
kalimat. Lalu kalimat qasr (memendekkan bilangan rekaat dalam sholat ketika
dalam perjalanan), di sebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 11 kali, ternyata ketika
dihitung jumlah rekaat dalam sholat qasr sehari semalam, juga 11 rekaat, yaitu,
Zuhur 2, Ashar2, Magrib 3, Isya’ 2, dan Subuh2. Kalimat tawaf, tercatat dalam
Al-Qur’an ada tujuh kalimat. Itu adalah sebagian dari mukjizat bilangan dala Al-
Qur’an.19
َ َ‫ت فَارْ ِج ِع ْالب‬
ْ‫ص َر هَل‬ ِ ‫ت ِطبَاقًا َما تَ َرى فِي َخ ْل‬
ٍ ‫ق الرَّحْ َم ِن ِم ْن تَفَا ُو‬ َ َ‫الَّ ِذي َخل‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َس َما َوا‬
aٍ ُ‫تَ َرى ِم ْن فُط‬
‫ور‬
Artinya: ”Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-
kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?” (QS. Al-Mulk:03).20

Muhammad Shobah Thohir, al-Qur’an dan Terjemahnya, 350.


18

19
Suhadi, Ulumul Qur’an, (Kudus: Nora Media Enterprise,2011), 113.

20
Muhammad Shobah Thohir, al-Qur’an dan Terjemahnya, 417.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
I’jaz al-Qur’an yaitu melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Mu’jizat
adalah sesuatu hal luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
mu’jizat di definisikan pula sebagai sesuatu yang luar biasa yang di perlihatkan Allah
melalui para Nabi dan Rasulnya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian
dan kerasulannya.
Standar kemu’jizatan al-Qur’an yakni kadar yang menjadi mu’jizat dari kitab
al-Qur’an yaitu:
1. Mu’jizat adalah sesuatu yang tidak sanggup dilakukan siapapun selain Allah
Tuhan selain alam.
2. Tidak sesuai dengan kebiasaan dan berlawanan dengan hukum alam.
3. Mu’jizat harus berupa hal yang dijadikan saksi seorang yang mengaku
membawa risalah ilahi sebagai bukti atas kebenaran pengakuannya.
4. Terjadi bertetapan dengan pengakuan Nabi yang mengajak bertanding
menggunakan mu’jizat tersebut.
5. Tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam
pertandingan tersebut.
Macam-macam I’jaz al-Qur’an: al-I’jaz al-Balaghi, al-I’jaz al-Lughowi, al-
I’jaz al-‘Ilmi, al-I’jaz al-Tasyri’I, al-I’jaz al-‘Adady.

B. Saran
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan. Saya
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca, dan tentunya dari dosen
pengampu mata kuliah yang dapat membuat wawasan kami lebih luas dan lebih baik
lagi dalam menulis karya tulis lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ashshabuni, Syaikh Muhammad Ali. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur’an. Jakarta: Pustaka
Amani.

Al Munawar, Said Agil Husain. 2002. Mengembangkan Tradisi Kesalehan Hakiki.


Jakarta: TP.

Djalal, Abdul. 1998. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu.


Hamid, Abdul. 2016. Pengantar Studi al-Qur’an. Jakarta: Prenada Media.
Mudzakir. 2013. Manna’ Khalil al-Qattan Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an. Bogor: Pustska
Lintera Antar Nusa.

Shihab, Abdul. 2016, Pengantar Studi al-Qur’an. Jakarta: Prenada Media.

Thohir, Muhammad Shobah. 2012. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Kemenag.


Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta : Rajawali Pers, Cet I, 2013.

 )‫ ه‬١٤ ٢٢ ,‫ المستوى الرابع‬: ‫ (رياض‬,‫ سلسلة تعليم اللغة العربية‬,‫محمد بن سعود اإلسالمية‬

Suhadi, Ulumul Qur’an. Kudus: Nora Media Enterprise, 2011.

10

Anda mungkin juga menyukai