Anda di halaman 1dari 25

Akuntansi

Akuntansi Penjualan Angsuran

Kamis, 01 Desember 2016


Akuntansi Penjualan Angsuran beserta Contoh soal

http://arifkurnia1997.blogspot.com/2016/12/akuntansi-penjualan-angsuran-beserta.html

PENJUALAN ANGSURAN

Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya 
dilaksanakan secara bertahap.

1.      Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, pejual menerima pembayaran pertama sebagian
dari harga penjualan.
2.      Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.

Untuk menghindari resiko karena pembeli tidak membayar dan supaya penjual tidak mengalami
kerugian, maka biasanya saat membeli ada beberapa perjanjian, antara lain:

1.      Pada saat membeli disertai dengan meninggalkan jaminan ke penjual.


2.      Hak kepemilikan barang berpindah ke pembeli, kalau pembayarannya sudah lunas.

Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi dalam pemilikan kembali, factor-faktor yang
harus diperhatikan penjual :

1.      Besarnya pembayaran pertama (down payment).


2.      Jangka waktu pembayaran.                          
3.      Besarnya pembayaran angsuran.                          
PERHITUNGAN BUNGA (Interest) pada PENJUALAN

ANGSURAN dan PENCATATANNYA

Dalam setiap penjualan angsuran ada bunga yang ditanggung oleh pembeli. Dengan demikian setiap
angsuran yang dibayarkan pembeli terdiri dari angsuran pokok pinjaman dan bunga yang

diperhitungkan.

Macam-macam perhitungan bunga yang dapat dipakai dalam penjualan angsuran yaitu:

1.      Bunga dihitung dari pokok pinjaman


2.      Bunga dihitung dari sisa pinjaman
3.      Sistem anuitas (bunga semakin menurun dan angsuran pokok pinjaman meningkat)

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1.      Bunga dihitung dari pokok pinjaman/sistem bunga tetap dan angsuran pokok tetap.

Dalam metode ini besarnya bunga dihitung dari pokok pinjaman sehingga besarnya bunga adalah tetap.

2.      Bunga dihitung dari sisa pinjaman/Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.

Besarnya bunga dihitung dari saldo pinjaman awal periode, tergantung periodenya bulanan atau
tahunan. Kalau angsuran bulanan, bunga didasarkan pada saldo awal bulan. Kalau angsuran tahunan,
maka bunga didasarkan pada saldo awal tahun. Jumlah

bunga semakin lama semakin turun.

3.      Sistem anuitas.

Besarnya bunga dihitung menggunakan rumus anuitas. Dengan menggunakan rumus anuitas jumlah
angsuran tetap tetapi jumlah bunga semakin menurun, sedangkan angsuran pokok semakin meningkat. 
PERLAKUAN AKUNTANSI LAINNYA

Perlakuan Akuntansi Penjualan Angsuran yang lain, kecuali masalah

penentuan bunga adalah:

a.       Pengakuan Laba Kotor


b.      Tukar- tambah ( trade in)
c.       Pembatalan Penjualan Angsuran

a.      Pengakuan Laba Kotor

Dasar pengakuan laba yang dapat dipakai dalam penjualan angsuran

adalah:

1.      Dasar Penjualan (Accrual Basis)


2.      Dasar tunai (Cash Basis)

Penjelasannya adalah sebagai berikut

1.      Dasar Penjualan (Accrual Basis)

Bila menggunakan dasar ini, laba kotor diakui pada saat penjualan angsuran terjadi tanpa
memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atau belum. Cara ini sama dengan pencatatan
penjualan kredit biasa. Metode ini dapat digunakan bila memenuhi 3 kondisi:

o   Jangka waktu pembayaran relatif pendek


o   Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil
o   Biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran bisa ditaksir dengan teliti

                                              

2.      Dasar tunai (Cash Basis)

Dalam metode ini laba kotor diakui saat pengumpulan kas. Setiap
pengumpulan kas terdiri dari:

a.      pembayaran atas beban pokok penjualan dan


b.      pembayaran atas laba kotor

Ada 3 metode untuk memperlakukan penerimaan piutang penjualan angsuran, yaitu:

1.      Harga pokok kemudian laba kotor (cost recovery method)

Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai penutup beban pokok penjualan
dahulu, setelah beban pokok penjualan tertutup, baru penerimaan kas berikutnya diakui sebagai laba
kotor.

2.      Laba kotor kemudian harga pokok

Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai perolehan laba kotor dahulu, setelah
laba kotor tercapai baru sisa penerimaan kas berikutnya diakui sebagai penutup harga

pokok.

3.      beban pokok penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional (metode penjualan angsuran)

Dalam metode ini setiap periode penerimaan kas diakui adanya pembayaran beban pokok penjualan
dan realisasi laba kotor. Dari ketiga metode di atas, yang paling banyak dipakai adalah perlakuan yang
ketiga, yaitu beban pokok penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional setiap menerima kas.

c.       Tukar Tambah atau Trade In

Tukar tambah adalah penjualan dimana pembeli menyerahkan barangnya sebagai uang muka (down
payment/DP) kekurangannya dibayar secara angsuran. Dalam penjualan angsuran sering terjadi cara
tukar tambah untuk menarik pembeli. Dalam tukar tambah, barang yang diserahkan sebagai uang muka
dicatat berdasar realisasi bersihnya dengan syarat:

Nilai realisasi bersih tidak boleh melebihi nilai pokok pengganti (current replacement cost).
Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga jual barang dikurangi biaya perbaikan, biaya pemasaran, dan
biaya-biaya lain serta taksiran laba yang diharapkan. Selisih antara harga yang disepakati dengan nilai
realisasi bersih dimasukkan ke rekening cadangan kelebihan harga. Pada akhir periode rekening
cadangan kelebihan harga mengurangi rekening penjualan angsuran. Jadi harga penjualan angsuran
sebenarnya adalah sebesar rekening penjualan dikurangi cadangan kelebihan harga.

d.      Pembatalan Penjualan Angsuran

Dalam penjualan angsuran kadangkala pembeli tidak dapat melunasi angsurannya sehingga terjadi
pembatalan penjualan angsuran.

Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh penjual adalah:

1.      Barang yang sudah dijual dimiliki kembali.

Penjual harus menilai kembali barang tersebut. Dalam penilaian kembali harus dipertimbangkan
cadangan untuk perbaikan dan laba normal yang diharapkan apabila barang tersebut dijual lagi (nilai
realisasi bersih).

2.      Piutang penjualan angsuran yang belum dibayar dibatalkan.


3.      Mencatat laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran.

Tergantung metode pengakuan laba kotor yang digunakan (laba kotor diakui saat penjualan atau laba
kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas).

                                      

                       

  Laba Kotor Diakui Saat Penjualan

Pada metode ini laba kotor diakui saat penjualan sehingga saldo piutang penjualan angsuran merupakan
beban pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya. Jadi selisih antara nilai realisasi bersih
atas barang yang diterima kembali dengan saldo piutang penjualan angsuran merupakan laba atau rugi
pembatalan penjualan angsuran.                                 
  Laba Kotor Diakui Secara Proporsional dengan Penerimaan Kas

Pada metode ini laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas, sehingga saldo piutang
penjualan angsuran terdiri dari laba kotor yang belum direalisasi dan beban pokok penjualan angsuran.
Jadi selisih antara nilai realisasi bersih atas barang yang diterima kembali dengan saldo piutang
penjualan angsuran dan laba kotor belum direalisasi merupakan laba atau rugi pembatalan penjualan
angsuran.

PENJUALAN ANGSURAN UNTUK AKTIVA TETAP

Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti tanah, bangunan dan
sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah
ditentukan. Biasanya pembayaran angsuran ini mempunyai tata aturan atau persyaratan sebagai berikut
:

a.       Adanya down payment atau uang muka


b.      Pembayaran uang tunai secara periodik sebagai pembayaran angsuran

Pengakuan keuntungan atau laba kotor penjualan angsuran pada penjualan angsuran aktiva
tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu laba kotor diakui pada periode penjualan dan laba
kotor diakui secara proporsional sejalan dengan penerimaan kas.

Berikut contoh kasus untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang metode pengakuan
laba kotor dalam penjualan angsuran aktiva tetap.

Contoh 1 :

Pada tanggal 1 September tahun 2005, PT Graha Property menjual 10 unit rumah dengan harga
pokok per kapling Rp 300.000.000,00 dan dijual dengan harga Rp 400.000.000,00 ditambah bunga 10%
per tahun. Pembayaran angsuran dilakukan setiap semester (6 bulanan) selama 5 tahun atau 10
semester (10 kali angsuran), uang muka 20% dan bunga dihitung dari sisa pinjaman.
  

Diminta:

      Buat skedul pembayaran angsurannya

      Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan asumsi menggunakan metode laba kotor diakui pada saat
penjualan dan metode laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas.

Penyelesaian :

1.      Skedul pembayaran angsuran ( dalam ribuan Rp )

Angsuran ke Tgl bayar Bunga Angsuran Jml pembayaran Sisa harga


kontrak

1 Sept 05 - - - 4.000.000

(U.muka) 1 Sept 05 - 800.000 800.000 3.200.000

I 1 Mrt 06 160.000 320.000 480.000 2.880.000

II 1 Sept 06 144.000 320.000 464.000 2.560.000

III 1 Mrt 07 128.000 320.000 448.000 2.240.000

IV 1 Sept 07 112.000 320.000 432.000 1.920.000

V 1 Mrt 08 96.000 320.000 416.000 1.600.000

VI 1 Sept 08 80.000 320.000 400.000 1.280.000

VII 1 Mrt 09 64.000 320.000 384.000 960.000

VIII 1 Sept 09 48.000 320.000 368.000 640.000

IX 1 Mrt 10 32.000 320.000 352.000 320.000

X 1 Sept 10 16.000 320.000 336.000 0


Jumlah Total 880.000 4.000.000 4.880.000 -

2.      Jurnal transaksi penjualan angsuran dengan menggunakan

a.   metode laba kotor diakui saat periode penjualan.

Jurnal yang dibuat sebagai berikut :

(dalam ribuan rupiah)  

Keterangan transaksi Jurnal

Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 : Kas                            800.000     

10 x Rp 400.000      = 4.000.000 Piutang angsuran    3.200.000

uang muka  20%      =    800.000      Rumah                                 3.000.000

HP rumah :      Laba penjualan angs           1.000.000

10 x Rp 300.00        = 3.000.000

Ajp tgl 31 Des 05 : Piutang bunga            106.667

   Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1      Pendapatan bunga                   106.667
Sept sd 31 Des 05)

   4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667   

Jurnal penutup tgl 31 Des 05 : Laba penjualan angs  1.000.000

Menutup rekening nominal ke iktisar laba Pendapatan bunga        106.667


rugi
    Iktisar laba rugi                      1.106.667

Jurnal balik tgl 1 Jan 06 : Pendapatan bunga      106.667

   Reversal entries atas bunga yang akan      Piutang bunga                       106.667
diterima th. 2005

Penerimaan angsuran I Kas                             480.000

Tgl 1 Maret 06 :      Piutang angsuran                    320.000

Angsuran pokok : 3.200.000/10      Pendapatan bunga                  160.000

                                  =  320.000

Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000

                                 =  160.000

Penerimaan angsuran II Kas                              464.000

      Tgl 1 Sept 06      Piutang angsuran                   320.000

Angsuran pokok      =  320.000      Pendapatan bunga                 144.000

Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 –


320.000) = 144.000

Ajp tgl 31 Desember 06 : Piutang bunga               85.333

Bunga yang masih harus diterima 4 bln      Pendapatan bunga                   85.333

4/12 x 10% x  (3.200.000 – 640.000)  = 


85.333

Dari contoh diatas diketahui bahwa dengan menggunakan metode ini pada tahun kedua sudah tidak
ada lagi pengakuan laba atas penjualan angsuran rumah.

b.   Metode Laba diakui proporsional dengan penerimaan kas


Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :

(dalam ribuan rupiah)

Keterangan transaksi Jurnal

Pada saat penjualan tgl 1 Sept 05 : Kas                            800.000     

10 x Rp 400.000      = 4.000.000 Piutang angsuran    3.200.000

uang muka  20%      =    800.000      Rumah                               3.000.000

HP rumah :      LKBD                               1.000.000

10 x Rp 300.00        = 3.000.000

Ajp tgl 31 Des 05 :

a.    Bunga yang masih harus diterima 4 bulan ( 1 Piutang bunga            106.667
Sept sd 31 Des 05)
     Pendapatan bunga                106.667
    4/12 x 10% x 3.200.000 = 106.667

b.    Penyesuaian LKBD atau Laba kotor direalisasi


LKBD                       200.000
(LKD)

% laba kotor :      LKD                                     200.000

1.000.000  x 100% = 25%

4.000.000

Penerimaan kas th.2005 sebesar Rp


800.000.000 (down payment). Jadi LKD
th.2005 adalah 25% x Rp 800.000.000 = Rp
200.000.000

3.    Jurnal penutup tgl 31 Des 05 : LKD                             200.000


  Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi Pendapatan bunga        106.667

    Iktisar laba rugi                     306.667

4.    Jurnal balik tgl 1 Jan 06 : Pendapatan bunga       106.667

Reversal entries atas bunga yang akan diterima      Piutang bunga                      106.667
th. 2005

5.    Penerimaan angsuran I Kas                             480.000

Tgl 1 Maret 06 :      Piutang angsuran                  320.000

Angsuran pokok : 3.200.000/10      Pendapatan bunga                160.000

                                  =  320.000

Bunga 6 bln x 10%/thn x 3.200.000

                                 =  160.000

Penerimaan angsuran II Kas                              464.000

     Tgl 1 Sept 06      Piutang angsuran                 320.000

Angsuran pokok      =  320.000      Pendapatan bunga               144.000

Bunga 6 bln x 10% per tahun x (3.200.000 –


320.000) = 144.000

Ajp tgl 31 Desember 2006

a.    Ajp bunga yang masih harus diterima 4 bln ( 1 Piutang bunga                  85.333
Sept sd 31 Des 06)
    Pendapatan bunga                  85.333
4/12 x 10% x (3.200.000-640.000) = 85.333

b.    Penyesuaian LKBD

Penerimaan kas th.2006 sebesar Rp


64.000.000 (angsuran I dan II). Jadi LKD
th.2006 adalah 25% x Rp 640.000.000 = Rp
160.000.000 LKBD                           160.000         

    LKD                                     160.000

8.    Jurnal penutup tgl 31 Des 06 : LKD                              160.000


  Menutup rekening nominal ke iktisar laba rugi Pendapatan bunga           85.333

    Iktisar laba rugi                    245.333

9.    Jurnal balik tgl 1 Jan 07 : Pendapatan bunga          85.333

  Reversal entries atas bunga yang akan diterima      Piutang bunga                       85.333
th. 2006

Berikut penjelasan dari jurnal dan perhitungan pada tabel diatas :

      Laba penjualan angsuran akan diakui setiap tahun yang besarnya tergantung pada besarnya kas yang
diterima pada tahun yang bersangkutan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 jurnal LKD sebesar Rp
200.000.000, sedangkan untuk tahun 2006 sebesar Rp 160.000.000. Hal ini disebabkan karena jumlah
kas yang diterima selama tahun 2005 lebih besar daripada jumlah kas yang diterima pada tahun 2006.

      Jurnal yang dibuat pada tahun 2007 dan berikutnya sama dengan jurnal pada tahun 2006,
perbedaannya hanya teletak pada jumlah pendapatan bunga yang semakin kecil karena bunga dihitung
dari saldo pokok pinjaman dimana saldo pokok pinjaman akan semakin kecil karena adanya pelunasan
ditahun sebelumnya.

Kamis, 26 Desember 2013


Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 Konsinyasi

http://aangkuro.blogspot.com/2013/12/akuntansi-keuangan-lanjutan-1-
konsinyasi.html

Pengertian Konsinyasi
Konsinyasi (consignment) menurut Hadori Yunus – Harnanto adalah suatu perjanjian
dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barangnya kepada pihak
tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi tertentu.
Pemilik yang memiliki barang atau yang menitipkan barang disebut pengamanat (consignor),
sedang pihak yang dititipi barang disebut disebut komisioner (consignee). Bagi pengamanat
barang yang dititipkan kepada pihak lain untuk dijualkan dengan harga dan persyaratan tertentu
biasa disebut sebagai barang-barang konsinyasi (consignment out), sedangkan bagi pihak
penerima barang-barang ini disebut dengan barang-barang komisi (consignment in).
Dalam transaksi konsinyasi penyerahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak
diikuti dengan penyerahan hak milik atas barang yang bersangkutan. Meskipun diakui bahwa
dalam transaksi konsinyasi itu telah terjadi perpindahan pengelolaan dan penyimpanan barang
kepada komisioner, namun demikian “hak milik” atas barang yang bersangkutan tetap berada
pada pengamanat (consignor). Hak milik akan berpindah dari pengamanat apabila komisioner
telah berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga.
Terdapat perbedaan prinsipal antara transaksi penjualan dengan transaksi konsinyasi.
Dalam transaksi penjualan hak milik atas barang berpindah kepada pembeli pada saat
penyerahan barang. Di dalam transaksi konsinyasi penyerahan barang dari pengamat kepada
komisioner tidak diikuti adanya hak milik atas barang yang bersangkutan.

Karakteristik dan Keuntungan Penjualan Konsinyasi


Karakteristk penjualan konsinyasi yang sekaligus merupakan perbedaan perlakuan
akuntansi dengan transaksi penjualan yaitu :
a)      Barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat karena hak
milik atas barang-barang konsinyasi masih berada ditangan pengamanat. Barang-barang
konsinyasi tidak boleh diakui sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee).
b)      Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan tidak
boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat
maupun bagi komisioner sampai barang dagangan dapat dijual kepada pihak ketiga.
c)      Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik barang tetap bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman
sampai dengan saat komisioner berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga. Kecuali
ditentukan lain dalam perjanjian diantara kedua belah pihak.
d)     Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan
keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu. Oleh karena itu komisioner perlu
menyelenggarakan administrasi yang baik dan tertib.
Pada pelaksanaan penjualan konsinyasi sebaiknya kontrak perjanjian antara pengamanat
dan komisioner harus dibuat terlebih dahulu. Isi perjanjian biasanya terdiri dari beban-beban
yang dikeluarkan oleh komisioner yang ditanggung oleh pengamanat, kebijaksanaan harga jual
dan syarat kredit, komisi bagi komisioner dan laporan pertanggungjawaban oleh komisoner
kepada pengamanat (account sale) yang dilakukan secara berkala atas barang-barang yang sudah
terjual dan pengiriman uang hasil penjualan tersebut.
Alasan-alasan bagi pengamat untuk mengadakan perjanjian konsinyasi
  Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh
seorang produsen, pabrikan,atau distributor.
  Resiko-resiko tertentu dapat dihindari oleh pengamat.
   Mungkin pengamat ingin mendapatkan penjualan khusus dalam perdagangan barang
barangnya, terutama untuk ternak, hasil pertanian, dan lain-lain.
  Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamat, demikian
pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan dan stock barang-barang tersebut.
Alasan-alasan komisioner menerima perjanjian konsinyasi, antara lain:
  Komisioner dilindungi dari kemungkinan resiko gagal untuk memasarkan barang
barang tersebut atau keharusan menjual dengan rugi.
  Resiko rusaknya barang dan adanya fluktasi harga dapat dihindarkan.
  Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-barang
konsinyasi yang di titipkan oleh pengamat.
Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban berhubungan dengan perjanjian konsinyasi
Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan secara
tertulis yang menekankan hubungan kerja sama antar kedua pihak. Selain ketentuan dalam
perjanjian, ada juga ketentuan umum yang diatur oleh undang-undang (hukum) yang berlaku
dalam dunia perdagangan, antara lain:
1.       Tentang hak-hak komisioner
a)      Komisioner berhak mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang dikeluarkan untuk menjual
barang titipan tersebut, sesuai dengan jumnlah yang diatur dalam perjanjian diantara dua pihak.
b)      Dalam batasan-batasan tertentu biasanya kepada kuosioner diberikan hak untuk memberikan
jaminan terhadap kualitas barang yang dijualnya.
c)       Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisioner berhak memberikan syarat-
syarat pembayaran kepada langganan seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang
yang sejenis, mskipun pengamanat dapat mengadakan pembatasn-pembatasn yang harus
dinyatakan dalam perjanjian.
2.      Tentang Kewajiban-kewajiban komisioner
a)      Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengamat.
b)      Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian.
c)      Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administratip terhadap barang-barang
milik pengamat, sehingga identitas barang-barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat.
d)     Membuat laporan secara periodik tentang barang yang diterima, barang-barang yang berhasil
dijual dan barang-barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan
seperti dinyatakan dalam perjanjian.  

Akuntansi untuk Penjualan Konsinyasi


  Prosedur akuntansi penjualan konsinyasi untuk pengamanat
1.      Metode terpisah
Di dalam metode ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari kegiatan konsinyasi akan
disajikan secara terpisah dari rugi laba yang biasa. Untuk memisahkan tersebut maka pendapatan
dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan konsinyasi juga harus dipisahkan . Alat yang
digunakan untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “Barang
Konsinyasi”. Rekening ini akan di debit dengan biaya yang berhubungan dengan barang
konsinyasi dan dikredit dengan pendapatan yang berhubungan dengan barang konsinyasi. Jadi
pendebitan dan pengkreditan terhadap rekening “Barang Konsinyasi” adalah:
Pendebitan:
         Harga pokok barang konsinyasi yang dikirim
         Biaya pengiriman barang-barang konsinyasi
         Biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi yang dibayar oleh komisioner akan tetapi
ditanggung oleh pengamanat. Termasuk di dalam kelompok ini misalnya komisi, biaya perakitan
dan sebagainya.
Pengkreditan
Pengkreditan terhadap rekening barang konsinyasi adalah hasil penjualan barang
konsinyasi.
Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh pengamanat hanya mencakup 4 transaksi, yaitu:
1.      Pengiriman barang konsinyasi
2.      Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi
3.      Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner
4.      Menerima pembayaran dari komisioner.
Pencatatan terhadap transaksi tersebut adalah:
a.       Pengiriman barang konsinyasi
Transaksi ini akan dicatat:
Barang konsinyasi xxx
Persediaan xxx
b.      Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi
Transaksi ini akan dicatat:
Barang konsinyasi xxx
Kas xxx
c.       Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner
Pada saat menerima laporan pertanggungjawaban tersebut pengamanat akan mengetahui 3 hal,
yaitu:
  Penjualan barang konsinyasi
  Biaya yang berhubungan dengan konsinyasi
  Pembayaran yang akan diterima dari komisioner
Transaksi ini akan dicatat:
Piutang- komisioner xxx
Barang konsinyasi xxx
Barang konsinyasi xxx
d.      Menerima pembayaran dari komisioner
Transaksi ini akan dicatat:
Kas xxx
Piutang- komisioner xxx
Contoh:
Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian konsinyasi dengan toko XYZ. Isi
perjanjian tersebut antara lain:
1.      PT ABC akan menitipkan barang kepada toko XYZ
2.      Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil penjualan
3.      Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4.      Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan.
Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi tersebut untuk bulan januari 1991
adalah:
1.      PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD ke toko XYZ. Harga pokok
barang tersebut Rp. 300.000,00 sedangkan harga jual ditentukan Rp. 500.000,00
2.      PT ABC membayar biaya angkut sebesar Rp. 500.000,00
3.      Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan membayar biaya perakitan sebesar Rp.
200.000,00
4.      Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangan secara tunai
5.      Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6.      Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu:
-          Penjualan: 100 x Rp. 500.000,00 = Rp. 50.000.000,00
-          Komisi 15% = Rp. 7.500.000,00
-          Biaya 200.000,00 + 7.700.000,00
Kas yang dikirim Rp. 42.300.000,00

Jurnal yang dibuat oleh PT ABC adalah:


Transaksi 1
Transaksi ini dicatat:
Barang konsinyasi Rp. 30.000.000,00
Persediaan Rp. 30.000.000,00
Transaksi 2
Transaksi ini dicatat:
Barang konsinyasi Rp. 500.000,00
Kas Rp. 500.000,00
Transaksi 3
Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
Transaksi 4
Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
Transaksi 5
Transaksi ini dicatat:
Piutang-komisioner Rp. 42.300.000,00
Barang konsinyasi Rp. 7.200.000,00
Barang konsinyasi Rp. 50.000.000,00
Transaksi 6
Transaksi ini dicatat:
Kas Rp. 42.300.000,00
Piutang komisioner Rp. 42.300.000,00

2.      Metode tidak terpisah


Di dalam metode laba atau rugi dari kegiatan konsinyasi tidak dipisahkan dengan laba (rugi) dari
kegiatan yang reguler. Oleh karena itu, biaya dan pendapatan yang berhubungan dengan kegiatan
konsinyasi dicampur dengan pendapatan dan biaya yang reguler.
Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh pengamanat di dalam metode ini hanya mencakup 3
transaksi, yaitu:
a.       Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi
b.      Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner
c.       Menerima pembayaran dari komisioner
Pencatatan terhadap transaksi tersebut adalah:
a.       Pembayaran biaya angkut (biaya pengiriman) barang konsinyasi
Transaksi ini akan dicatat:
Biaya transport xxx
Kas xxx
b.      Menerima laporan pertanggungjawaban dari komisioner
Pada saat menerima laporan pertanggungjawaban tersebut pengamanat akan mengetahui 3 hal,
yaitu:
  Penjualan barang konsinyasi
  Biaya yang berhubungan dengan konsinyasi
  Pembayaran yang akan diterima dari komisioner
Transaksi ini akan dicatat:
Piutang- komisioner xxx
Biaya xxx
Penjualan xxx
Apabila perusahaan menggunakan sistem perpetual pengamanat harus mencatat juga harga
pokok penjualan.
c.       Menerima pembayaran dari komisioner
Transaksi ini akan dicatat:
Kas xxx
Piutang- komisioner xxx
Contoh:
Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian konsinyasi dengan toko XYZ. Isi
perjanjian tersebut antara lain:
1.      PT ABC akan menitipkan barang kepada toko XYZ
2.      Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil penjualan
3.      Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4.      Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan.
Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi tersebut untuk bulan januari 1991
adalah:
1.      PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD ke toko XYZ. Harga pokok
barang tersebut Rp. 300.000,00 sedangkan harga jual ditentukan Rp. 500.000,00
2.      PT ABC membayar biaya angkut sebesar Rp. 500.000,00
3.      Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan membayar biaya perakitan sebesar Rp.
200.000,00
4.      Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangan secara tunai
5.      Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6.      Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu:
-          Penjualan: 100 x Rp. 500.000,00 = Rp. 50.000.000,00
-          Komisi 15% = Rp. 7.500.000,00
-          Biaya 200.000,00 + 7.700.000,00
Kas yang dikirim Rp. 42.300.000,00
Jurnal yang dibuat oleh PT ABC adalah:
Transaksi 1
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 2
Transaksi ini dicatat
Biaya transport Rp. 500.000,00
Kas Rp. 500.000,00
Transaksi 2
Transaksi ini dicatat:
Barang konsinyasi Rp. 500.000,00
Kas Rp. 500.000,00
Transaksi 3
Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
Transaksi 4
Transaksi ini tidak dicatat oleh PT ABC
Transaksi 5
Transaksi ini dicatat:
Piutang-komisioner Rp. 42.300.000,00
Biaya Rp. 7.700.000,00
Barang konsinyasi Rp. 50.000.000,00
Harga pokok penjualan Rp. 30.000.000,00
Persediaan Rp. 30.000.000,00

Transaksi 6
Transaksi ini dicatat:
Kas Rp. 42.300.000,00
Piutang komisioner Rp. 42.300.000,00
  Prosedur akuntansi penjualan konsinyasi untuk komisioner
1.      Metode terpisah
Di dalam metode ini semua laba ataupun rugi yang diperoleh dari kegiatan konsinyasi akan
disajikan secara terpisah dari rugi laba yang biasa. Untuk memisahkan tersebut maka pendapatan
dan biaya yang berhubungan dengan kegiatan komisioner juga harus dipisahkan . Alat yang
digunakan untuk mengumpulkan pendapatan dan biaya tersebut adalah rekening “Barang
Komisi”. Rekening ini akan didebit dengan biaya yang berhubungan dengan barang komisi dan
dikredit dengan pendapatan yang berhubungan dengan barang komisi. Jadi pendebitan dan
pengkreditan terhadap rekening “Barang Komisi” adalah:
Pendebitan
Pendebitan terhadap rekening ini terdiri atas:
         Biaya perakitan
         Jumlah yang harus dibayarkan kepada pengamanat
Pengkreditan
Pengkreditan terhadap rekening barang komisi adalah hasil penjualan barang komisi.
Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh komisioner hanya mencakup 4 transaksi, yaitu:
1.      Membayar biaya angkut / perakitan
2.      Menjual barang komisi
3.      Mengirim laporan pertanggungjawaban kepada pengamanat
4.      Mengirim pembayaran kepada pengamanat komisioner
Pencatatan terhadap transaksi tersebut adalah:
1.      Membayar biaya angkut / perakitan
Transaksi ini akan dicatat:
Barang komisi xxx
Kas xxx

2.      Menjual barang komisi


Transaksi ini akan dicatat:
Kas xxx
Barang komisi xxx
3.      Mengirim laporan pertanggungjawaban kepada pengamanat
Transaksi ini akan dicatat:
Barang komisi xxx
Utang pengamanat xxx
4.      Mengirim pembayaran kepada pengamanat komisioner
Transaksi ini akan dicatat:
Utang pengamanat xxx
Kas xxx
Saldo rekening “barang komisi” akan menunjukkan laba atau rugi dari kegiatan konsinyasi. Pada
akhir periode saldo tersebut ditutup ke rekening “ikhtisar laba rugi”
Contoh:
Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian konsinyasi dengan toko XYZ. Isi
perjanjian tersebut antara lain:
1.      PT ABC akan menitipkan barang kepada toko XYZ
2.      Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil penjualan
3.      Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4.      Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan.
Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi tersebut untuk bulan januari 1991
adalah:
1.      PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD ke toko XYZ. Harga pokok
barang tersebut Rp. 300.000,00 sedangkan harga jual ditentukan Rp. 500.000,00
2.      PT ABC membayar biaya angkut sebesar Rp. 500.000,00
3.      Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan membayar biaya perakitan sebesar Rp.
200.000,00
4.      Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangan secara tunai
5.      Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6.      Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu:

-          Penjualan: 100 x Rp. 500.000,00 = Rp. 50.000.000,00


-          Komisi 15% = Rp. 7.500.000,00
-          Biaya 200.000,00 + 7.700.000,00
Kas yang dikirim Rp. 42.300.000,00
Jurnal yang dibuat oleh Toko XYZ adalah:
Transaksi 1
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 2
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 3
Transaksi ini dicatat
Barang komisi Rp. 200.000,00
Kas Rp. 200.000,00
Transaksi 4
Transaksi ini dicatat:
Kas Rp. 50.000.000,00
Barang komisi Rp. 50.000.000,00
Transaksi 5
Transaksi ini dicatat:
Barang komisi Rp. 42.300.000,00
Utang pengamanat Rp. 42.300.000,00
Transaksi 6
Transaksi ini dicatat:
Utang pengamanat Rp. 42.300.000,00
Kas Rp. 42.300.000,00

2.      Metode tidak terpisah


Di dalam metode ini laba atau rugi dari kegiatan komisioner tidak dipisahkan dengan laba (rugi)
dari kegiatan yang reguler. Oleh karena itu, biaya dan pendapatan yang berhubungan dengan
kegiatan komisioner dicatat seperti halnya pendapatan dan biaya yang reguler.
Pada umumnya pencatatan yang dibuat oleh komisioner di dalam metode ini hanya mencakup 3
transaksi, yaitu:
1.      Membayar biaya angkut / perakitan
2.      Menjual barang komisi
3.      Mengirim pembayaran kepada pengamanat komisioner

Pencatatan terhadap transaksi tersebut adalah:


1.      Membayar biaya angkut / perakitan
Transaksi ini akan dicatat:
Utang pengamanat xxx
Kas xxx
2.      Menjual barang komisi
Transaksi ini akan dicatat:
Kas xxx
Penjualan xxx
3.      Mengirim pembayaran kepada pengamanat
Transaksi ini akan dicatat:
Utang pengamanat xxx
Kas xxx
Contoh:
Pada awal tahun 1991 PT ABC mengadakan perjanjian konsinyasi dengan toko XYZ. Isi
perjanjian tersebut antara lain:
1.      PT ABC akan menitipkan barang kepada toko XYZ
2.      Toko XYZ berhak atas komisi sebesar 15% dari hasil penjualan
3.      Semua biaya ditanggung oleh PT ABC
4.      Toko XYZ harus membuat pertanggungjawaban secara bulanan.
Transaksi yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi tersebut untuk bulan januari 1991
adalah:
1.      PT ABC mengirim 100 unit barang yang dalam keadaan CKD ke toko XYZ. Harga pokok
barang tersebut Rp. 300.000,00 sedangkan harga jual ditentukan Rp. 500.000,00
2.      PT ABC membayar biaya angkut sebesar Rp. 500.000,00
3.      Toko XYZ menerima kiriman barang dari PT ABC dan membayar biaya perakitan sebesar Rp.
200.000,00
4.      Toko XYZ berhasil menjual seluruh barang dagangan secara tunai
5.      Toko XYZ mengirimkan laporan hasil penjualan ke PT ABC
6.      Toko XYZ mengirimkan kas yang menjadi hak PT ABC, yaitu:
-          Penjualan: 100 x Rp. 500.000,00 = Rp. 50.000.000,00
-          Komisi 15% = Rp. 7.500.000,00
-          Biaya 200.000,00 + 7.700.000,00
Kas yang dikirim Rp. 42.300.000,00
Jurnal yang dibuat oleh Toko XYZ adalah:
Transaksi 1
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 2
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 3
Transaksi ini dicatat
Utang pengamanat Rp. 200.000,00
Kas Rp. 200.000,00
Transaksi 4
Transaksi ini dicatat:
Kas Rp. 50.000.000,00
penjualan Rp. 50.000.000,00
dan
Harga pokok penjualan Rp. 42.500.000,00
Utang pengamanat Rp. 42.500.000,00
Transaksi 5
Transaksi ini tidak dicatat
Transaksi 6
Transaksi ini dicatat:
Utang pengamanat Rp. 42.300.000,00
Kas Rp. 42.300.000,00

Anda mungkin juga menyukai