Anda di halaman 1dari 3

Nama : Heri Wijaya

NIM : L1A016007
Manajemen Sumberdaya Perairan

Riview Jurnal Ekosistem Pesisir


Marine protected areas increase resilience among coral reef
Communities

Penulis : Melin C., et al.


Nama Jurnal : Ecology Letters
Tahun terbit : 2016
Pendahuluan
Keanekaragaman hayati mulai menurun seiring berjalannya waktu diakibatkan oleh
pemanasan global. Solusinya yaitu dengan melakukan konservasi baik secara regional,
nasional, maupun internasional. Menurunnya keanekaragaman hayati seperti terumbu
karang dikarenakan kurangnya tindakan yang efektif untuk untuk melindungi gangguan
baik itu dari alam atau dari manusia itu sendiri. Great Barrier Reef (GBR) adalah
ekosistem terumbu karang terbesar di dunia yang ada di Australia. Kondisi GBR mulai
terganggu akibat badai laut tropis, pemutihan karang, predator karang dan penyakit karang
lainnya.
Marine Protected Areas (MPAs) menunjukkan bahwa mereka dapat meningkatkan
ketahanan terumbu karang dari gangguan alam seperti pemutihan karang, wabah bintang
laut yang merusak karang dan badai. Marine Protected Areas (MPAs) menganjurkan untuk
melestarikan dan mengelola keanekaragaman hayati dengan baik seperti membuat cagar
alam atau taman nasional. Selain itu MPAs mengeluarkan larangan untuk menangkap ikan
didaerah laut perlindungan terumbu karang. Hal tersebut dianggap efektif untuk
melestarikan keanekaragaman hayati dan meningkatkan biomassa ekosistem bawah laut

Metode
Great Barrier Reef (GBR) Australia terdiri dari lebih dari 2900 terumbu karang
yang membentang sepanjang 2300 km. Komunitas karang dari GBR selalu dipantau setiap
tahun antara tahun 1993 dan 2005, dan kemudian dua tahun sesudahnya dilakukan
penelitian oleh Australian Institute of Marine Science’s (AIMS) Program Pemantauan
Jangka Panjang atau Long-Term Monitoring Program (LTMP). Sebagai bagian dari
LTMP, kumpulan ikan dan bentik telah disurvei pada 46 karang di enam garis lintang
sektor (Cooktown-Lizard Island, Cairns, Townsville, Whitsunday, Swain dan Capricorn-
Bunker) membentang 150 000 km2 dari GBR. Di setiap sektor (dengan kecuali sektor
Swain dan Capricorn-Bunker) di Setidaknya dua karang diambil sampelnya di masing-
masing dari tiga posisi rak (yaitu bagian dalam, tengah dan luar). Ke 46 karang ini
termasuk 20 terumbu karang dalam MPAs, dan ada lima yang pertama kali dilindungi
setelahnya. Dalam lima terumbu yang dilindungi, dua terumbu (yaitu terumbu Langford
dan Pulau Burung) termasuk zona status perlindungan yang berbeda, dengan situs LTMP
berlokasi di MPA.

Hasil
Berdasarkan hasil penelitian komposisi komunitas ikan dan bentik di kawasan
terumbu MPAs lebih stabil dibandingkan dengan kawasan non-MPAs. Terumbu di
kawasan MPAs lebih stabil meskipun banyak ganggguan yang terjadi. Presentase
perbedaan ikan dan bentik di terumbu kawasan MPAs dan non MPAs yaitu 38% dan 25%.
Selain kerusakan fisik struktur terumbu, gangguan juga mempengaruhi ikan karang yang
bergantung pada karang untuk berlindung, habitat makanan atau rekrutmen. Perubahan
terbesar dalam bentik komposisi komunitas diamati pada terumbu non-MPA 1 tahun
setelah peristiwa pemutihan dan wabah predator terumbu dan 2 tahun setelah badai. Pada
non-MPA ini terumbu karang, perubahan terbesar dalam komposisi komunitas ikan terkait
dengan hilangnya corallivora dan karang terkait planktivores atau omnivora, dengan
peningkatan moderat pada kelimpahan beberapa spesies herbivora dan detritivora

Pembahasan
Berdasarkan hasil MPAs telah berhasil meningkatkan baik perlawanan maupun
pemulihan komposisi komunitas terumbu karang Great Barrier Reef dari berbagai macam
gangguan baik itu gangguan alami atau pun dari sikap manusia yang kurang peduli.
Tingkat pemulihan terumbu karang yang berada di kawasan MPAs dan non-MPAs serupa
meskipun tingkat gangguan lebih besar di kawasan MPAs, hal tersebut membuktikan
bahwa MPAs telah berhasil melindungi dan memulih terumbu karang yang telah rusak.
Hasilnya menunjukkan bahwa, di antara bentuk pertumbuhan karang, beberapa (misalnya
karang lunak) secara khusus rentan terhadap jenis tertentu gangguan (misalnya pemutihan
dan badai), sedangkan beberapa lainnya (mis. tabular dan bercabang Acropora spp.) secara
konsisten rentan di seluruh gangguan.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil riview dapat disimpulkan bahwa kerusakan terumbu karang
terjadi karena adanya badai, penyakit yang menyerang karang, pemutihan karang dan
wabah bintang laut yang merusak ekosistem karang. Selain itu penyebab lainnya yaitu
akibat campur tangan manusia seperti menangkap ikan di ekosistem terumbu karang
sehingga secara tidak sengaja hal tersebut dapat merusak ekosistem yang ada didalamnya
seperti ikan dan biota lainnya yang hidup di terumbu karang. Hal yang perlu dilakukan
yaitu dengan cara melestarikan dan membuat kawasan perlindungan (MPAs) terumbu
karang. Dengan begitu kelestarian biota dan terumbu karang akan lebih terjaga.

Anda mungkin juga menyukai