Anda di halaman 1dari 5

Bila Harus Memilih…

Oleh Abu Sakiinah Syahrul Fatwa bin Lukman

Dalam suatu kondisi, seorang wanita atau seorang istri, terkadang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama-sama berat, dirinya dihadapkan pada dua pilihan yang keduanya baik. Dalam kaidah
disebutkan; jika berbenturan dua kebaikan, dan tidak bisa digabung keduanya, maka pilihlah
kebaikan yang paling besar manfaatnya. Berikut ini beberapa contoh yang sering ditanyakan
seorang wanita ketika harus memilih. Wallohul Muwaffiq.

A.Antara Menuntut Ilmu Dan Menikah


Bila ada yang bertanya mana yang lebih didahulukan antara menuntut ilmu agama dan
menikah? Mari kita lihat keutamaan masing-masing;
Keutamaan menuntut ilmu sangat besar, manfaatnya berguna bagi dunia dan akherat,
diantaranya;
1.Alloh mengangkat derajat ahli ilmu
Berdasarkan firmannya:

              
Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-
Mujaadilah: 11).

2.Melaksanakan perintah Alloh


Alloh berfirman:

     


Dan katakanlah: “Ya Robbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan. (QS.Thoha: 114).

Ayat ini sangat gamblang menunjukkan keutamaan ilmu, karena Alloh tidaklah memerintahkan
Nabinya untuk meminta tambahan pada sesuatu kecuali dalam hal ilmu.1

3.Jalan menuju surga


Rasulullah bersabda:
‫ىل اْجلَن َِّة‬ِ ِ ِ ِ ‫ك طَ ِري ًقا ي لْت ِم‬
َ ‫َّل هللاُ لَهُ طَ ِريْ ًقا إ‬
َ ‫س ف ْيه عل ًْما َسه‬
ُ َ َ ْ َ َ‫َم ْن َسل‬
Barangsiapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Alloh mudahkan
jalannya menuju surga.2

Berkata Al-Hafizh Ibnu Rojab: “Sabdanya Maka Alloh akan mudahkan jalannya menuju surga
dengan Alloh mudahkan ilmu yang ia cari, Alloh akan mudahkan perjalanannya menuntut ilmu,
karena ilmu jalan yang menghantarkan ke dalam surgaNya”.3

1
Fathul Bari 1/187
2
HR.Muslim: 2699
Ini sebagian dari keutamaan menuntut ilmu, masih banyak keutamaan yang lain yang tidak bisa
kami sebutkan karena terbatasnya tempat.
Sedangkan menikah, manfaatnya juga banyak, diantaranya;
1.Menjaga keturunan
Dengan menikah, keturunan manusia akan tetap ada dan terlestarikan dalam memakmurkan
bumi.
Imam asy-Syathibi berkata: “Pernikahan itu disyariatkan untuk melestarikan keturunan sebagai
tujuan yang nomor satu”.4
Adapun melestarikan keturunan lewat cara yang tidak syar’I akan membawa petaka yang tidak
ringan, kezholiman, nasab yang tidak jelas dan lain-lain.5

2.Membendung kekuatan biologis


Karena saat Alloh menciptakan manusia, Dia menanamkan sifat biologis untuk senang kepada
lawan jenisnya, dan hal itu tidak mungkin tercapai kecuali dengan jalan yang syar’I yaitu
menikah.

3.Menjaga kesucian diri


Berdasarkan sabda Nabi yang berbunyi;
‫ص ُن لِ ْل َف ْر ِج‬ ْ ‫ َوأ‬، ‫ص ِر‬
َ ‫َح‬
ِ ُّ َ‫ فَِإنَّه أَغ‬، ‫اب م ِن استطَاع الْباءةَ فَ لْي ت زَّوج‬
َ َ‫ض للْب‬ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ِ َ‫الشب‬ َّ ‫ش َر‬
َ ‫ََي َم ْع‬
Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian sudah mampu menikah, maka menikahlah.
Karena hal itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.6

4.Membangun keluarga yang sholihah


Karena terbentuknya keluarga yang sholih adalah asas terbentuknya masyarakat dan Negara
yang baik. Demikian pula keluarga yang jelek adalah benih hancurnya sebuah masyarakat dan
Negara. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan ikatan kekeluargaan ini agar terjalin
dengan baik diatas cinta dan kasih sayang. Alloh berfirman;

              

       


Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS.al-Hujuraat: 13).

5.Meraih Ketentraman Jiwa

3
Jami’ ‘Ulum wal Hikam 2/297
4
Al-Muwafaqot 2/396
5
Mughni al-Muhtaj 3/166, as-Syirbini, al-Mughni 6/447, Ibnu Qudamah
6
HR.Bukhari: 5065, Muslim: 1400
Kehidupan ini tidak lepas dari rasa lelah dan permasalahan. Manusia butuh istirahat dan
ketentraman dalam sebagian waktunya. Nah, pernikahan adalah solusi jitu untuk mewujudkan
hal tersebut. Alloh berfirman;

              

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. (QS.ar-Ruum: 21).7

Maka jika seorang wanita dihadapkan pilihan antara menuntut ilmu agama dan menikah, maka
hendaklah dia berusaha terlebih dahulu untuk menggabungkannya. Jika tidak bisa, maka
lihatlah kondisi dirinya, apakah keinginan menikah sudah amat kuat yang bisa membuat gagal
fokus jika belajar? Jika ya, maka segeralah menikah, setelah itu barulah belajar. Jika keinginan
menikah tidak terlalu kuat, bahkan belum terfikirkan menikah, maka menuntut ilmu agamalah
setinggi langit, karena keadaan belum punya anak dan belum sibuk akan memudahkan langkah
dalam belajar. Allohu A’lam.

B.Antara Taat Suami Atau Orangtua


Ibaratnya buah simalakama, seorang istri terkadang harus berhadapan antara taat kepada
ortunya sendiri atau kepada suaminya tercinta, dua pilihan yang sama-sama berat. Orangtua
yang telah melahirkan kita, membesarkan kita, sementara suami, dia adalah surga dan neraka
bagi istri. Bagaimana menentukan pilihan yang tepat jika seorang istri harus memilih antara taat
ortu atau suaminya?
Tidak kita ragukan, bahwa mendahulukan ketaatan kepada suami lebih besar kebaikannya, hal
itu tiada lain karena agungnya hak suami.
Imam Ahmad berkata tentang wanita yang memiliki suami dan seorang ibu yang sedang sakit:
“Ketaatan kepada suaminya lebih wajib atas dirinya daripada mengurusi ibunya, kecuali jika
suaminya mengizinkannya”.8

Di dalam kitab al-Inshaf (8/362) disebutkan, "Seorang wanita tidak boleh mentaati kedua orang
tuanya untuk berpisah dengan suaminya, tidak pula mengunjunginya dan semisalnya. Bahkan
ketaatan kepada suaminya lebih wajib".

C.Antara Taat Suami Atau Pergi Mengaji


Perkara ini sangat penting diperhatikan oleh wanita muslimah. Seorang istri, hendaknya ketika
ingin belajar dan keluar mencari ilmu untuk izin terlebih dahulu kepada suaminya. Taat
terhadap perintahnya dan tidak membangkang.
Alloh berfirman:

        

7
Az-Zawaj al-Urfi, hal.24-27 Prof.Dr Ahmad bin Yusuf ad-Daryusy
8
Syarh Muntaha al-Iradat 3/47
Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). (QS.an-Nisaa: 34).

Sufyan ats-Tsauri mengatakan: “Makna Qonitaat ialah yang taat kepada Alloh dan suaminya”.9

Nabi pernah ditanya tentang wanita yang paling baik, beliau menjawab:
‫س ُّر إِ َذا نَظََر َو ََتْ َفظُهُ ِ ِْف نَ ْف ِس َها َوَمالِ ِه‬ ِ ِ َِّ‫ال‬
ُ َ‫ِت تُط ْي ُع إذَا أ ََم َر َوت‬
ْ
Yaitu wanita yang taat apabila diperintah, menyenangkan ketika dilihat dan bisa menjaga diri
dan harta suaminya.10

Nah, apabila suami sudah mapan dalam ilmu dan mampu mengajari isteri, maka cukuplah
belajar dengannya. Namun apabila suami sibuk, atau tidak mempunyai ilmu dalam mengajar,
maka hendaklah suami bersikap lunak dengan memperkenankan sang istri keluar menuntut
ilmu dan belajar kepada ahli ilmu.

D.Antara bekerja atau menjadi ibu rumah tangga


Pada asalnya, mencari rizki dan menafkahi keluarga adalah kewajiban laki-laki atau suami.
Suami adalah kepala rumah tangga bagi istri dan anak-anaknya. Kebutuhan hidup mereka
menjadi tanggung jawab penuh seorang suami. Kewajiban ini telah ditetapkan dalam Islam
berdasarkan dalil dari al-Qur’an dan hadits. Diantaranya:
Allah berfirman:

                    

       


Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS.at-Thalaq: 7).

Berdasarkan ayat ini, menafkahi keluarga diwajibkan bagi suami sesuai kemampuan dan
keluasannya. Nafkah orang yang susah lebih sedikit dari nafkah orang yang mampu.11

Maka bila suami sudah mencukupi kebutuhan hidup rumah tangga, seorang istri tidak perlu
sibuk bekerja di luar rumah, hanya untuk melampiaskan nafsu dunia, atau niatnya ingin punya
uang sendiri yang berakibat terbengkalainya urusan rumah tangganya. Sadarilah hal ini wahai
wanita muslimah. Wanita kodratnya adalah tinggal di dalam rumah. Alloh berfirman:

9
Tafsir at-Thobari 5/38. Imam al-Qurthubi berkata: “Semua ini adalah khobar. Maksud yang terkandung adalah
perintah untuk taat kepada suami dengan memenuhi hak-haknya”. (Tafsir al-Qurthubi 5/162).
10
HR.Ahmad 4/341, Nasai dalam al-Mujtaba 6/68. Lihat Shahih al-Jami’: 3299
11
Ahkam al-Qur’an 5/361 oleh Imam al-Jasshos
        
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS.al-Ahzab: 33).

Namun, jika kondisi ekonomi sulit, suami penghasilannya minim tidak cukup untuk keluarga,
maka anda dibolehkan bekerja di luar rumah sekedarnya saja. Kondisi ini sebenarnya terpaksa
tidak diinginkan oleh seorang wanita muslimah dengan tetap memperhatikan adab dan etika
wanita jika bekerja di luar rumah. Allohu A’lam.

Anda mungkin juga menyukai