Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya orang-orang Arab pada zaman jahiliah


telah mengenal ibadah haji dan umroh. Ibadah ini mereka warisi
dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan di
sana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih
tetap ada, seperti thawaf, dan melontar jumrah. Hanya saja
pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat
yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-
segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah
sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang
diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.

Sebenarnya antara umroh dan haji itu hampir sama, namun ada
sedikit hal yang membedakan antara keduanya. Mengapa
demikian? oleh karena itu kami akan menjelaskan bagaimana
pengertian dari umroh, syarat-syarat, dan rukun-rukun yang
berkenaan dengan pelaksanaan ibadah umroh.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian Umroh?

2. Bagaimanakah dalil tentang disyariatkannya Umroh?

3. Bagaimanakah hukumnya melaksanakan Umroh?

4. Apa saja syarat-syarat untuk orang yang melakukan Umroh?

5. Apa saja rukun-rukun yang harus dilakukan ketika Umroh?

6. Apa saja keutamaan melaksanakan umroh?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Umroh.

2. Untuk mengetahui dalil tentang disyariatkannya Umroh.

3. Untuk mengetahui Bagaimana hukumnya melaksanakan


Umroh.

4. Untuk mengetahui Apa saja syarat-syarat untuk orang yang


melakukan Umroh.

5. Untuk mengetahui Apa saja rukun-rukun yang harus


dilakukan ketika Umroh.

6. Untuk mengetahui apa saja keutamaan melaksanakan Umroh

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Umroh

Umroh secara bahasa berasal dari kata i’timar yang


berarti ‘ziarah’ atau ‘berkunjung’. Umroh di sini adalah
menziarahi Ka’bah, thawaf di sekelilingnya, sa’i antara Shafa dan
Marwah, serta bercukur atau bergunting rambut. Atau dengan
kata lain datang ke Baitullah untuk melaksanakan umroh dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan. Umrah secara etimologis
adalah ziarah dalam pengertian yang bersifat umum. Sedangkan
secara terminologis adalah berziarah ke Baitullah dalam
pengertian khusus.

Umrah adalah mengunjungi ka’bah dengan serangkaian ibadah


khusus di sekitarnya. Pelaksanaan umrah tidak terikat dengan
miqat zamani dengan arti ia dilakukan kapan saja, termasuk
pada musim haji. Perbedaannya dengan haji ialah bahwa
padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah,
melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia
merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana,
sehingga sering umrah itu disebut dengan haji kecil.

Umrah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Umrah yang terpisah dari haji (mufradah). Waktunya


sepanjang tahun, menurut kesepakatan semua ulama mazhab.

3
Namun waktu yang paling utama menurut Imamiyah adalah
bulan Rajab. Sedangkan menurutt yang lain adalah bulan
Ramadhan.

2. Umrah yang terpadu atau bersama haji (tamattu’).


Orang yang beribadah (haji) harus melakukan umrah terlebih
dahulu, kemudian melakukan amalan-amalan haji pada satu kali
perjalanan, sebagaimana yang dilakukan oleh para jamaah haji
yang datang dari berbagai negara yang jauh dari Mekah al-
Mukarramah. Waktunya adalah pada bulan-bulan haji, yaitu
Syawal, Zhulqa’dah dan Dzulhijjah, menurut kesepakatan
mazhab. Namun mereka berbeda pendapat tentang bulan
Dzulhijjah, apakah satu bulan penuh termasuk haji, atau
sepertiga pertama? Menurut orang yang mengatakan bahwa
umrah itu wajib, gugurlah kewajiban itu bila telah melakukan
umrah yang bersama atau terpadu denagn haji.

Sayyid Al-Khui membedakan antara umrah mufradah (berpisah


dari haji) dengan umrah tamattu’ (bersama haji) dengan
beberapa hal di bawah ini:

1. Waktu umrah tamattu’ dimulai dari awal bulan Syawal


sampai pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah. Sedangkan waktu
umrah mufradahadalah sepanjang tahun.

2. Orang yang melakukan umrah tamattu’ hanya


diperbolehkan memendekkan rambutnya saja. Sedengkan orang
yang melakukan umrah mufradah boleh memilih antara
memendekkan atau mencukur rambutnya.

3. Umrah tamattu’ dan haji terjadi dalam satu tahun, tetapi


kalau umrahmufradah tidak.

Dalam buku Al-Din wa Al-Haj ‘ala al-Madzahib Al-Arba’ah karya


Al-kararah dijelaskan bahwa Maliki dan Syafi’i mengatakan:
orang yang melakukan umrah mufradah dihalalkan melakukan

4
apa saja, sampai bergaul dengan istrinya kalau dia telah
bercukur atau memendekkan rambutnya, baik telah membayar
(memberikan) kurban atau belum.

Hambali dan Hanafi: Orang yang melakukan umrah dihalalkan


bercukur atau memendekkan rambut kalau belum memberikan
kurban. Kalau tidak, dia tetap berada dalam keadaan ihram
sampai ber-tahallul dari haji dan umrah secara bersamaan pada
hari nahr (hari kurban)

Dengan demikian, dalam definisi ibadah umroh ada 5


unsur penting. Yaitu berpergian, baitullah,rukun umroh
(serangkaian ibadah umroh), dan syarat umroh serta keutamaan
umroh.

B. Dalil Disyariatkannya Umroh

Di dalam Al-Qur’an telah diterangkan mengenai ibadah


umroh yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 196 yang berbunyi:

ۚ ‫ِللَّ ِه وَ ا ْلعُمْ رَ َة ا ْل َحجَّ وَ َأ ِتمُّوا‬

Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena


Allah.”

Selain dalil yang bersumber dari Al-Qur’an, ada juga dalil


dari Al-Hadits yang menerangkan tentang ibadah umroh. Di
antara hadits-hadits tersebut adalah:

Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda,

5
)‫ (رواهابنماجه‬C‫ة‬
ً ‫ج‬ ِ ُ ‫ضانَتَعْدِل‬
َّ ‫ح‬ َ ‫م‬
َ ‫ىر‬
َ ِ‫م َرةٌف‬
ْ ُ‫ع‬

Artinya: “Umrah di bulan Ramadhan sama dengan satu kali haji.”

Dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda,

‫العمرةإلىالعمرةكفارةلمابينهماوالحجالمبرورليسلهجزاءإالالجنة (رواه (البخاري‬

Artinya: “Antara umroh yang satu dan yang selanjutnya itu


menjadi pelebur dosa antara kedua umroh tersebut. Sedangkan
haji yang mabrur tidak ada ganjarannya yang pantas kecuali
surga.”

C. Hukum Umroh

Ada dua pendapat hukum mengenai ibadah umroh.


Sebagian ulama menyimpulkan hukum mengerjakan umroh
adalah fardhu, tetapi sebagian lain mengatakan sunnah
mu’akkadah.

Menurut golongan Syafi’i dan Imam Ahmad, ibadah


umroh adalah fardhu. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala
pada surat al-Baqarah ayat 196, “Dan sempurnakanlah haji dan
umroh karena Allah.” Umroh pada ayat tersebut dirangkaikan
kepada haji, sedang ia wajib sehingga umrah menjadi wajib pula.

Adapun menurut golongan Hanafi dan Imam Malik


berpendapat bahwa ibadah umroh itu adalah sunnah. Hal ini
berdasar pada sebuah hadits Jabir r.a., “Nabi saw. ditanya
mengenai umroh, apakah ia wajib? Sabda beliau, ‘Tidak. Akan
tetapi, jika kamu berumroh maka hal itu lebih utama!’ ”

Pendapat kedua ini lebih kuat. Penulis kitab Fat-hul Allam


berkata “Mengenai masalah ini ada beberapa hadits yang tidak
dapat dipakai sebagai alasan.” Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi

6
dari Syafi’i bahwa ia pernah mengatakan “Tidak ada keterangan
yang sahih mengenai umroh. Maka hukumnya adalah sunnah.

D. Syarat Umroh

Syarat-syarat untuk melakukan umroh pada dasarnya


sama dengan ibadah haji. Di antaranya syarat-syarat tersebut
adalah:

1. Beragama Islam

Beragama islam merupakan syarat mutlak yang pertama


dalam kegiatan ibadah umroh. Orang nonmuslim tidak akan sah
dalam melaksanakan haji atau umrah. Jika dia berkunjung ke
tanah suci bahkan mengikuti ibadah haji atau umrah seperti
thawaf dan sa'i maka perjalanan haji atau umrahnya hanya
sebatas melancong atau berwisata saja.

2. Baligh

Anak kecil tidak diwajibkan berhaji atau pun umroh, baik


yang sudah mumayyiz maupun yang belum. Kalau sebelum
mumayyiz ia naik haji atau umroh maka sah, tetapi pelaksanaan
haji atau umroh yang sebelum mumayyiz itu merupakan sunnah
dan kewajiban melaksanakan haji atau pun umroh tidak gugur.
Setelah baligh dan bisa atau mampu, ia wajib melaksanakan haji
atau pun umroh lagi, menurut kesepakatan ulama mazhab.

3. Berakal Sehat

Orang gila sebenarnya tidak mempunyai beban atau


bukan seorang mukallaf. Kalau dia naik haji atau umroh dan
dapat melaksanakan kewajiban yang dilakukan oleh orang yang
berakal, maka haji atau umrohnya itu tidak diberi pahala dari
kewajiban ittu, sekalipun pada waktu itu akal sehatnya sedang
datang kepadanya. Tapi kalau gilanya itu musiman dan bisa
sadar (sembuh) sekitar pelaksanaan haji atau umroh, sampai

7
melaksanakan kewajiban dan syarat-syaratnya dengan
sempurna, maka dia wajib melaksanakannya. Tapi kalau
diperkirakan waktu sadarnya itu tidak cukup untuk
melaksanakan semua kegiatan-kegiatan haji atau umroh, maka
kewajiban itu gugur.

4. Merdeka

Maksud dari merdeka ini adalah tidak berstatus sebagai


budak (hamba sahaya di masa Rasulullah Saw yang di masa
modern ini hampir tidak ditemukan di dunia). Istilah merdeka
juga bisa diartikan bebas dari tanggungan hutang dan
tanggungan nafkah keluarga yang ditinggalkan.

5. Mampu

Para ulama mazhab sepakat menetapkan bisa atau


mampu itu merupakan syarat kewajiban haji maupun umroh,
berdasarkan firman Allah SWT dari surat Ali ‘Imron ayat 97 yang
berbunyi:

َ‫فِي ِهآيَاتٌبَيِّنَاتٌ َّمقَا ُمإ ِ ْب َرا ِهي ۖ َم َو َمن َد َخلَهُ َكانَآ ِمنً ۗا َولِلَّ ِه َعلَىالنَّا ِس ِحجُّ ْالبَ ْيتِ َمنِا ْستَطَا َعإِلَ ْي ِه َسبِياًل ۚ َو َمن َكفَ َرفَإِنَّاللَّهَ َغنِيٌّ َعنِ ْال َعالَ ِمين‬

Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di


antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”

8
E. Rukun Umroh

Rukun dalam ibadah umroh di bagi menjadi empat bagian


yang mana tidak sah suatu ibadah umroh jika tidak mengerjakan
rukun-rukun tersebut, rukun umroh antara lain :

1. Ihram

Bagi orang yang hendak beribadah umroh, maka ia wajib


melakukan ihram krena hal tersebut bagian dari rukun umroh.
Dalam ihram ada tiga hal yang wajib dilakukan yaitu:

a. Niat

Tidak ada perbuatan yang dilakukan dengan sadar tanpa


adanya niat. Niat sebagai motivasi dari perbuatan, dan niat
merupakan hakikat dari perbuatan tersebut. Dengan kata lain
jika berihram dalam keadaan lupa atau main-main tanpa niat
maka ihramnya batal.

b. Talbiyah

Lafadz talbiyah yaitu:

“labbaikallahumma labbaika, labbaikala syarika laka labbaika,


innal hamda wan ni`mata laka wal mulka la syarika laka”.

c. Memakai pakaian ihram

Para ulama mazhab sepakat bahwa lelaki yang ihram tidak


boleh memakai pakaian yang terjahit, dan tidak pula kain sarung,
juga tidak boleh memakai baju dan celana, dan tidak boleh pula
yang menutupi kepala dan wajahnya.

Kalau perempuan harus memakai penutup kepalanya, dan


membuka wajahnya kecuali kalau takut dilihat lelaki dengan

9
ragu-ragu. Perempuan tidak boleh memakai sarung tangan,
tetapi boleh memakai sutera dan sepatu.

Hal-hal yang disunahkan ketika sebelum atau hendak ihram


adalah:

a. Membersihkan badan.
b. Memotong kuku.
c. Melakukan shalat ihram.
d. Melebatkan rambut.
e. Memakai wangi-wangian.
Adapun hal-hal yang dilarang atau tidak boleh dikerjakan
ketika ihram di antaranya adalah:

a. Berhubungan intim/bersetubuh
b. Memotong kuku
c. Memotong rambut
d. Menebang pohon
e. Memakai pakaian berjahit
f. Berbuat kefasikan dan bertengkar
g. Memburu binatang

2. Thawaf

Thawaf merupakan salah satu dari rukun umrah yang


wajib di laksanakan, adapun mengenai pembagiannya, ulama
membagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Thawaf qudum

10
Tawaf ini dilakukan oleh orang-orang yang jauh(bukan orang
mekkah dan sekitarnya) ketika memasuki mekkah.tawaf ini
menyerupai sholat dua rakaat tahiyatul masjid. Tawaf ini
hukumnya sunnah, dan yang meninggalkannya tidak dikenakan
apa-apa.

b. Thawaf ifadhah

Tawaf ini dilakukan oleh orang yang haji (bukan orang yang
umrah) setelah melaksanakan manasik di mina, dinamakan
tawaf ziarah karena meninggalkan mina dan menziarahi
baitullah. Tapi juga dinamakan tawaf ifadhah karenaia telah
kembali dari mina ke mekkah.

c. Thawaf wada’

Tawaf ini merupakan perbuatan yang terakhir yang dilakukan


oleh orang yang haji ketika hendak melakukan perjalanan
meninggalkan mekkah.

3. Sa’i

Ulama sepakat bahwa sa`i dilakukan setelah thawaf.


Orang yang melakukan sa`i sebelum towaf maka ia harus
mengulangi lagi (ia harus berthawaf kemudian melakukan sa`i).

Terdapat hal-hal yang disunnahkan bagi orang yang


sedang melakukan sa`i diantaranya :

. Disunnahkan berdo`a diatas kedua bukit Safa dan Marwah


sekehendak hatinya, baik masalah agama maupun dalam
masalah dunia sambil menghadap ke baitullah.

b. Melambaikan tangan ke hajar aswad

c. Minum air zam-zam

11
d. Menuangkan sebagian air ke tubu

Barang siapa yang tidak mampu melakukan sa`i walau


dengan mengendarai kendaraan, maka hendaklah meminta
orang untuk mewakilinya, dan hajinya tetap sah. Boleh menoleh
ke kanan, ke kiri, ke belakang ketika pergi dan pulang (kembali).
Orang yang menambah lebih tujuh kali dengan sengaja, maka
sa`i-nya dianggap batal, tetapi tidak batal kalau lupa. Apabila
ragu-ragu dalam jumlah maka sa`inya tetap dianggap sah, dan
tidak diwajibkan sesuatu apa-apa baginya.

Kalau ia ragu apakah ia memulai dari shafa, yang berarti


sa`i-nya sah, atau mulai dari yang lainyang menjadikan sa`i-nya
batal, maka hal ini perlu diperhatikan: kalau orang yang ragu
tersebut dalam hal jumlah dan bilangan, tidak mengetahui
berapa kali ia melakukannya maka-sa`inya batal. Tapi kalau ia
benar-benar mengetahui berapa kali ia telah berjalan dan hanya
ragu darimana ia memulai, maka kalau jumlah yang
dilakukannya itu genap apakah dua kali, empat kali, atau enam
kali dan ia sedang berada di shafa atau sedang menghadap ke
shafa, maka sa`i-nya sahkarena ia mengetahui bahwa ia telah
memulai dari shafa.

4. Tahalul

Menurut pendapat imamiyah kalau orang yang


melakukan umroh tamattu` telah selesai bersa`i, ia harus
menggunting rambutnya, namun tidak boleh mencukurnya. Bila
ia telah memotongnya, maka apa yang diharamkan baginya
telah menjadi halal. Tapi kalau telah mencukurnya, maka ia
harus membayar kifarah berupa seekor kambing. Tapi kalau
berumroh mufrodah, maka ia boleh memilih antara menggunting
atau mencukur, baik ia mengeluarkan kurban atau tidak.

12
Tetapi kalau meninggalkan menggunting rambut itu
dengan sengaja sedangkan ia bertujuan untuk melakukan haji
tamattu` dan berihranm sebelum menggunting rambut, maka
umrahnya batal. Ia wajib melakukan haji ifrad. Maksudnya
melakukan amalan-amalan haji, kemudian melakukan umrah
mufradah setelah amalan-amalan haji itu. Dan lebih utama
adalah mengulangi haji lagi pada tahun yang akan datang.

F. Waktu Pelaksanaan Umroh

Jumhur ulama berpendapat bahwa waktu umroh dalam


setahun itu adalah sepanjang hari. Jadi, dapat dilakukan pada
salah satu di antara hari-hari tersebut.

Di pihak lain, Abu Hanifah menganggapnya makruh pada


lima hari. Hari tersebut adalah hari Arafah, hari Nahar, dan hari-
hari Tasyriq yang tiga. Sedangkan, menurut Abu Yusuf makruh
melakukannya pada hari Arafah dan tiga hari setelah itu. Mereka
semua sepakat boleh melakukannya pada bulan-bulan haji.

Adapun waktu yang lebih utama mengerjakan umroh adalah


pada bulan Ramadhan. Hal ini berdasarkan keterangan hadits
dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda,

)‫ضانَتَ ْع ِدلُ ِح َّجةً (رواهابنماجه‬


َ ‫ُع ْم َرةٌفِى َر َم‬

Artinya: “Umrah di bulan Ramadhan sama dengan satu kali haji.”


(H.R Ibnu Majah)[11]

G. Keutamaan Ibadah Umroh

Setelah memahami dan membaca pengertian umroh,


pembahasan selanjutnya adalah tentang keutamaannya,

13
terdapat beberapa hadits sahih yang menjelaskan dan
menyebutkan tentang keutamaan dan pahala umrah, yang
menjadikan banyak orang yang mampu secara materi, fisik, dan
keilmuan berusaha menyegerakan untuk menunaikannya.

Bahkan ada juga bagi kalangan biasa biasa saja yang


pendapatannya tidak cukup dan memungkinkan untuk pergi
menunaikan umroh, sampai berusaha sekuat tenaga dalam
berikhtiar dan berdoa demi mendapatkan keutamaan pahala
yang mulia ibadah umroh, yakni berupa:

Pengampunan Dosa. Sebagaimna disebutkan dalam sebuah


hadis seperti bawah ini:

Dari Abu Hurairoh RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:


“Ibadah umrah sampai umrah berikutnya sebagai kafarat untuk
dosa di antara keduanya dan haji yang mabrur tidak ada
balasannya kecuali surga”. (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis yang lain disebutkan juga bahwa jamaah haji dan
umroh merupakan tamu Allah yang setiap doa doanya akan
dikabulkan.

Dari Abu Hurairah RA berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Para


jamaah haji dan umrah merupakan delegasi Allah. Jika mereka
berdo’a kepada-Nya, Allah akan mengabulkannya. Dan jika
mereka meminta ampun, maka Allah akan mengampuni-nya”.
(HR An-Nasaiy dan Ibnu Majah)

Bagi kaum wanita juga mendapatkan keutamaan pahala selain


pengampunan dari dosa dosa, dikabulkannya doa-doa yang
dipanjatkan, bahkan melaksanakan berumroh dan berhaji bagi
wanita laksana melakukan tugas jihad sebagaimna kaum laki-laki
yang berjhad di medan peperangan.

14
Rasulullah SAW bersabda: "Jihadnya orang yang sudah tua,
anak-anak, orang yang lemah dan wanita, adalah haji dan
umrah“. (HR An-Nasaiy)

BAB III

PENUTUP

15
A. Kesimpulan

Dari pembahasan rumusan masalah di atas, maka penulis


membuat simpulan sebagai berikut:

1. Umroh adalah berpergian menuju ke baitullah untuk


melaksanakan serangkaian ibadah umroh, yakni tawaf dan sa’i.
Atau dengan kata lain datang ke baitullah untuk melaksanakan
umroh dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.

2. Dalil tentang disyariatkannya umroh adalah:

“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.”

3. Hukum mengenai disyariatkannya umroh ada dua pendapat,


yaitu ada sebagian ulama yang menghukuminya dengan sunnah
mu’akkad dan sebagian ulama yang lain mewajibkannya.

4. Syarat-syarat umroh di antaranya adalah Islam, baligh,


berakal sehat, merdeka, istitha'ah (mampu).

5. Rukun-rukun umroh di antaranya adalah ihram, tawaf, sa`i,


tahallul.

DAFTAR PUSTAKA

16
Abdul Hamid. K. H., dan Beni Ahmad Saebani. 2015. Fiqh Ibadah.
Bandung: CV Pustaka Setia.

Abror,Khoirul.2015.Fiqh Ibadah.Bandar Lampung: Fakultas


Syariah IAIN Raden Intan

Burhanudin. H, Fiqh Ibadah. 2001. Jakarta: Pustaka Setia.

Jamaluddin Syakir. Kuliah Fiqh Ibadah. 2010. Yogyakarta: LPPI


UMY.

17
PERTANYAAN

1. Nama penanya : Nurul Indah P

Kelompok : 10

Apa perbedaan haji dan umroh secara garis besar?

Jawaban pertanyaan oleh : Brigita Meriana

Perbedaan haji dan umroh yaitu jika rangkaian ibadah haji


harus mengunjungi Arafah, Muzdalifah, dan Mina sementara
rangkaian ibadah umroh hanya dilakukan di sekitaran masjid Al-
Haram dan Ka’bah saja.

2. Nama penanya : Risa Amalia

Kelompok : 7

Bagaimana hukumnya jika seseorang memiliki cukup dana


untuk melaksanakan haji tetapi hanya melakukan umroh?

Jawaban pertanyaan oleh : Syaiwa Autcia

Hukumnya boleh saja karena haji dan umroh merupakan


ibadah yang sama-sama fardhu untuk dilaksanakan jika mampu.
Yang tidak boleh yaitu jika kita memiliki cukup dana atau sudah
mampu untuk ibadah haji atau umroh tetapi tidak menggunakan
uang atau kemampuan tersebut untuk haji atau umroh.

3. Nama penanya : Novitha Maharani

Kelompok : 7

Apa perbedaan nafar awal dan nafartsani?

Jawaban pertanyaan oleh : Mela Aprilia

Perbedaan nafar awal dan nafartsani terletak pada lamanya


melontar jumrah dan mabit di Mina. Untuk nafar awal, jemaah
hanya melontar jumrah pada tanggal 10,11, dan 12 Dzulhijjah,
sementara nafartsani pada 10,11,12, dan 13 Dzilhijjah.

18

Anda mungkin juga menyukai