Anda di halaman 1dari 2

Saya akan me review sebuah artikel yang berjudul “the virus, the economy, the markets and

the press”.
Berdasarkan artikel tersebut saya dapat memetik sebuah informasi bahwa wabah virus
Corona Wuhan -yang baru-baru ini mendapatkan nama baru COVID-19- merupakan momok
yang sedang membayangi dunia. Hampir 90 persen kasus terjadi di Wuhan, ibukota provinsi
Hubei, sedangkan sisanya tersebar di kawasan lain di China dan mancanegara.
Dampak virus Corona bukan hanya dalam bidang kesehatan dan keseharian masyarakat saja.
Efeknya diperkirakan juga akan menghantam perekonomian China dan banyak negara lain.
Dampak yg paling terasa akibat virus ini adalah terhadap perekonomian China. Tak dapat
dipungkiri, China merupakan negara yang terpukul paling parah oleh wabah virus Corona.
Hingga saat ini, beberapa kota di China masih diisolasi. Karantina dan larangan bepergian
terus diberlakukan. Sejumlah pabrik belum beroperasi normal hingga sekarang. Operasional
perusahaan ritel juga dibatasi, kecuali layanan delivery. Hal ini berpotensi mengakibatkan
gangguan terhadap rantai pasokan (supply chain) berbagai perusahaan multinasional.
Kemudian virus corona inipun memiliki dampak yg besar terhadap perekonomian global.
Imbas lintas batas dari dampak wabah virus Corona terhadap perekonomian China, akan
merembet dari beberapa sektor ini:
1.rantai pasokan dalam produksi elektronika dan otomotif,
2.pasar komoditi, khususnya bijih besi dan minyak mentah. Karena pertumbuhan ekonomi
China yang pesat merupakan sumber utama bijih besi dan minyak mentah.
3.investasi bisnis 4. dan pariwisata.
Virus corona ini pun berdampak terhadap mata uang dan komoditi.
Melihat luasnya jangkauan dampak dari wabah virus Corona, sentimen risk-off langsung
melejit di pasar keuangan global. Bursa saham banjir tinta merah, pasar komoditi melempem,
dan beragam mata uang mengalami pergolakan.
Dalam situasi seperti ini, pelaku pasar lebih tertarik untuk berinvestasi pada aset-aset
berlikuiditas tinggi. Sebaliknya, aset-aset berisiko lebih tinggi dan memiliki keterbatasan
likuiditas cenderung dihindari.
Sejak wabah SARS pada tahun 2002/2003, kontribusi China telah meningkat 300 persen
hingga 17 persen dari total ekonomi global. Faktor ini memperbesar skala dampak wabah.
Menurut para ahli, dampak global wabah virus Corona bisa tiga kali lipat lebih besar
dibanding dampak yg ditimbulkan oleh SARS. Walaupun virus ini kurang mematikan
daripada SARS tetapi menyebar lebih mudah.
Namun, satu hal yang perlu ditekankan. Bahwa kasus ini bukan kasus kepanikan yg
diciptakan oleh pers. Berita-berita utama yg telah tersebar adalah tindakan yg dilakukan oleh
pihak-pihak berwenang, yaitu seluruh provinsi telah ditutup di tiongkok, demikian pula kota
kota di italia, seluruh penerbangan telah dibatalkan, acara olahraga telah ditunda, pabrik dan
sekolahpun ditutup. Padahal semua acara itu layak mendapat liputan terkemuka. Tetapi
nyatanya semua itu terhindar dari liputan pers. Yg dimana pers beroperasi dibawah
pembatasan ketat oleh pihak china. Tapi itu adalah tindakan resmi yg telah dipandu oleh
saran medis untuk mencegah penyebaran virus sehingga akan mengurangi kerusakan jangka
panjang.

Anda mungkin juga menyukai