Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

INTOKSIKASI OBAT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

AHMAD RUDIYANTO
IFA FAZIRA
MOH IKHZAN MAHENDRA
NURUL HUDA
SITI ISMAWATI LABANI
WINNY DESTRIA PUTIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
TAHUN
2020
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan nikmatnya. Sehingga, laporan ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi
B. Anatomi Fisiologi
C. Etiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Patofisiologi
F. Pathway
G. Komplikasi
H. Pencegahan
I. Penatalaksanaan
J. Pemeriksaan Penunjang
K. Asuhan Keperawatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk
digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Meskipun obat dapat menyembuhkan
penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh
sebab itu, obat juga bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat
itu dikatakan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat disalahgunakan dalam
pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan
bila dosisnya berkurang tidak menimbulkan efek (Anief, 1991).
Keracunan obat dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa fungsi organ.
Kerusakan yang umum terjadi pada ginjal (nefrotoksisitas), pada neurotoksisitas, pada
hati (hepatotoksisitas), imunotoksisitas, dan pada jantung (kardiotoksisitas) (Dian,
2010). Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat dikonsumsi
secara bersamaan. Interaksi obat dan efek samping obat perlu diperhatikan. Sebuah
studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus
masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama daripada seharusnya,
bahkan terjadi kasus kematian karena interaksi dan efek samping obat (Richard,
1989).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam laporan ini yaitu :
1. Bagaimana Konsep Teori pada kasus Intoksikasi obat?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan Teori pada kasus Intoksikasi obat?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dalam penulisan laporan ini
yaitu :
1. Mengetahui Konsep Teori pada kasus Intoksikasi obat
2. Mengetahui Asuhan Keperawatan Teori pada kasus Intoksikasi obat
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam
ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada
jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat
memasuki jaringan hidup melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup,
disuntikkan, dan terserap melalui kulit (Merriam-Webster, 2014).
Keracunan adalah reaksi dalam tubuh yang apabila kemasukan suatau
bahan yang bersifat toksik dan membahayakan tubuh, bahan – bahan tersebut dapat
masuk melalui mulut, hidung, kulit atau mata. (Priharjo, Robert.2007)
Keracunan obat adalah reaksi tubuh yang muncul secara negatif akibat
mengkonsumsi obat atau menggunakan obat tertentu yang akan berakibat fatal jika
tidak ditangani. (Michael J. Neal.2008)
B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakanbagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Makanan dipotong-
potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar,
geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah
dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga
mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein
dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.Berasal
dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring,
dan laring
3. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe
yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang.
4. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan
phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6
tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
5. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia
b. Fundus
c. Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman
lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap
infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
6. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
7. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu
dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus
besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanann)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam
usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir
dan air, dan terjadilah diare.
C. ETIOLOGI
1. Narkoba : obat yang bermanfaat dalam dosis terapeutik bisa mematikan bila
dikonsumsi secara berlebihan.
2. Vitamin : vitamin, terutama A dan D, jika dikonsumsu dalam jumlah besar
dapat menyebabkan masalah hati dan kematian
3. Warfarin : adalah pengencer darah yang digunakan untuk mencegah pembekuan
darah. Bahan ini sering digunakan sebagai racun tikus dan dapat menyebabkan
perdarahan dan kematian jika terlalu banyak dikonsumsi.
4. Tidak tahu jumlah dosis yang diminum atau faktor lain yang tidak disengaja.
5. Efek dari kombinasi berbagai obat yang bisa menyebabkan reaksi keracunan
untuk tubuh.
6. Tubuh penderita keracunan obat mengalami efek samping yang berlebihan
sehingga efek keracunan menjadi tidak terduga. Kondisi ini seperti ini
biasanya terjadi di rumah sakit akibat pasien tidak mengetahui jika ada alergi
obat tertentu. Pemberikan obat anti alergi atau tes alergi biasanya diberikan
oleh perawat sebelum pasien mendapatkan obat tertentu.
7. Penderita keracunan obat mengalami kecelakaan yang menyebabkan obat
mengenai bagian tubuh tertentu. Kondisi ini biasanya terjadi untuk kasus
keracunan obat yang melewati hidung, mata dan kulit
8. Penderita keracunan obat bisa terkena keracunan karena dengan sengaja
minum obat tertentu dalam jumlah yang lebih banyak. Kondisi ini sering
terjadi pada orang yang depresi, mengalami masalah kesehatan jiwa, mental
yang buruk dan pecandu narkoba.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala keracunan :
1. Penurunan respon
2. Gangguan pernapasan
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Gangguan penglihatan
6. Diare
7. Lemas
8. Kejang – kejang
9. Gangguan pencernaan yang ringan, sedang, dan parah seperti mual, sakit perut,
nyeri perut bawah dan muntah.
10. Tubuh mengeluarkan keringat berlebihan.
11. Beberapa bagian kulit menjadi biru akibat kekurangan oksigen dan kematian
kerja syaraf pada kulit.
E. PATOFISIOLOGI
Makanan, minuman dan obat yang kita konsumsi dalam keseharian
bermacam-macam baik ragam maupun jenis. Makanan, minuman dan obat yang sehat
dapat dikatakan makanan yang layak untuk tubuh dan tidak menyebabkan sakit, baik
seketika maupun mendatang. Dalam menkonsumsi makanan, minuman perlu
diperhatikan tentang kebersihan, kesehatan, serta zat gizi yang terkandung di dalam
makanan tersebut, sama hal nya dengan obat kita harus memperhatikan dosis dan
sesuai dengan resep dokter. Hendaknya kita harus pandai dalam memilih makanan
dan obat yang akan dikonsumsi supaya bebas dari zat-zat yang dapat merusak tubuh
seperti toksik atau racun.
Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun,
obat-obatan yang dikonsumsi sembarangan dan tidak sesuai dosis, sampai di
lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan
diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala
mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara
memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami
dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan.
Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak
mengeluarkan keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya keringat
dingin akan merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk mempertahankan
homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi
maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan
sampai kematian.
F. PATHWAY
Makanan Bahan kimia &obat-obatan
(bakteri & non bakteri)

Saluran pencernaan saluran pernafasan

Mual, muntah & diare Pembuluh darah Korosi trakea

Gangguan saraf otonom Edema laring


Kekurangan
volume cairan Obstruksi saluran pernafasan
Kelelahan & kram

Nyeri kepala
Gangguan pergerakan Ketidakefektifan
jalan nafas
Nyeri akut
Intoleransi
aktifitas
G. KOMPLIKASI
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas (Apneu)
5. Syok
H. PENCEGAHAN
1. Selalu usahakan untuk membaca label obat pada kemasan dengan hati-
hati.Lihat berapa jumlah dosis yang disarankan dan pertimbangkan untuk
mengambil obat sesuai dengan dosis yang disarankan.
2. Hindari menggunakan obat tertentu dalam waktu jangka panjang seperti
antibiotik. Penggunaan obat jangka panjang bisa menyebabkan efek keracunan
yang berbahaya untuk tubuh.
3. Jangan menggunakan obat bebas tanpa mendapatkan resep dari dokter.
4. Hindari menyimpan obat yang sudah tidak digunakan. Jika memiliki sisa obat
maka segera hancurkan dan buang di tempat yang aman. Menyimpan obat bisa
menyebabkan keracunan karena menggunakan obat yang sudah rusak atau
obat yang sudah kadaluarsa.
5. Letakkan dan simpan semua obat-obatan darurat ditempat yang aman. Lebih
baik jika menyimpan obat di kotak obat dan kunci pintunya. Cara ini bisa
mencegah anak-anak bermain obat dan menjaga agar anak tidak terkena
keracunan obat.
6. Hindari minum obat dengan beberapa jenis minuman yang bisa menyebabkan
keracunan seperti minuman bersoda, teh, kopi, atau alkohol

7. Menerapkan 6 benar dalam megkonsumsi obat :


a. Benar obat
b. Benar pasien
c. Benar dosis
d. Benar waktu
e. Benar cara
f. Benar dokumentasi
I. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan CPR (Jika penderita tidak sadar)
Keracunan obat sering menyebabkan efek kehilangan kesadaran dan sulit untuk
bernafas. Dari saran medis jika ada kasus seperti ini maka penderita harus
mendapatkan pertolongan dengan memberikan nafas buatan atau CPR. Nafas
buatan bisa mencegah efek buruk kehilangan kesadaran seperti koma dan
kematian. Penderita keracunan obat bisa mengalami gagal nafas akibat pernafasan
yang terus melambat. Setelah itu penderita harus dibawa kerumah sakit untuk
mendapatkan perawatan yang tepat.
2. Membuat Posisi Penderita Nyaman (jika sadar)
Jika orang yang terkena keracunan obat dalam kondisi yang sadar maka buat
penderita bisa berada dalam posisi yang nyaman. Posisi yang nyaman untuk
penderita keracunan obat bisa dalam posisi duduk bersandar tegak, duduk sambil
setengah tidur dan tidur dengan posisi bantal yang tinggi. Jika masih bisa diajak
komunikasi maka cari tahu obat apa yang diminum oleh penderita. Selanjutnya
bawa ke rumah sakit dan bawa sampel obat yang menyebabkan keracunan.
3. Hindari Membuat Penderita Muntah
Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi pada kasus keracunan obat
adalah membuat penderita muntah. Kesalahan ini bisa menyebabkan dampak
yang sangat serius. Muntah pada keracunan obat harus bisa terjadi secara alami
dan bukan karena membuat penderita muntah secara sengaja
4. Jangan Memberikan Air Putih
Untuk penderita keracunan obat maka hindari memberikan air putih secara
langsung. Air putih baru bisa diminum ketika penderita sadar dan sudah bisa
minum sendiri. Memberikan air putih bisa menyebabkan kondisi yang sangat
fatal karena mendorong penyebaran racun ke semua bagian tubuh. Hal ini bisa
memicu gagalnya fungsi organ jika kondisi keracunan obat sangat parah.

5. Jangan Menekan Perut


Penderita keracunan obat biasanya akan merasa tidak nyaman pada bagian perut.
Mereka merasa sangat mual dan keinginan untuk muntah berlebihan. Jika hal ini
terjadi maka jangan pernah menekan perut penderita. Menekan perut bisa
membuat kondisi tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Jika mereka tidak bisa
muntah secara alami maka bisa membuat nafas semakin melambat, detak jantung
lebih cepat dan kehilangan kesadaran.
6. Berikan Minuman yang Netral
Meskipun penderita keracunan obat tidak bisa minum air putih, namun masih
bisa minum cairan yang netral. Salah satu jenis minuman netral yang paling
sering menolong korban keracunan obat adalah air kelapa hijau. Air kelapa
hijau sangat netral dan tidak menyebabkan efek samping apapun. Selain itu
kandungan ion positif dalam air kelapa hijau bisa membantu tubuh dalam
melawan efek racun. Cara kerjanya juga sangat cepat yaitu penderita akan
merasa mual dan kemudian bisa muntah secara alami. Efeknya kemudian
penderita bisa mengeluarkan racun dari dalam tubuh secara alami. Namun
untuk memastikan kondisi maka penderita keracunan obat tetap membutuhkan
bantuan dokter.
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lengkap (urin, gula darah, dairan
lambung, analisa gas darah, osmolalitas serum, elektrolit, kreatinin, glukosa,
transaminase hati).
2. Pemeriksaan EKG
3. Foto thorak/abdomen
4. Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu
diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah 50 %. Kadar
meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma : penting untuk
penentuan derajat keracunan barbiturate.

5. Pemeriksaan toksikologi :
Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et repertum”.
Bahan diambil dari :
a. Muntahan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml)
b. Urine sebanyak 100 ml
c. Darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.
K. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Fokus Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi hipersaliva
2) B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan
dalam
3) C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka
percernaan akan mengalami perdarahan dalam terutama lambung.
4) D (Dissability): Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran
apabila keracunan dalam dosis yang banyak.
5) E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan,
pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva
6) F (Fluid / Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan
b. Pengkajian Sekunder
1) Data Subjektif
a) Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar
di tenggorokan dan lambung.
b) Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun
yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis
yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
2) Data Objektif
a) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
b) Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
c) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan
berkeringat.
d) Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic
dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan
ketosis.
e) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
f) Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia,
hipokalsemia atau hipokalsemia
3) Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan, hiporefleksi
4) Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (pada
kasus berat), aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
5) Eliminasi
Gejala :Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising
usus menurun, kerusaka nginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuningpekat, merah, coklat
6) Makanan dan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri ulu hati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, keringat berlebih
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil
mengecil, kram otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan memori, penurunan
tingkat kesadaran (azotemia), koma, syok.
7) Nyaman/Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
8) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek, depresi napas, hipoksia
Tanda :Takipneu, dispneu, peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk
Produktif
9) Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat)
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
NOC :
Respiratory status : Ventilatot
Respiratory status : Airway patency Vital sign status
Kriteria hasil :
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
Tanda – tanda vital dalam batas normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
NIC :
1) Mengidentifikasi faktor yang memicu ketidakefektifan pola nafas dan
tindakan yang tepat untuk menghindari nya
Rasional : Ketidakefekti fan pola nafas disebabkan oleh asites yang
menekan diafragma kemudian ekspansi otot pernafasan tidak optimal
2) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
Rasional : Mengetahui kemampuan dalam bernapas, mengetahui
intervensi yang diambil untuk mengatasi adanya kecepatan dalam
benapas
3) Atur posisi pasien semi fowler untuk mengoptimalkan pernapasan
Rasional : Posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru – paru
semakin meningkat sehingga meringankan kesulitan dalam bernafas.
4) Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanik
Rasional : Menjaga kestabilan penggunaan ventilator mekanik pada
pasien

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi


jalan nafas
NOC :
Respiratory status : ventilation
Respiratory status : airway patency
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
Menujukkan jalan nafas yang paten
Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalan nafas
NIC :
1) Monitor respirasi dan status O2
Rasional : mengetahui adanya gangguan pada saluran pernafasan
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : posisi yang sesuai dapat membantu pasien untuk
memperoleh suplai O2 yang adekuat
3) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung misalnya
oksigen
Rasional : agar keluarga dan pasien dapat mengetahui cara memasang
oksigen
4) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau
peralatan pendukung
Rasional : peralatan pendukung yang sesuai dengan kondisi pasien
dapat meningkatkan kesembuhan pasien
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat)
NOC :
Pain level
Pain control
Comfort level
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunkan
teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi, dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :

1) Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan
penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri.
2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
dan penerimaan respon pasien
Rasional : dengan menggunakan komunikasi terapeutik akan
mempermudah menggali pengalaman pasien terhadap respon nyeri
3) Ajarkan teknik nonfarmakologi ditraksi atau nafas dalam
Rasional : teknik relaksasi dan distraksi dapat menurunkan nyeri dan
mengurangi kecemasan
4) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat analgetik
Rasional : pemberian obat analgetik yang tepat dapat membantu pasien
untuk beradaptasi dan mengatasi nyeri
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari
alam ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun
dapat memasuki jaringan hidup melalui beberapa cara yaitu termakan,
terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit
Dapat disebabkan oleh narkoba, vitamin, warfarinn, penurunan
respon, tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu gangguan pernapasan, nyeri
kepala, pusing, gangguan penglihatan, diare, lemas, kejang – kejang
B. SARAN
Dalam penggunaan obat, mengkonsumsi makanan, minuman
kita sebaiknya harus berhati – hati, karena bisa saja makanan, minuman dan
obat yang kita konsumsi itu menjadi racun. Jika menemukan, melihat
pasien ataupun keluarga yang keracunan segera bawa ke dokter, dan jangan
memberikan air minum.
DAFTAR PUSTAKA

Michael J. Neal. (2006). At a Glance Farmakologi Medis Edisi kelima Erlangga:


jakarta

Anda mungkin juga menyukai