Anda di halaman 1dari 13

TK-4103

EKONOMI DAN MANAJEMEN PROYEK TEKNIK


KIMIA
Semester II  2014/2015

Judul
LAPORAN UJIAN MODUL II/TAKE HOME TEST

Nama NIM
Muhammad Luthfi (13012117)

Dosen Pengajar

Dr. Tjokorde Walmiki S.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
NOVEMBER 2015
1. SOAL

1.1. Deskripsi Soal


Sebuah pabrik semen direncanakan akan dibangun dengan proyeksi keuangan sebagai berikut:

(1) Spesifikasi umum pabrik:


 Menggunakan proses kering dengan suspension preheater tipe 5-tahap
 Kapasitas produksi = 1.5 juta ton semen jadi per tahun, atau setara 1.2 juta ton clinker per
tahun
 Jumlah hari operasi dianggap 330 hari per tahun
 Bahan bakar utama menggunakan batubara
 Produk dijual dalam bentuk kemasan kantong (sak) berukuran 40 kg, dengan harga USD
2.70 per kantong

(2) Profil modal & proyek:


 Biaya investasi modal tetap, FCI = USD 325 juta
 Biaya pengadaan lahan = USD 350000
 Modal kerja (WC) = USD 21 juta
 Konstruksi pabrik dilaksanakan selama 3 tahun, dengan porsi pembelanjaan FCI sebesar
25%, 50%, dan 25% masing-masing di tahun pertama, kedua & ketiga
 Pabrik mulai beroperasi di tahun ketiga pada laju 75% kapasitas desain, dan selanjutnya
pada laju 100% kapasitas desain
 Usia proyek direncanakan 20 tahun setelah selesai konstruksi

(3) Kebutuhan bahan-bahan baku utama:

Bahan baku Kebutuhan, ton/ton semen Harga satuan, USD/ton


Batu kapur 1.182 1.30
Clay 0.279 1.65
Gipsum 0.046 1.50

Pabrik menggunakan batubara sebagai bahan bakar utama untuk kalsinasi & pembakaran
clinker semen. Pabrik dirancang untuk mengkonsumsi batubara dengan nilai kalor kotor
4200 kkal/kg (bahasa dagang: “batubara 4200 GAR”), dengan konsumsi 920 ribu kkal
per ton produk semen.

Karena fleksibilitas yang umum dipraktekkan dalam perancangan sistem pembakaran,


pabrik masih bisa bekerja pada rentang kualitas batubara 4000-4600 GAR, dengan
asumsi bahwa konsumsi energi termal batubara per satuan berat produk tidak berubah.

Berikut adalah cuplikan Harga Patokan Batubara periode September 2015, yang
diterbitkan oleh Ditjen Minerba ESDM RI:

Halaman 1
Merek batubara Heating value (GAR), Harga patokan, USD/ton
kcal/kg
BIB 4000 4000 28.94
Arutmin Ecocoal 4200 33.56
Jorong J-1 4400 36.48
IBP 4600 4600 37.55

(4) Kebutuhan utilitas:


 Kebutuhan listrik pabrik sebesar 35 MW, dibeli dari jaringan PT PLN dengan harga USD
0.08 per kWh
 Kebutuhan air sebesar 0.2 m3 per ton clinker, dibeli atas dasar retribusi dari Pemkab
sebesar USD 1.1 per m3

(5) Profil SDM & struktur overhead:


 Jumlah karyawan operator adalah 200 orang, dengan UMR lokal sebesar USD 92.6 per
bulan
 Biaya overhead pabrik, yang terdiri dari upah manajemen, tunjangan-tunjangan operator,
upah karyawan penunjang, dan biaya jasa serta bahan habis perkantoran adalah sebesar
125% dari upah kerja pokok operator yang dihitung dari UMR
 Biaya perawatan pabrik per bulan sebesar 2% dari FCI

(6) Depresiasi dan pajak:


 Usia pabrik untuk perhitungan depresiasi dianggap 15 tahun
 Pajak penghasilan perusahaan dihitung pada tingkat pajak sebesar 30%
 Nilai bekas (salvage value) pabrik dianggap 10% dari FCI

1.2. Pertanyaan

Pertanyaan-pertanyaan:

1. Perkirakan biaya operasi tahunan (USD/tahun) tanpa depresiasi sesuai desain dari pabrik
tersebut ! Jelaskan langkah-langkah perhitungan Anda, jangan hanya menuliskan persamaan-
persamaan matematik.
2. Lakukan perhitungan aliran dana diskonto kumulatif pada suku bunga 10% per tahun untuk
menentukan manakah metode perhitungan depresiasi yang lebih menguntungkan, metode
garis lurus atau saldo menurun ganda (double declining balance). Ambil tahun pada saat
pabrik selesai dikonstruksi sebagai tahun ke-0. Jelaskan langkah-langkah perhitungan Anda,
dan perkuat analisis Anda dengan grafik yang dibuat dengan komputer.
3. Lakukan analisis kelabaan berdasarkan indikator-indikator diskonto dan non-diskonto yang
telah Anda kenal. Gunakan suku bunga 10% per tahun untuk perhitungan diskonto, dan
metode depresiasi garis lurus. Susun narasi singkat yang menjelaskan analisis & kesimpulan
Anda mengenai kelayakan proyek ini.
4. Lakukan analisis sensitivitas yang menggambarkan bagaimana perubahan PBP, NPV, serta
ROI terhadap perubahan komponen-komponen biaya berikut. Jelaskan asumsi-asumsi
maupun cara perhitungan yang Anda pandang perlu dirincikan:

Halaman 2
a. perubahan kualitas batubara
b. perubahan harga listrik
c. perubahan upah kerja pokok operator ditambah overhead

1.3. Asumsi dalam Perhitungan

Asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:


1. Biaya operasi tahunan tidak termasuk depresiasi sehingga bisa disebut sebagai Cash
Operating Expense.
2. Pajak Penghasilan Perusahaan bernilai nol karena pabrik tidak menghasilkan
keuntungan melainkan mengalami kerugian.
3. Kapasitas produksi semen sebesar 75% menyebabkan Annual Sales berkurang sebesar
25% dan Cash operating expense juga berkurang sebesar 25%.
4. Bais perhitungan batubara pada nilai kalor 4200 Kkal/Kg.
5. Tahun ke nol adalah tahun ke-empat setelah kontruksi selesai.
6. Depresiasi sudah terjadi pada saat pabrik memproduksi semen sehingga pada tahun ke-
0 sudah mengalami depresiasi.
7. Lahan dibeli pada tahun pertama konstruksi dimulai
8. Pada pertanyaan 4.C. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan nilai UMR pekerja.
Perubahan nilai UMR pekerja juga akan menyebabkan perubahan nilai overhead.

Halaman 3
2. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

2.1. Metode Perhitungan

2.1.1. Biaya Operasi Tahunan


Basis perhitungan untuk biaya operasi tahunan adalah 1 tahun operasi.

Langkah-langkah perhitungan biaya operasi tahunan sebagai berikut:


1. Menghitung harga penjualan per tahun.

harga penjualan=kapasitas produksi x harga produk

2. Menghitung pengeluaran langsung pabrik.


a. Menghitung pengeluaran akibat bahan baku.

bahan baku=kebutuhan ( batu kapur +Clay +Gipsum ) x Harga satuan

b. Menghitung pengeluaran bahan baku atau pendukung untuk utilitas.

Utilitas=kebuthanlistrik x harga PLN + kebutuhan air x harga Pemkab

c. Menghitung kebutuhan biaya pekerja.

Biaya pekerja= jumlah pekerja x UMR

d. Menghitung pengeluaran untuk maintenance alat

Harga maintenance= persen biaya perawatan x Biaya investasi modal

3. Menghitung pengeluaran tidak langsung (depresiasi).

Depresiasi tidak dimasukan ke dalam perhitungan biaya operasi sehingga pengeluaran


tidak langsung bernilai nol.

4. Menghitung pengeluaran total pabrik

Pengeluarantotal pabrik=total biaya pabrik langsung+ pengelurantidak langsung

5. Menghitung general overhead expense.


Halaman 4
general overhead expense=125 % dari FCI

6. Menghitung pengeluaran operasi total.

Pengeluaran operasi total= pengeluaran total pabrik+ pengeluarn general overhead

2.1.2. Aliran Dana Diskonto Kumulatif

2.1.2.1 Metode Garis Lurus


Langkah-langkah perhitungan aliran dana diskonto kumulatif metode garis lurus sebagai
berikut :

1. Hitung nilai depresiasi dengan metode garis lurus.

Fix Capital Investment−Salvage value


depresiasi=
tahun ekonomis

2. Menghitung operating income pabrik.

operating income=annual sales−cash operating expense

3. Menghitung laba kotor.

Laba kotor=operating income−depresiasi

4. Menghitung pendapatan bersih setelah pajak.

Pendapatan bersih setelah pajak=labakotor− pajak penghasilan perusahaan

5. Menghitung cash flow setelah pajak.

cash flow setelah pajak= pendapatanbersih setelah pajak+ depresiasi

6. Menghitung cumulative cash position.


a. Menghitung interest factor
interest factor=( 1+i )n ; untuk future value
interest factor=( 1+i )−n ; untuk present value

b. Menghitung nilai present worth


Halaman 5
present worth=interest factor x ¿

c. Mengkumulatifkan cash flow

Cumulative cash position = cumulative cash flow ke-(n-1) + investment/after-tax


cash flow

2.1.2.2. Metode Saldo Menurun Ganda


Langkah-langkah perhitungan aliran dana diskonto kumulatif metode saldo menurun ganda
sebagai berikut :

a) Hitung nilai depresiasi dengan metode garis lurus.

r−1
200 % 200 %
depresiasi=
tahun ekonomis (
x FCI x 1−
tahun ekonomis ) ; tahun ke−r

b) Menghitung operating income pabrik.

operating income=annual sales−cash operating expense

c) Menghitung laba kotor.

Laba kotor=operating income−depresiasi

d) Menghitung pendapatan bersih setelah pajak.

Pendapatan bersih setelah pajak =laba kotor− pajak penghasilan perusahaan

e) Menghitung cash flow setelah pajak.

cash flow setelah pajak = pendapatan bersih setelah pajak + depresiasi

f) Menghitung cumulative cash position.


a. Menghitung interest factor
n
interest factor=( 1+i ) ; untuk future value
−n
interest factor=( 1+i ) ; untuk present value

b. Menghitung nilai present worth


present worth=interest factor x ¿

Halaman 6
c. Mengkumulatifkan cash flow

Cumulative cash position = cumulative cash flow ke-(n-1) + investment/after-tax


cash flow

2.1.2.3. Analisis Indikator Kelabaan

a) Discounted Payback Period (DPBP)


DPBP adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang keluar, yaitu
berupa FCI. DPBP dapat dihitung dengan cara interpolasi linier ataupun dengan metode
grafik.
b) Net Present Value (NPV)
NPV adalah nilai aliran dana kumulatif diskonto pada akhir dari proyek. Dapat dengan
mudah dihitung dengan menggunakan cumulative cash flow position.
c) Present Value Ratio (PVR)
Present value of all positive cash flow
PVR=
Present value of all negative cash flow
d) Discounted Factor Return on Investment (IRR)
IRR adalah nilai interest rate yang menyebabkan NPV bernilai nol. Nilai IRR dapat
dihitung dengan trial and error atau dengan menggunakan fitur goal seek pada
Microsoft Exel.

2.1.3. Aliran Dana Non-Diskonto Kumulatif

Langkah-langkah perhitungan aliran dana non-diskonto kumulatif metode saldo menurun ganda
sebagai berikut :

1. Hitung nilai depresiasi dengan metode garis lurus.

Fix Capital Investment−Salvage value


depresiasi=
tahun ekonomis

2. Menghitung operating income pabrik.

operating income=annual sales−cash operating expense

3. Menghitung laba kotor.

Laba kotor=operating income−depresiasi

Halaman 7
4. Menghitung pendapatan bersih setelah pajak.

Pendapatan bersih setelah pajak =laba kotor− pajak penghasilan perusahaan

5. Menghitung cash flow setelah pajak.

cash flow setelah pajak = pendapatan bersih setelah pajak + depresiasi

6. Menghitung cumulative cash position.

a. Mengkumulatifkan cash flow

Cumulative cash position = cumulative cash flow ke-(n-1) + investment/after-tax


cash flow

Analisis indikator kelabaan :


a) Payback Period (POP)
POP adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang keluar, yaitu
berupa FCI. DPBP dapat dihitung dengan cara interpolasi linier ataupun dengan metode
grafik.

b) Return on Investment (ROI)


Average Annual Net Profit
ROI=
¿ Capital Investment (FCI )

2.1.4. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dibuat untuk menggambarkan pengaruh perubahan kualitas batubara,


perubahan harga listrik, dan perubahan upaya kerja pokok operator ditambah overhead terhadap
indikator kelabaan (PBP, NPV, ROI). Pertmana-tama terlebih dahulu memvariasikan perubahan
yang akan dilakukan. Variasi tersebut dirangkum pada tabel berikut.

Tabel 1 Rentang Variasi Perhitungan Sensitivitas


Variabel Nilai Basis Rentang Perubahan % Perubahan
Kualitas Batubara 4200 4000 – 4600 -4.76 – 9.52
Harga Listrik 0.08 0.02 – 0.15 -75 – 87.50
UMR 92.60 37 - 147 -60.04 – 58.75

Halaman 8
Setelah menentukan variasi variabel, langkah selanjutnya adalah melihat perubahan indikator
kelabaan sebagai akibat dari perubahan variable-variabel tersebut. Perubahaan tersebut sebaiknya
dirangkung ke dalam tabel berikut.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Sensitivitas.


Variabel Nilai Basis Rentang % Perubahan Indikator % Indikator
Perubahan Kelabaan Kelabaan
Kualitas Batubara 4200 4000 – 4600 -4.76 – 9.52
Harga Listrik 0.08 0.02 – 0.15 -75 – 87.50
UMR 92.60 37 - 147 -60.04 – 58.75

Setelah mendapatkan data perubahan indikator kelabaan, kemudian di-plot antara variable
perubahan dengan indikator kelabaan. Axis berupa besar perubahan (% perubahan) serta absis
berupa nilai indikator kelabaan. Kurva yang akan dihasilkan dalam analisis sensitivitas disebut
dengan Strauss plot yang digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 1. Contoh Strauss Plot (Couper, 2003).

2.2. Hasil Perhitungan dan Pembahasan

2.2.1. Biaya Operasi Tahunan


Biaya operasi tahunan terdiri dari biaya bahan baku, biaya pengeluaran langsung, biaya
pengeluaran tidak langsung, dan biaya overhead pabrik. Pertama-tama dihitung terlebih dahulu

Halaman 9
biaya yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku pabrik. Setelah itu dihitung biaya pengeluaran
langsung pabrik seperti biaya unutk utilitas, biaya pekerja, dan biaya maintenance. Lalu dihitung
biaya pengeluaran tidak langsung, seperti depresiasi. Namun pada kasus ini, depresiasi tidak
diperhitungkan sehingga pengeluaran tidak langsung bernilai nol. Pengeluaran total pabrik
dihitung dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya pengeluaran langsung, biaya pengeluran
tidak langsung, dam biaya overhead pabrik.

Dari hasil perhitungan, didapat nilai biaya pengeluaran langsung sebesar 115.303.965
USD/tahun dan nilai pemasukan sebesar 101.250.000 USD/tahun.

2.2.2. Perbandungan Metode Perhitungan Depresiasi Pada Aliran Dana Diskonto


Kumulatif
Perhitungan untuk kedua metode telah dijelaskan pada sub bab 2.1. Hasil perhitungan ditunjukan
pada gambar berikut.

0.00
-5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

-100,000,000.00
Kumulatif cash flow (USD)

-200,000,000.00

-300,000,000.00

-400,000,000.00

-500,000,000.00

-600,000,000.00
tahun ke-

Gambar 2. Perbandingan Perhitungan Derpresiasi dengan Metode Garis Lurus dan Saldo
Menurun Ganda.

Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa aliran dana bernilai negatif. Indikator kelabaan yang
dapat digunakan hanya lah indikator NPV. Kedua metode perhitungan depresiasi memberikan
nilai NPV yang sama sehingga tidak dapat dipilih metode mana yang paling baik untuk
perhitungan kumulatif cash flow. Hal tersebut disebabkan oleh cash flow position yang terus-

Halaman 10
menerus memberikan nilai negatif sehingga pabrik tidak dikenakan pajak penghasilan.

2.2.3. Analisis Kelabaan Berdasarkan Indikator-Indikator Diskonto dan Non-Diskonto


Hasil perhitungan analisis kelabaan dengan metode diskonto dan non-diskonto ditampilkan pada
gambar berikut.
0.00
-5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

-100,000,000.00
cash flow cumulative (USD)

-200,000,000.00

-300,000,000.00

-400,000,000.00

-500,000,000.00

-600,000,000.00

-700,000,000.00
tahun ke-

Gambar 3. Perbandingan Inikator Kelabaan Diskonto dan Non-Diskonto.

Gambar di atas menunjukkan posisi cash flow yang cenderung turun sehingga posisi cash flow
terus-menurus dibawah angka nol yang berarti negatif. Oleh karena itu, indikator DPBP mupun
POP tidak bisa ditentukan. Sama halnya dengan indikator IRR maupun ROI. Cash flow yang
teres-menurus menurun mengartikan bahwa pabrik mengalami kerugian dari tahun ke tahun
sehingga tidak memungkinkan adanya kemampuan untuk mengembalikan modal. Indikator yang
bisa ditentukan hanya NPV untuk diskonto dan CCP untuk diskonto.

Untuk aliran dana diskonto, NPV memberikan nilai sebesar -501.921.340 USD.
Untuk aliran dana non-diskonto, CCP memberikan nilai sebesar -584.119.773 USD.

Hasil perhitungan kedua aliran dana memberikan nilai NPV dan CCP yang negatif, tidak
memungkinan perhitungan IRR dan ROI, serta tidak memungkinkan perhitungan DPBP dan POP
sehingga dapat dikatakan bahwa proyek ini tidak layak untuk dilanjutkan.

Halaman 11
2.2.4. Analisis Sensitivitas
Hasil perhitungan ditunjukan pada gambar di bawah ini.

40.00

30.00

20.00

10.00
% NPV

0.00
-100.00 -80.00 -60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
-10.00

-20.00

-30.00

-40.00

% Variation

Kualitas Batubara Harga Listrik Upah Kerja

Gambar 4. Strauss Plot.

Dari gambar di atas, dapat terlihat bahwa kurva harga listrik memiliki gradien paling besar,
diikuti oleh kurva kualitas batubara, dan kurva upah kerja (UMR). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa perubahan harga listrik yang sangat mempengaruhi perubahan nilai NPV,
selanjutnya dipengaruhi oleh perbuhan kualitas batubara. Perubahan nilai upak kerja kurang
mempengaruhi perubahan nilai NPV.

Halaman 12

Anda mungkin juga menyukai