Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MEMAHAMI INTI ARAB

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Tarikh al-Qur’an

Disusun oleh :

Asri Nailifarikhah ( 1904026016 )

Azka Ihclasul Amal ( 1904026043 )

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN TAFSIR ( TAFSIR HADIS )

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kisah pewahyuan al-Qur’an bermula di Makkah, kota padang pasir yang
terletak di Hijaz, wilayah Semenanjung Arab sebelah barat laut. Pada abad keenam,
Makkah adalah daerah yang tidak nyaman dan miskin sumber daya alam. Makkah
bukan wilayah oase yang teduh dan dipenuhi pohon kurma seperti Yastrib, kota
berjarak sekitar 450 km ke utara yang akhirnya menjadi tempat berdirinya komunitas
muslim pertama. Makkah adalah kota yang sepi dan tandus. Kota itu menjadi ramai
berkat adanya mata air pegunungan ( zamzam ) yang menyediakan cukup air untuk
menopang tumbuhnya sebuah kota perdagangan.
Al-Qur’an dan tradisi Islam memandang penting kenyataan bahwa para Nabi
sering kali terlahir dalam kondisi yang tidak lazim atau mengalami kesulitan di masa
kecil. Muhammad berasal dari keluarga terpandang di Makkah. Kakeknya, Abdul
Muthalib, merawatnya dengan baik sehingga kondisinya tidak terlalu
mengkhawatirkan. Namun, di tengah komunitas patriaktis, seorang anak tanpa ayah
tetap saja diangap tidak beruntung.
Sumber-sumber Islam menyebutkan bahwa sebelum diangkat menjadi nabi,
Muhammad tidak memiliki otoritas politik dan ekonomi, namun ia dikenal di
kalangan orang Quraisy sebagai orang yang jujur dan lurus sehingga dijuluki “sang
terpercaya” ( al-amin ). Nilai historisnya merupakan kehidupan keagamaan Quraisy,
seprti halnya Ka’bah, tengah dilanda krisis. Di sinilah Muhammad berperan
menyatukan orang Quraisy dan menuntun mereka menuju pembaruan spiritual.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Nabi Muhammad sebagai pedagang dan utusan ?
2. Bagaimana Nabi Muhammad sebagai ahli organisasi dan strategi ?
3. Bagaimana Aisyah sebagai istri Muhammad dan penjaga ingatannya ?
4. Apa itu Kubah Batu sebagai Monumen Jerussalem dan Lambang al-Qur’an ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nabi Muhammad sebagai Pedagang dan Utusan


Muhammad belajar berdagang dari pamannya. Pada usia 25 tahun,
Muhammad dipekerjakan oleh seorang janda, Khadijah bint Khuwaylid, untuk
menjual barang dagangannya.
Beberapa kali ia menemani Abu Thalib ke Syria untuk membeli dan menjual
barangnya di sana. Sumber-sumber Islam menceritakan satu sesi perjalanan, yang
memperlihatkan bahwa tanda kenabian Muhammad tampak dengan jelas. Ketika
kafilah dagang berhenti di dekat sebuah biara, seorang pendeta Kristen
menyaksikan awan yang menaungi Muhammad muda selahi ia bekerja di sekitar
kemah. Setelah memeriksa anak muda itu, si pendeta menemukan “tanda
kenabian” tanda di punggung Muhammad yang memperlihatkan status
keistimewaannya. Kisah itu merupakan salah satu dari sejumlah kisah Islam yang
menunjukkan seorang pemeluk Kristen saleh mendukung atau membenarkan
kedudukan Muhammad sebagai Rasul utusan Tuhan.
Muhammad diangkat menjadi utusan Tuhan saat usianya mencapai empat
puluh tahun meskipun ia pernah menyebutkan bahwa beberapa lama sebelum
kedatangan malaikat Jibril yang pertama, ia telah mengalami perubahan kondisi
ruhani. Aisyah,yang kemudian menjadi istri Muhammad, meriwayatkan apa yang
diceritakan Muhamamd kepadanya tentang perubahan ini.
Laiknya para pencari Tuhan, Muhammad mengalami paradox pengalaman
kebangkitan ruhani pertama kali dalam tidurnya. Beberapa abad kemudian,
seorang ulama besar, Abu Hamid al- Ghazali (w. 505/1111 menjelaskan
kemungkinan kenabian melalui mimpi dan bagaimana pengalaman mimpi itu
dapat membantu kita memahami pengalaman kenabian :
“Tuhan yang Mahatinggi … telah mengistimewakan makhlukNya dengan
menganugerahinya sesuatu yang menyerupai berkah khusus kenabian, aitu mimpi.
Ketika bermimpi, seseorang memahami apa yang akan terjadi di masa depan,
sesuatu yang gaib; ia memahaminya baik secara eksplisit atau dalam bentuk
simbolis dan menakwilkannya.”
Menyadari kehadiran Tuhan, dan pada saat yang sama juga menyadari
dunianya, merupakan tujuan para pencari Tuhan. Seperti utusan Tuhan lainnya,
Muhammad menarik diri untuk menyepi di gua, tempat yang memungkinkan
kegelapan malam dirasakan pada siang hari. Salah satu riwayat menyebutkan
bahwa Muhammad menghabiskan satu bulan dalam setahun untuk menyendiri,
sambil memberi makanan kepada setiap orang miskin yang datang kepadanya
selama periode tersebut.
Saat menerima surat al-‘Alaq ayat satu sampai lima, Muhammad gemetar. Ia
bergegas meninggalkan gua dan menuruni bukit. Namun, seperti gambaran yangS
dilihatnya dalam mimpi, malaikat Jibril tiba-tiba muncul dalam wujud manusia
yang berdiri di langit sambil berkata, “Hai Muhammad, engkau adalah utusan
Allah dan aku adalah Jibril”. Muhammad terpaku untuk waktu yang lama.
Kata-kata yang dibicarakan oleh Jibril kepada Muhammad di dalam gua
adalah ayat-ayat pertama al-Qur’an yang diwahyukan kepadanya. Kata pertama
iqra’ yang berarti “bacalah”, menunjukkan bagaimana cara Alquran diwahyukan
selanjutnya. Kata itu juga menjadi dasar penamaan sebuah himpunan kata. Selama
23 tahun berikutnya, hingga wafatnya, Muhammad terus menerima wahyu dari
Tuhan. Ia mendengar dan menerima dari ayat-ayat tersebut dan kemudian
membacakannya kepada kaumnya. Nabi dan para pengikutnya membacakannya
kembali untuk Tuhan dalam shalat dan doa mereka. Himpunan ayat-ayat itu,
maupun salah satu darinya dinamakan “Al-Qur’an”, yang berarti “bacaan”.
Setelah beberapa kali berjumpa dengan Jibril, yang diangap Nabi sebagai hal
yang menakjubkan sekaligus menakutkan, kehadiran Jibril tidak lagi membuatnya
tegang. Pada perjumpaan berikutnya, Nabi menggambarkannya sebagai
perjumpaan akrab.
Selama dua puluh tahun, sejak malaikat pertama kali mendatanginya di gua
hingga wafatnya pada 632, Nabi Muhammad menerima wahyu yang berbicara
tentang berbagai aspek hubungan antara manusia dan Tuhan. Beberapa wahyu
menyinggung persoalan mendasar tentang manusia, seperti makna kehidupan dan
kematian. Sebagian wahyu lain berbicara tentang soal moral dan sosial tertentu,
seperti praktik penguburan bayi dan ketidakadilan ekonomi. Kenyataan bahwa
kebanyakan al-Qur’an diwahyukan kepada Nabi ketika ia berada di tengah para
sahabat, menunjukkan kedudukan penting komunitas dalam proses pewahyuan.
Kaum Muslimin meyakini bahwa ajaran Al-Qur’an bersifat universal. 1

1
Ingrid Mattson, Ulumul Quran Zaman Kita Pengantar untuk Memahami Konteks, Kisah, dan Sejarah Alquran, (
Jakarta : Zaman, 2013 )
B. Nabi Muhammad sebagai Ahli Organisasi dan Strategi
Organisasi dan disiplin militer memainkan peranan penting dalam
keberhasilan strategi perang dan operasi militer. Pasukan yang memiliki
organisasi dan disiplin yang baik akan sangat efisien dan efektif di medan
pertempuran. Muhammad adalah pemimpin militer pertama dalam sejarah Arab
yang dengan ketat melatih prajuritnya dalam disiplin dan ketertiban.
Prajuritnyalah yang pertama kali dalam sejarah Arab yang bertempur dengan
disiplin dan pengawasan yang ketat. Tidak seorangpun yang berada di bawah
perintahnya dapat bertempur untuk dirinya sendiri, semua bertempur dengan
perintah yang tegas darinya. Karena keajaiban disiplin dan organisasilah
tentaranya yang kecil sanggup bertahan melawanmush yang jauh lebih kuat.
Mereka dilatih dengan disiplin yang ketat dan melaksanakan perintah yang
mereka terima dan berjuang dengan gagah berani dan penuh tekad.
Muhammad melatih dan mendisiplinkan orangnya melalui penegakkan
sembahyang. Latihan keras lima kali dalam sehari, dari pagi-pagi buta sampai
larut malam, tidak menciptakan kelemahan dalam kepribadian manusia.
Kewajiban ini tidak boleh ditinggalkan dalam keadaan bagaimanapun juga.
Keteraturan dan disiplin yang keras dalam sembahyang Islam ini merupakan
contoh unik program yang luar biasa dalam mempersiapkan orang untuk
melakukan kebajikan dan keadilan dalam dunia. Tidak ada sistem sosial atau
agama, selain Islam, yang mempunyai organisasi yang sempurna untuk para
pemeluknya untuk melayani masyarakat. Kebanyakan sistem sosial, termasuk
sistem militer, memberikan tekanan pada pembentukan masyarakat dan tekanan
luar yang mengikat perorangan pada kelompok, dan tidak ada atau sedikit sekali,
perhatian diberikan pada latihan dalam diri individu untuk kepentingan dasar
masyarakat. Masyarakat adalah seumpama sebuah dinding yang terbuat dari batu
bata. Jika masing-masing batu batu yang dipergunakan tidak kuat dan padat,
dinding sebagai suatu keseluruhan akan tetap lemah. Demikian juga, jika terdapat
kelemahan dalam kepribadian individu, jika cita-cita perorangannya tidak sejalan
dengan prinsip utama masyarakat, dan jika mereka mempunyai suatu
kecenderungan untuk menentang prinsip dasar masyarakatnya mereka tidak dapa
dipersatukan untuk waktu yang lama hanya dengan tekanan luar yang dipaksakan
secara militant. Cepat atau lambat, orang-orang yang tertekan akan
menghancurkan yang lain bersama dengan dirinya.
Nabi dengan tegas menekankan disiplin dan pengendalian diri dalam semua
gerakannya dalam semua tahap perang. Mereka diperintahkan untuk
mendengarkan setiap instruksi dan kemudian melaksanakannya dengan sekuat
kemampuan mereka. Dengan demikian, organisasi, pnegendalian dan disiplin
orang-orangnya, Muhammad tetap memegang inisiatif dalam taktik dan operasi
militer di medan pertempuran dan akhirnya memenangkan pertempuran.
Beliau membuat sendiri strategi perangnya dan menjalankan teknik gerakan
pasukan sendiri untuk mengalahkan rencana dan taktik musuh. Semua gerakan
strategis dan operasi taktisnya didasarkan pada realitas dan kebutuhan praktis pada
saat dan tempat tersebut dan dilaksanakan dengan kecerdasan dan kecakapan yang
tinggi. Strategi perang dan taktiknya berada di luar jangkauan pengertian
musuhnya. Beliau membuat kejutan terhadap musuhnya dengan gerakan
strategisnya dalam setiap pertempuran dan tidak pernah melakukan taktik strategi
yang sama dalam dua pertempuran.
Nabi Muhammad juga memperlihatkan ketegasannnya dalam menangani
keadaaan sulit dalam perang dan damai. Nabi tidak pernah panik atau
memperlihatkan ketidakberdayaannya, bahkan dalam keadaan genting di medan
pertempuran. Pengaturan patrol untuk memperoleh berbagai jenis informasi
tentang musuh dan medan peperangan untuk keamanan kota dan penduduknya
merupakan contoh yang unik tentang kejeniusannya, kecerdikan atau kejeliannya
sebagai seorang komandan militer. Beliau dapat mengumpulkan informasi tentang
musuh sembari tidak pernah membiarkan informasi berguna yang bagaimanapun
juga kecilnya bocor pada musuh sebelum waktunya. Keberhasilan sistem patroli
inilah yang memungkinkannya untuk menyusun sistem pertahanan yang kuat di
Medinah.2
C. Aisyah sebagai Istri Muhammad dan Penjaga Ingatannya
Sebelum dipinang oleh Rasulullah Saw., Aisyah telah bertunangan dengan
Jabir bin Muth’im bin Adi. Abu bakar tidak mau membatalkan pertunangan itu
secara sepihak tanpa terlebih dahulu membicarakannya dengan keluarga Jabir.
Akhirnya, Aisyah pun dinikahkan dengan Rasulullah Saw., saat itu, Aisyah adalah
seorang gadis cilik berusia 6 tahun. Tujuan paling mendasar dari pernikahan ini
adalah mengukuhkan hubungan antara kenabian dan kekhalifahan. Di atas semua
itu, keputusan Rasulullah Saw., untuk menikahi Aisyah pada usianya yang sangat
2
Afzalur Rahman, Nabi Muhamamd sebagai Seorang Pemimpin Militer, ( Jakarta : Bumi Aksara, 1991 )
dini itu menunjukkan bahwa kecerdasan, kematangan dan kedewasaan berpikir
Aisyah memang mencapai sebuah tingkat yang mengagumkan.
Aisyah sendiri memiliki keistimewaan dibandingkan istri-istri Nabi yang lain
dalam hal keleluasaan dan kematangan ilmunya di bidang agama, termasuk
tentang Alquran, tafsir, hadis, dan fiqih. Ia juga memiliki kemampuan ijtihad yang
mengagumkan, pemahaman yang mendalam tentang persoalan-persoalan agama,
serta kemampuan merumuskan hukum untuk situasi-situasi baru.
Rasulullah Saw., dan Aisyah sering makan bersama di atas satu meja bahkan
menggunakan satu piring. Perhatikan penuturan Aisyah berikut: “Suatu hari, aku
makan bersama Rasulullah Saw. Tiba tiba Umar melintas. Beliau pun
memanggilnya untuk makan bersama kami. Kadang-kadang tanganku mneyentuh
jari beliau….” (HR Bukhari, Nasa’I dan Thabrani)
Meski terdapat pembantu di kediaman Rasulullah Saw., tetapi Aisyah tetap
berusaha mengurus rumah tangga dan segala keperluan Rasulullah Saw., dengna
tangannya sendiri. Ia menggiling tepung, memasak, membentangkan tilam,
mengambilkan air wudhu untuk Rasulullah Saw., dan sebagainya ia lakukan sndiri
tanpa bantuan orang lain.
Taat kepada suami adalah salah satu kewajiban terpenting seorang istri.
Aisyah adalah teladan yang baik dalam hal ini. Tidak pernah sekali pun ia
menentang perintah Rasulullah Saw., sepanjang sembilan tahun keduanya hidup
bersama.
Ada beberapa hal yang membuat posisi Aisyah menjadi penting. Rasulullah
Saw., sendiri memberikan perhatian khusus kepadanya. Aisyah memiliki
kesempatan yang luar biasa besar untuk menemani Rasulullah Saw., dan
menerima ajaran-ajaran Islam langsung dari mulut beliau. Aisyah juga dikaruniai
kecerdasan dan bakat alamiah untuk memahami semua ajaran itu.
Prestasi intelektual Aisyah tidak hanya menonjol di kalangan kaum wanita.
Bahkan tidak berlebihan jika kita katakana bahwa kecerdasan, pemahaman, serta
kekuatan pikiran Aisyah berada di atas orang-orang yang hidup sezaman
dengannya, baik laki-laki maupun perempuan, dengan pengecualian beberapa
sahabat senior. Pengetahuan Aisyah tidak terbatas pada kemampuannya
memahami kalimat dan pengertian yang rumit. Abu Musa al-Asy’ari berkata,
“Ketika kami, para sahabat, menghadapi kesulitan dalam memahami sebuah
hadits, kami sering bertanya kepada Aisyah. Dan ia selalu mampu menjawabnya.”
(HR Tirmidzi)
Itulah yang terjadi pada Aisyah. Allah Swt., menakdirkannya untuk
memperoleh bagian terbedar dari khazanah hadits-hadits Rasulullah Saw. Aisyah
memiliki bakat yang kuat serta kesempatan yang besar untuk menyimak sabda-
sabda Rasulullah Saw., langsung dari lisan beliai tanpa diperantarai oleh siapa
pun.3
D. Kubah Batu sebagai Monumen Yerussalem dan Lambang Alquran
Pada masa pemerintahan Abdul Malik ibn Marwan ada beberapa kemajuan
yang dicapai. Kemajuan di bidang politik, ekonomi, dan arsitektur. Kemajuan
arsitektur pada masa Abdul Malik ini ditandai dengan didirikannya masjid “Kubah
Batu” (The Dome of the Rock/Qubat as-Shkhrah) di Yerusalem, yang sampai
sekarang masih terjaga sebagai salah satu peninggalan arsitektur Islam masa
awal.4 Masjid ini merupakan masjid pertama yang ditutup dengan kubah di
atasnya. Yerusalem berada di perbatasan Israel dan Yordania, hingga saat ini
menjadi kota dalam sengketa antara Israel, Yordania dan Palestina. Bagi kaum
Nasrani Yerusalaem adalah kota suci di mana Yesus Kristus, disalib dan bangkit
di Surga.Yerusalem tercatat dalam sejarah sejak abad Sembilan belas dan delapan
belas SM menjadi tempat bermukim orang-orang Kanaan (Canaanite).
Pada Yerusalem memasuki periode Hellenic di bawah kekuasaan Yunani
hingga awal abad I. Kemudian dilanjutkan zaman Romawi menjadi bagian dari
pemerintahan Roma. Pada abad IV Yerusalem dikuasai Bizantium, Konstantin
yang agung (Constantine the Great), menjadikan Yerusalem sebagai kota suci
Kristen. Persia mengalahkan Bizantium, menaklukkan dan menguasai Yerusalem
pada 614 M.5 Bizantium kembali menguasai Yerusalem pada 629 M, namun tidak
lama orang-orang Semenanjung Arab menyerang dan menaklukan Yerusalem.
Selanjutnya terjadi peralihan kekuasaan dari Khalifah Ali ibn Abi Thalib (656-661
M) ke Mu’awiyah yang sebelumnya gubernur di Siria (661 – 680 M). Sepanjang
sejarah sejak Islam masuk pada 638 hingga 1917 Yerusalem tidak pernah menjadi
ibukota pemerintahan dari suatu Negara merdeka, tetapi hanya selalu menjadi
3
Sulaiman an-Nadawi, Siti Aisyah Kekasih yang Terindah, ( Jakarta : Republika Penerbit, 2018 )
4
K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), terj. Ghufron A. Mas’adi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, cet. 3,
2003), hlm. 287
5
Sukawi, 2004, Arsitektur Bizantiumn pada Dome of The Rock, Jurnal Jurusan Arsitektur Universitas
Diponegoro Semarang, Vol. 1 No. 2- Desember 2004, hlm 45
pusat propinsial. Pada masa Yerussalem dikuasai oleh Abdul Malik ibn Marwan
beliau mengambil kebijakaan diantaranya pembangunan masjid Kubah Batu.
Pada 687 – 692 M Abdul Malik ibn Marwan membangun Kubah Batu,
menurut pengelana dan ahli geografi Abad X al-Maqdisi, sang khalifah
menginginkan bangunan megah yang menandingi keindahan Gereja Makam Suci,
dan untuk menciptakan bangunan unik yang merupakan keajaiban dunia bagi
kaum muslim. Dia membangun Kubah Batu sebagai tempat ziarah. 6 Masjid yang
dibangun oleh Khalifah Abdul Malik ibn Marwan salah satunya adalah Masjid
Kubah Batu. Kubah Batu yang berada di tengah agak ke sisi barat dari Lapangan
Temple Mount, diatas pelataran lebih tinggi dari lapangan.
Perancangan Kubah Batu sangat mendasarkan pada perhitungan geometris
terutama dalam menentukan bentuk dan titik-titik pada denah. Arsitektur
bangunan Kubah Batu merupakan sebuah perubahan radikal dari bangunan
berpola lama, yang melibatkan penggunaan mosaik dan motif dekorasi
lainnya.Pembangunan Kubah itu dimaksudkan untuk mengungguli atap gereja
Sepulchre Suci yang indah. Hasilnya, sebuah monument arsitektur yang
keindahannya tak tertandingi. Kubah Batu mempunyai kubah oktagonal (bersegi
delapan) bertinggi lebar 20 m, yang disangga oleh susunan 12 tinggi dan 4
penyangga melintang, dalam koridor oktagonal dengan 16 tiang dan 8 penyangga
melintang, serta tembok luar yang juga oktagonal. Masing-masing dari kedelapan
sisi luar dinding kira-kira bertinggi 11 m dan berlebar 8 m.
Dekorasi internal dari Kubah Batu mempunyai mosaik yang indah pada
periode Umayyah. Mosaik yang membentang di atas delapan dinding yang
mempunyai panjang 240 meter, terdiri dari kaligrafi mosaik kufi yang berwarna
biru. Sedangkan dekorasi eksternal terbuat dari marmer dan mosaik.7 Kubah Batu
lebih berfungsi sebagai monument Islam dibandingkan sebagai masjid, corak
arsitekturnya tidak terlalu khas bangunan ibadah muslim.

6
Ranna Bokhari dan Mohammad Seddon, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Erlangga, t.t), h. 66.
7
Ra’ef Najm, Islamic Architecture Character of Jerusalem: With Special Description of the al-Aqsa and the
Dome of The Rock”, Islamic Studies, Vol. 40, No. ¾, Special Issue Jerusalem (Autumn-Winter 2001), h. 726
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Memahami inti Arab dari sudut pandang Nabi Muhammad sebagai pedagang
dan utusan, ahli strategi dan organisasi serta dari sisi Aisyah sebagai istri Muhammad
dan penjaga ingatannya mempunyai faedah yang sangat baik. Kita dapat mengambil
ibrah dari setiap jengkal peristiwa, menelaah sebab-sebab dilakukannya suatu hal
sehingga dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengenai kubah batu
sebagai monument Yerussalem dan Lambang Alquran menjadikan pengetahuan kita
meluas dan senantiasa bertambah ilmunya sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri
dan orang lain.
B. Saran
Pemakalah sangat berharap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun agar kami dapat belajar untuk kedepannya menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini kami susun dengan segala keterbatasan kami.

DAFTAR PUSTAKA
Ali. (2003). Sejarah Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

an-Nadawi, S. (2018). Siti Aisyah Kekasih yang Terindah. Jakarta: Republika Penerbit.

Mattson, I. (2013). Ulumul Quran Zaman Kita Pengantar untuk Memahami Konteks, Kisah dan
Sejarah Alquran. Jakarta: Zaman.

Najm, R. (n.d.). Islamic Architecture Character of Jerussalem:With Special Description of al-Aqsa and
the Dome of the Rrock. Islamic Studies.

Rahman, A. (1991). Nabi Muhammad sebagai Seorang Pemimpin Militer. Jakarta: Bumi Akasara.

Ranna Bokhari, M. S. (n.d.). Ensiklopedia Islam. Jakarta: Erlangga.

Sukawi. (2004). Arsitektur Bizantium pada Dome of Rock. Jurnal Jurusan Arsitektur Universitas, 45.

Anda mungkin juga menyukai