Anda di halaman 1dari 7

RESUME

Asuhan Keperawatan Trauma Muskulokeletal

Disusun Oleh :
Yoan Wili Rosa

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020
A. Definisi

Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami


cedera pada tulang, sendi dan otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas,
olahraga dan kecelakaan industri merupakan penyebab utama dari trauma
muskuloskeletal.
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Secara
fisiologis, sistem muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan
posisi. Otot terbagi atas tiga bagian yaitu ; otot rangka, otot jantung dan otot polos.

Sedangkan tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu :


 Tulang panjang
Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan di
ekstermitas atas dan bawah. Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula,
metatarsal, metakarpal dan falangs merupakan tulang panjang.
 Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta
berbentuk kubus.
 Tulang pipih
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis girdle
dimana tulang ini melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan
permukaan yang luas untuk melekatnya otot.
 Tulang iregular
Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga,
tulang wajah dan pelvis. Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam
struktur dan komposisi. (Joyce M Black, 2014)

Ada beberapa jenis dari trauma muskuloskeletal dimana tergantung letak dari trauma.
Trauma muskuloskeletal yang umum terjadi yaitu fraktur, strain, sprain, dislokasi dan
amputasi.
1. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut serta keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap. Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang.
Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga akan terganggu.
 Fraktur terbuka : Fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas
cedera tulang. Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan
lunak sehingga terjadi kontaminasi bakteri.
 Fraktur tertutup : Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak
ditembus oleh fragmen tulang. Jadi pada fraktur tertutup kulit masih
utuh diatas lokasi cedera.
2. Strain
Strain merupakan suatu puntiran atau tarikan, robekan otot dan tendon. Strain
adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau stres
yang berlebihan.

3. Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan
mengepit atau memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih
menmungkinkan mobilitas. Ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan
stabilitasnya. Sprain merupakan peregangan atau robekan ligamen, fibrosa dari
jaringan ikat yang menggabungkan ujung satu tulang dengan tulang lainnya.

B. Etiologi

Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas,


olahraga, jatuh dan kecelakaan industri.

1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada
suatu tulang, saat tekanan yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan
yang mampu ditanggunya.
 Trauma langsung : Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan misalnya benturan pada lengan bawah yang menyebabkan
patah tulang radius dan ulna.
 Trauma tidak langsung : Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
daerah fraktur dimana pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Misalnya, jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula
atau radius distal patah.

2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung
misalnya (jatuh dan tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari
posisinya kemudian meregang.

3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak
langsung.

C. Manifestasi Klinis

1. Fraktur
 Deformitas : Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan
deformitas pada lokasi fraktur. Deformitas adalah perubahan bentuk,
pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan otot-otot
ekstermitas.
 Nyeri : Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak
diimobilisasi. (Brunner, 2001)
 Pembengkakkan atau edema : Edema terjadi akibat akumulasi cairan
serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi cairan serosa pada lokasi
fraktur ekstravasi darah ke jaringan sekitar.
 Hematom atau memar : Memar terjadi karena perdarahan subkutan pada
lokasi fraktur.
 Kehilangan fungsi dan kelainan gerak.

2. Strain
 Nyeri
 Kelemahan otot
 Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau
komplet bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya
fungsi otot.

3. Sprain
 Adanya robekan pada ligament
 Nyeri
 Hematoma atau memar.

D. Patofisiologi

1. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur, jika
ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya
retak saja dan bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil,
maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat
pada ujung tulang akan terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik
fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan
spasme yang kuat dan bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur.
Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu
sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hemotoma terjadi diantara fragmen-
fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar lokasi fraktur
akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan terjadi
vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, esudasi plasma dan leukosit.

2. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma tidak
langsung, cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot
yang berlebihan, otot yang belum siap terjadi pada bagian groin muscles (otot
pada kunci paha) dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
3. Sprain
Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu masalah yang
disebut sprain yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami
robek dan kemudian akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan
membuat pembuluh darah pecah dan akan menyebabkan hemotama serta nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang

 X-ray menentukan lokasi atau luasnya fraktur


 Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
 Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler
pada perdarahan; penigkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan.
 Kretinin : trauma otot menigkatkan beban kretinin untuk kliens ginjal.
 Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
darah atau cedera.

F. Penatalaksanaan

1. Fraktur
a) Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal
mempertahankan dan mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau
meliputi peredaran darah, nyeri, perabaan dan gerakan. Perkiraan waktu untuk
imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang yang mengalami fraktur adalah
sekitar 3 bulan. (Amin Huda Nurarif, 2015).
Alat imobilisasi yang sering digunakan, antara lain :
 Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau
fiksasi tulang yang patah. Tujuan pemasangan bidai untuk mencegah
pergerakan tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai dimana dapat
mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang didekat tulang yang patah dan
pemasangan bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat, karena akan merusak
jaringan tubuh.
 Gips
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips memiliki
sifat menyerap air dan bila itu terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips
akan menjadi keras.

b) Reduksi
Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah
reduksi. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi. Reduksi merupakan manipulasi tulang untuk
mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang dengan mengembalikan
fragmen tulang sedekat mungkin serta tidak semua fraktur harus direduksi.
(Joyce M Black, 2014). Reduksi terbagi atas dua bagian, yaitu :
 Reduksi tertutup
Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan
mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi tertutup harus
segera dilakukan setelah cedera untuk menimilkan efek deformitas dari cedera
tersebut.
 Reduksi terbuka
Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen fraktur
disejajarkan. Reduksi terbuka sering kali dikombinasikan dengan fiksasi
internal untuk fraktur femur dan sendi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan
tulang.

c) Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cedera,
sementara kontratraksi akan menarik ke arah yang berlawanan. Traksi dapat
digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya trasi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

2. Strain
 Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam
pertama.
 Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan
tendon-tulang.
 Pemasangan balut tekan.
 Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus
diminimalkan.

3. Sprain
 Istirahat akan mencegah cedera tambahan dan mempercepat
penyembuhan.
 Meniggikan bagian yang sakit akan mengontrol pembengkakkan.
 Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-48
jam pertama setelah cedera. Kompres air dingin menyebabkan
vasokontriksi akan mengurangi perdarahan dan edema (Jangan berlebihan
nanti akan mengakibatkan kerusakan kulit).
Asuhan Keperawatan Muskulokeletal dengan Fraktur

1. Pengakjian
 Anamnesa :
 Keluhan nyeri
 Riwayat trauma adequate
 Adanya fungsio laesa atau fungsi jaringan terganggu
 Pemeriksaan fisik
Insepksi
 Edema
 Hematoma
 Deformitas

Palpasi
 Nyeri tekan
 Kripitasi

2. Diagnosa

 Nyeri Akut b.d agen cedera fisik


 Gangguan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang, penurunan
kekuatan otot, gangguan muskuloskeletal dan nyeri.
 Kerusakan Integritas Kulit b.d tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan
fraktur terbuka

Anda mungkin juga menyukai