Anda di halaman 1dari 10

SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

KEANEKARAGAMAN JENIS TANAMAN EKONOMIS BERFUNGSI EKOLOGIS


DI KAWASAN EKOSISTEM LEUSER KABUPATEN ACEH TAMIANG

DIVERSITY OF ECONOMIC PLANTS WITH ECOLOGICAL FUNCTIONING IN LEUSER


ECOSYSTEM
OF ACEH TAMIANG DISTRICT

Andini Saputri*, Zidni Ilman Navia


Program Studi Biologi, Fakultas Teknik, Universitas Samudra
Koresponden: puputandini87@gmail.com

ABSTRAK

Kawasan Ekosistem Leuser memiliki keanekaragaman tumbuhan dan potensi hasil hutan non kayu
yang tinggi. Peningkatan kualitas hutan melalui konservasi jenis-jenis tumbuhan bernilai ekonomis
berfungsi ekologis diharapkan mampu mengembalikan fungsi hutan yang akan memberikan nilai
tambah bagi kesejahteraan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui seberapa
besar keanekaragaman jenis-jenis tumbuhan ekonomis bernilai ekologis di kawasan Ekosistem
Leuser Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian telah dilakukan pada bulan Juli 2017 - Agustus 2017
dengan menggunakan metode purposive random sampling. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan observasi dan wawancara langsung. Sebanyak 68 jenis tumbuhan telah ditemukan pada
lokasi penelitian, diantaranya 23 jenis merupakan tanaman ekonomis.

Kata kunci: Kawasan Ekosistem Leuser, Tanaman Ekonomis, Tanaman Ekologis, Aceh Tamiang

ABSTRACT

Leuser Ecosystem Area has a high diversity of plant. Improving the quality of forests through the
conservation of plant species of economic value ecological function is expected to restore the
function of forests that will provide added value for the welfare of the community. The purpose of
this study is to know how much diversity of ecologically valuable plant species in the Leuser
Ecosystem of Aceh Tamiang District. The research was conducted in July 2017 - August 2017 by
using purposive random sampling method. Methods of data collection is done by observation and
direct interview. A total of 68 species of plants have been found at the study site, of which 23 species
are economical.

Keywords: Leuser Ecosystem Area, Economical Plant, Ecological Plant, Aceh Tamiang

PENDAHULUAN hanya tersisa 46.100 Ha atau 20 persen dari


luas daratan Tamiang yang mencapai 221.531
Mempertahankan kelestarian Kawasan Ha. Eksploitasi sumber daya alam khususnya
Ekosistem Leuser adalah salah satu upaya yang pada sektor kehutanan, penerapan sistem Hak
dapat dilakukan untuk tetap menjaga kelestarian Pengusahaan Hutan (HPH) dan pemberian hak
hutan Taman Nasional Gunung Leuser. Kondisi kepada beberapa perusahaan besar yang
Kawasan Ekosistem Leuser di Kabupaten Aceh kemudian memegang monopoli pengusahaan
Tamiang mengalami kerusakan, bahkan saat ini hutan menjadi penyumbang terbesar kerusakan

790
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

da penyusutan hutan di Kawasan Ekosistem 1. Mengetahui keanekaragaman jenis-


Leuser Kabupaten Aceh Tamiang. Menurut jenis tumbuhan di Kawasan Ekosistem
Djufri (2015) dalam prakteknya sistem ini tidak Leuser Kabupaten Aceh Tamiang
banyak memberi manfaat kepada masyarakat 2. Mengetahui keanekaragaman
yang tinggal di sekitar hutan tetapi malah lebih tumbuhan ekonomis bernilai ekologis di
banyak merugikan dan berkontribusi besar Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten
dalam kerusakan hutan. Aceh Tamiang
Penurunan daya dukung dan daya 3. Mengetahui pemanfaatan hasil hutan
tampung hutan berdampak sangat fatal, terlebih non kayu di Kawasan Ekosistem Leuser
Aceh Tamiang merupakan daerah yang rawan Kabupaten Aceh Tamiang
terjadi banjir luapan dan banjir bandang.
Kecamatan Bandar Pusaka adalah salah satu
dari beberapa Kecamatan di Kabupaten Aceh METODE PENELITIAN
Tamiang yang menjadi langganan banjir setiap
tahunnya, tidak hanya memberikan kerusakan Metode yang digunakan dalam penelitian
fisik lingkungan namun juga kerugian material ini adalah metode jelajah untuk mengetahui
dalam jumlah besar. Peristiwa ini merupakan keberadaan jenis-jenis tanaman dan jenis-jenis
bukti nyata dari kelalaian manusia dalam tanaman ekonomis bernilai ekologis di Kawasan
menjaga kelestarian hutan. Ekosistem Leuser, sedangkan untuk
Kekhawatiran akan terus menurunya mengetahui pemanfaataan hasil hutan non kayu
luasan hutan Kawasan Ekosistem Leuser di di Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh
Kabupaten Aceh Tamiang yang berakibat pada Tamiang adalah dengan metode wawancara.
penurunan daya dukung dan daya tampung Wawancara dilakukan terhadap tokoh-tokoh
lingkungan menjadi latar belakang perlu adanya atau orang-orang yang tahu persis dengan
penelitian tentang keanekaragaman jenis kondisi Kawasan Ekosistem Leuser terutama
tanaman ekonomis bernilai ekologis. berkaitan dengan pemanfaatan hasil hutan non
Peningkatan kualitas hutan melalui konservasi kayu. Dalam penelitian ini, tokoh yang
jenis-jenis tumbuhan ekonomis berfungsi diwawancari mewakili dari beberapa unsur yang
ekologis diharapkan mampu mengembalikan ada disekitar lokasi penelitian, yaitu masyarakat
fungsi hutan yang akan memberikan nilai adat/kedatukan, tokoh masyarakat dan kepala
tambah bagi kesejahteraan masyarakat serta desa.
mampu meningkatkan kesadaran masyarakat Bentuk wawancara dan metode
untuk tetap menjaga kelestarian hutan secara pendekatannya dapat dilihat pada Tabel 1
berkelanjutan. berikut:
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :

791
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

Tabel 1. Bentuk wawancara dan metode pendekatannya.


Formulir Judul Metode
LD-1 Latar belakang budaya, deskripsi lokasi dan Wawancara dengan kepala desa,
perspektif penggunaan lahan dinas terkait dan kepala adat
LD-2 Hasil hutan Wawancara dengan masyarakat
LD-3 Pengumpulan dan penjualan hasil hutan Wawancara dengan 3-5 informan
kunci
LD-4 Jenis terpenting per katagori guna Diskusi dengan masyarakat
Keterangan : LD = Lembar Data

HASIL DAN PEMBAHASAN dan lain-lain (UML 1998; Consortium SAFEGE,


2014).
Keanekargaman Jenis Tumbuhan di Berdasarkan Penelitian yang telah
Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh dilakukan di Kawasan Ekosistem Leuser
Tamiang Kabupaten Aceh Tamiang, ditemukan 68 jenis
Luas Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan tersebut
untuk Provinsi Aceh berdasarkan Surat tercantum pada Tabel 2. Jumlah individu
Keputusan Menteri Kehutanan RI no 190/Kpts- tertinggi adalah Syzigium sp (Myrtaceae)
II/2001 adalah seluas 2.255.577 hektar. KEL sebanyak 33 individu, Cinnamomum burmanii
merupakan bentang alam yang terletak antara (Lauraceae) sebanyak 21 individu dan
Danau Laut Tawar di Provinsi di Aceh dan Cinnamomum sp (Lauraceae) sebanyak 21
Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara. Ada 11 individu. Tingginya keanekaagaman tumbuhan
Kabupaten yang tercakup di dalamnya yaitu di Kawasan Ekosistem Leuser menandakan
Aceh Tenggara, Aceh Selatan, Aceh Utara, bahwa kawasan ini adalah hutan alami.
Aceh Timur, Aceh Barat, Aceh Singkil, Aceh Keanekaragaman jenis tumbuhan di Kawasan
Tengah, Deli Serdang, Langkat, Tanah Karo Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang
dan Dairi. Luas keseluruhannya lebih kurang 2,5 lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian
juta Ha. Kawasan ini terletak pada posisi sejenis yang pernah dilakukan. Arico dan Sri
geografis 2,250-4,950 LU dan 96,350-98,550 (2016) menemukan 26 jenis tumbuhan di
BT dengan curah hujan rata-rata 2544 mm per Taman Nasional Gunung Leuser Resort
tahun dan suhu harian rata-rata 260C pada Tenggulun. Sedangkan Djufri (2002)
siang hari dan 21-290C pada malam hari. menemukan 66 jenis tanaman Spermatophyta
Kawasan Ekosistem Leuser terdiri dari Taman di Taman Hutan Raya (Tahura) Seilawah Aceh
Nasional Gunung Leuser, Suaka Margasatwa, Besar.
Hutan Lindung, Cagar Alam, Hutan Lindung,

792
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

Tabel 2 Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang
Jlh Jlh
N N
Jenis Family Individ Jenis Family Individ
o o
u u
1 Agathis 2 35 3
Araucariaceae Knema sp Myristicaceae
dammara
2 Aglaia sp Alangiaceae 1 36 Lansium sp Meliaceae 9
3 Aleurites 2 37 5
Euphorbiaceae Litsea sp Lauraceae
moluccana
4 Alangium sp Alangiaceae 7 38 Lithocarpus sp Fagaceae 4
5 Aquilaria 1 39 Lithocarpus 1
Thymelaeceae Fagaceae
malacensis gracilis
6 Aporosa sp Euphorbiaceae 2 40 Lansium sp Meliaceae 2
7 10 41 Mastixia 7
Artocarpus sp Moraceae Cornaceae
trichotoma
8 Ardisia 8 42 1
Myrsinaceae Mallatus sp Euphorbiaceae
fuliginosa
9 12 43 Mallotus 7
Baccaurea sp Phyllantaceae Euphorbiaceae
paniculata
10 Baccaurea 1 44 Mallotus 2
Phyllantaceae Euphorbiaceae
sumatrana trichotoma
11 Baccaurea 2 45 2
Phyllantaceae Mirocos florida Malvaceae
macrocarpa
12 Blumeodendro 1 46 Macaranga 4
Euphorbiaceae Euphorbiaceae
n tokbrai triloba
13 Castanopsis 2 47 2
Fagaceae Nephelium sp Sapindaceae
sp
14 1 48 Nephelium 4
Canarium sp Burseraceae Sapindaceae
mutabile
15 Calophyllum 1 49 2
Clusiaceae Palaquium sp Sapotaceae
sp
16 Calophyllum 4 50 Persea 1
Clusiaceae Lauraceae
soulattri declinata
17 Cinnamomum 21 51 Palaquium 1
Lauraceae Sapotaceae
sp dasyphyllum
18 Cinnamomum 1 52 1
Lauraceae Polyalthalia sp Annonaceae
burmanii
19 Cleistanthus 3 53 3
Phyllanthaceae Phyrenaria sp Theaceae
glandulosus
20 2 54 Rhododendro 3
Durio griffithii Bombacaceae Ericaceae
n zollingeri
21 5 55 Rhodomnia 3
Diospyros sp Ebenaceae Myrtaceae
cinera
22 Dipterocarpus Dipterocarpace 2 56 32
Syzigium sp Myrtaceae
grandiflorus ae
23 Dipterocarpus Dipterocarpace 1 57 Syzigium 2
Myrtaceae
humeratus ae attenuatum
24 1 58 Dipterocarpace 11
Dillenis sp Delliniaceae Shorea sp
ae

793
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

25 6 59 Shorea Dipterocarpace 1
Durio sp Malvaceae
replosula ae
26 Eugenia sp Myrtaceae 9 60 Shorea Dipterocarpace 6
maxiwelliana ae
27 Euphorbia sp Euphorbiaceae 1 61 Sterculia 2
Malvaceae
stipulata
28 3 62 Schima 1
Ficus sp Moraceae Theaceae
wallichii
29 Gardenia sp Rubiaceae 1 63 Styrax sp Styracaceae 11
30 2 64 Styrax 3
Garcinia
Guttiferae paralleloneuru Styracaceae
parvifolia
m
31 Gonystylus 2 65 Swintonia 1
Thymelaeaceae Anacardiaceae
forbesii schwenkii
32 Gymnacranthe 1 66 Villebrunea 9
Myristicaceae Urticaceae
ra forbesii rubescens
33 Hopea Dipterocarpace 2 67 Toxicodendro 8
Anacardiaceae
dryobalanoides ae n radicans
34 4 68 Xanthophyllu 2
Horsfieldia sp Myrsinaceae Polygalaceae
m sp

Berdasarkan Tabel 2 jumlah individu terbanyak dieksploitsai secara terus menerus maka lama
adalah dari family Myrtaceae dan Laurace, yaitu kelamaan akan mengalami penurunan populasi
Syzigium sp, Cinnamomum burmanii dan yang sangat drastis dan untuk memulihkannya
Cinnamomum sp. Sedangkan jumlah jenis menjadi hutan primer akan membutuhkan waktu
terbanyak adalah dari family Dipterocarpaceae, yang sangat lama (Apannah, 1998).
diantaranya adalah Dipterocarpus grandiflorus, Tingginya jumlah jenis di Kawasan
Dipterocarpus humeratus, Hopea Ekosistem Leuser dipengaruhi oleh faktor
dryobalanoides, Shorea sp, Shorea replosula lingkungan. Pengaruh lingkungan terdiri dari
dan Shorea maxiwelliana. faktor tanah, iklim, mikroorganisme dan
Secara geografis Myrtaceae, Laurace, kompetisi dengan organisme lain. Menurut
Dipterocarpaceae dan beberapa jenis lain Indriyanto (2006) tumbuhan menyukai kondisi
tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia, lingkungan tertentu, sehingga kondisi
dan centrung lebih mampu beradaptasi lingkungan yang tidak sesuai dengan jenis
terhadap lingkungan. Menurut Bawa (1998) tumbuhan tersebut akan akan sangat
Beberapa suku seperti Myrtaceae, Lauraceae, mempengaruhi keberadaan jenis tersebut.
Anacardiaceae, Annonaceae, dan Kawasan Ekosistem Leuser memiliki jenis
Euphorbiaceae memiliki penyebaran yang tanah subgroups Andic Dystropept. Jenis tanah
merata di Indonesia. ini memiliki struktur yang gembur dan porous
Jumlah marga dan jenis Dipterocarpaceae (dicirikan oleh nilai BD < 0,8 g/cm3) namun
di Asia memiliki diversitas lebih tinggi dibanding memiliki sifat smeary di tanah lapisan atasnya
Afrika dan Amerika (Symington, 1943). Jenis (terutama pada tanah yang berwarna
Dipterocarpaceae umumnya berupa pohon gelap/hitam). Dilihat dari sisi kesuburan
menjulang (emergent tress) yang tanahnya Kawasan Ekosistem Leuser memiliki
pertumbuhanya lambat. Apabila jenis-jenis ini indikator tingkat kesuburan tanah yang baik

794
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

ditandai dengan kadar bahan organik tanah fungsi utama melindungi kelestarian sumber
yang sangat tinggi, pH tanah cenderung sesuai daya lingkungan hidup yang mencakup sumber
bagi tanaman dataran rendah sampai tinggi, daya alam dan sumber daya buatan yang terdiri
sehingga wajar apabila Kawasan Ekosistem dari kawasan suaka alam dan kawasan
Leuser memiliki keanekaragaman jenis pelestarian alam. Dari hasil penelitian di
tumbuhan yang tinggi. Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh
Tamiang ditemukan 33 jenis tanaman yang
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan memiliki fungsi ekonomi diantaranya hasil hutan
Ekonomis Berfungsi Ekologis di Kawasan kayu dan hasil hutan non kayu. Data
Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang keanekaragaman tanaman ekonomis berfungsi
Kawasan Ekosistem Leuser di wilayah ekologis dapat dilihat pada Tabel 3.
Aceh adalah kawasan yang ditetapkan dengan

Tabel 3. Keanekaragaman Jenis Tanaman Ekonomis Berfungsi Ekologis di KEL Kabupaten


Aceh Tamiang
Fungsi
No Jenis Family
Ekonomi Ekologi
1 Araucariacea
Agathis dammara √* √
e
2 Aglaia sp Alangiaceae √* √
3 Aleurites Euphorbiace
√* √
moluccana ae
4 Aquilaria Thymelaecea
√ √
malacensis e
5 Euphorbiace
Aporosa sp √* √
ae
6 Artocarpus sp Moraceae √* √***
7 Ardisia fuliginosa Myrsinaceae √* √***
8 Phyllantacea
Baccaurea sp √* √
e
9 Baccaurea Phyllantacea
√* √
sumatrana e
10 Baccaurea Phyllantacea
√* √
macrocarpa e
11 Castanopsis sp Fagaceae √* √
12 Canarium sp Burseraceae √* √
13 Calophyllum sp Clusiaceae √ √
14 Calophyllum
Clusiaceae √ √
soulattri
15 Cinnamomum sp Lauraceae √ √
16 Cinnamomum √
Lauraceae √
burmanii
17 Bambacacea √
Durio griffithii √*
e
18 Ficus sp Moraceae √ √**/***
19 Garcinia parvifolia Guttiferae √* √**
20 Litsea sp Lauraceae √ √
21 Lithocarpus sp Fagaceae √ √

795
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

Fungsi
No Jenis Family
Ekonomi Ekologi
22 Lithocarpus √
Fagaceae √
gracilis
23 Euphorbiace √
Macaranga triloba √*
ae
24 Nephelium sp Sapindaceae √* √
25 Nephelium √
Sapindaceae √*
mutabile
26 Palaquium √
Sapotaceae √*
dasyphyllum
27 Polyalthalia sp Annonaceae √ √
28 Dipterocarpa √
Shorea sp √
ceae
29 Dipterocarpa √
Shorea replosula √
ceae
30 Shorea Dipterocarpa √

maxiwelliana ceae
31 Schima wallichii Theaceae √ √**
32 Swintonia Anacardiace √**

schwenkii ae
33 Xanthophyllum sp Polygalaceae √ √
Keterangan : *= Hasil hutan non kayu; ** = Penyerab CO2; ***=Konservasi tanah dan air

Dari Tabel 3, sebanyak 17 jenis tumbuhan rumah kaca antara lain dengan menggunakan
merupakan tumbuhan ekonomis berupa hasil biofuel, penghematan bahan bakar minyak dan
hutan non kayu dan 16 jenis tumbuhan berupa penyerapan gas CO2 menggunakan bahan
hasil hutan kayu. Dari 33 jenis tumbuhan kimia dan tanaman (Purba, 2012).
ekonomis, 4 jenis tumbuhan adalah tumbuhan 4 jenis tanaman ekonomis yang
ekologis yang berfungsi sebagai penyerap berfungsi sebagai penyerap CO2 adalah Ficus
karbon (CO2), dan 3 jenis tumbuhan berfungsi sp, Garcinia parvifolia, Swintonia schwenkii dan
sebagai konservasi tanah dan air, sedangkan Schima wallichii. Ficus sp mampu menyerap
tumbuhan ekologis lainnya memiliki fungsi CO2 sebanyak 535,90 kg/Tahun, Garcinia
umum ekosistem hutan. parvifolia mampu menyerap CO2 sebanyak
Karbon dioksida merupakan salah satu 221,18 kg/Tahun, Swintonia schwenkii mampu
penyebab utama efek rumah kaca dengan menyerap CO2 sebanyak 295,73 kg/Tahun dan
perkiraan 50% tertimbun di atmosfer. Schima wallichii mampu menyerap CO2
Kemampuan tanaman dalam menyerap CO2 sebanyak 63,31 kg/Tahun.
berlangsung pada proses fotosintesis dengan Tiap jenis tanaman memiliki daya serap
peranan stomata yang memungkinkan yang berbeda hal ini dipengaruhi oleh banyak
masuknya CO2 pada tanaman. Pemilihan faktor diantaranya luas daun, ketebalan relatif
tanaman yang tepat di taman kota dapat daun, jumlah stomata, umur tanaman dan faktor
mengurangi kadar CO2 yang tinggi di udara. lingkungan tempat tanaman tersebut tumbuh.
Rata-rata kadar CO2 di atmosfer Stomata peka terhadap tingkat CO2 yang
mencapai 387 ppm (Indah dkk, 2010). Ada berada diantara sel, tetapi tidak terhadap
berbagai upaya untuk mengurangi dampak efek

796
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

konsentrasi CO2 di permukaan daun dan di pori sebagai indikator proses terjadinya suksesi
stomata (Salisbury & Ross 1995). hutan. Proses penyebaran Ficus di alam
Menurut Nurbiah (2012) Pepohonan merupakan peran dari satwaliar yang memakan
yang ada di Kawasan Ekosistem Leuser bijinya. Biasanya satwa yang berperan besar
berfungsi sebagai penahan air hujan agar dalam proses penyebaran Ficus di alam adalah
sempat diserap oleh tanah dan tidak hanya primata dan jenis burung pemakan biji. Satwa
menjadi aliran air permukaan yang dapat tersebut memakan biji beringin, kemudian
mencuci hara yang ada dilapisan tanah bagian membuangnya melalui feces atau mulutnya di
atas. Air yang diserap oleh tanah sebagian akan tempat yang berbeda dari tempat asal induk
menjadi air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh beringinnya. Biji tersebut akan berkecambah di
tumbuhan diatasnya dan juga sebagai sumber tanah ataupun menjadi parasit pada tanaman
air yang dapat mengalir di dalam tanah sebagai lain (hemiepifit).
aliran sungai. Selanjutnya Nuribadah (2012)
Kawasan Ekosistem Leuser juga memberikan Hasil Hutan Non Kayu di Kawasan Ekosistem
hasil hutan non-kayu yang sangat bernilai Leuser Kabupaten Aceh Tamiang
ekonomis. Beberapa hasil hutan non-kayu Tumbuhan berperan penting dalam
yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat kehidupan manusia. Tumbuhan merupakan
seperti damar, meranti, jerendang, kemiri, buah- sumber bahan pangan, papan, sandang, obat-
buahan dan obat-obatan. obatan, kerajinan dan sebagainya. Menurut
Ficus sp memiliki 2 fungsi ekologis Purwanto dkk (2003) terdapat 3 kelompok
sekaligus yaitu penyerap CO2 dan konservasi penggunaan produk hasil hutan non kayu yaitu
tanah dan air. Beringin-beringinan (Ficus spp.) masyarakat lokal, konsumen urban dan
merupakan tumbuhan yang memiliki perusahaan. Lebih lanjut dikemukanan bahwa
kemampuan hidup dan beradaptasi dengan masyarakat pedesaan merupakan kelompok
bagus pada berbagai kondisi lingkungan terbesar pengguna hasil hutan non kayu. Hasil
termasuk di kawasan Kart yang ekstrem. hutan non kayu di Kawasan Ekosistem Leuser
Keberadaan tumbuhan beringin-beringinan dapat dilihat pada Tabel 4.
pada kawasan hutan alami seringkali digunakan

Tabel 4. Hasil Hutan Non Kayu di Kawasan Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang
Bagian yang
No Jenis Family Kegunaan
digunakan
1 Pewarna, minyak atsiri,
Agathis dammara Araucariaceae Getah resin, lilin,
kosmetik, plastik
2 Aglaia sp Alangiaceae Daun Tumbuhan obat
3 Aleurites Pakan, minyak, tanaman
Euphorbiaceae Biji / Buah
moluccana obat
6 Aporosa sp Euphorbiaceae Buah Tanamn obat
7 Artocarpus sp Moraceae Buah Pakan
8 Ardisia fuliginosa Myrsinaceae Biji/Buah Tanaman obat
9 Baccaurea sp Phyllantaceae Buah Buah-buahan
10 Baccaurea Buah-buahan
Phyllantaceae Buah
sumatrana
11 Baccaurea Buah-buahan
Phyllantaceae Buah
macrocarpa

797
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

Bagian yang
No Jenis Family Kegunaan
digunakan
12 Castanopsis sp Fagaceae Buah Buah-buahan
13 Canarium sp Burseraceae Buah Buah-buahan
18 Durio griffithii Bambacaceae Buah Buah-buahan
19 Durio sp Malvaceae Buah Buah-buahan
21 Garcinia parvifolia Guttiferae Buah, Getah Buah-buahan
25 Macaranga triloba Euphorbiaceae Buah Pakan
26 Nephelium sp Sapindaceae Buah Pakan
27 Nephelium
Sapindaceae Buah Pakan
mutabile

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 27 rasa senang merupakan ungkapan makna atau
jenis tanaman hasil hutan non kayu di Kawasan nilai sumberdaya hutan yang diperoleh,
Ekosistem Leuser. Diantara 27 jenis tanaman, 2 dirasakan oleh individu atau masyarakat
tanaman berfungsi sebagai resin dan minyak tersebut. Ukuran nilai ini dapat diekspresikan
atsiri dengan nilai jual tinggi yaitu Agathis oleh waktu, tenaga, barang atau uang, dimana
dammara dan Aleurites moluccana. Agathis seseorang bersedia memberikannya untuk
dammara (damar) ditanam untuk diambil memperoleh, memiliki atau menggunakan
resinnya, yang diolah menjadi kopal. Resin ini barang dan jasa yang dinilai.
adalah getah yang keluar tatkala kulit
(pepagan) atau kayu damar dilukai. Getah akan
mengalir keluar dan membeku setelah kena KESIMPULAN
udara beberapa waktu lamanya. Lama-
kelamaan getah ini akan mengeras dan dapat Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
dipanen yang dikenal sebagai kopal sadapan. 1. Ditemukan 68 jenis tumbuhan, dengan
Getah juga diperoleh dari deposit damar yang jumlah individu tertinggi adalah Syzigium
terbentuk dari luka-luka alami, di atas atau di sp (Myrtaceae) sebanyak 33 individu,
bawah tanah; jenis yang ini disebut kopal galian. Cinnamomum burmanii (Lauraceae)
Hasil hutan yang banyak dimanfaatkan sebanyak 21 individu dan Cinnamomum sp
masyarakat di sekitar Hutan Kawasan (Lauraceae) sebanyak 21 individu
Ekosistem Leuser Kabupaten Aceh Tamiang 2. Ditemukan 33 jenis tumbuhan yang
adalah cempedak, mahoni, durian, jengkol, berfungsi secara ekonomi dan ekologis, 17
akasia, asam gelugur dan pinang. Sebagian jenis tumbuhan merupakan tumbuhan
besar dari spesies penting tersebut ditemukan ekonomis berupa hasil hutan non kayu dan
didalam hutan, sedangkan sebagian lainnya 16 jenis tumbuhan berupa hasil hutan kayu
ditanam di kebun dan pekarangan. 3. Dari 33 jenis tumbuhan ekonomis, 4 jenis
Menurut Field dan Martha (2002) nilai tumbuhan adalah tumbuhan ekologis yang
sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh suatu berfungsi sebagai penyerap karbon (CO2),
masyarakat di tempat tertentu akan beragam, dan 3 jenis tumbuhan berfungsi sebagai
tergantung kepada persepsi setiap anggota konservasi tanah dan air, sedangkan
masyarakat tersebut, demikian juga keragaman tumbuhan ekologis lainnya memiliki fungsi
nilai akan terjadi antara masyarakat yang umum ekosistem hutan
berbeda. Kegunaan, kemanfaatan, kepuasan,

798
SEMNAS BIOETI KE-4 & KONGRES PTTI KE-12, Padang, 15-17 September 2017

4. Ditemukan 21 jenis tumbuhan yang MacKinon,1986. Pengelolaan Kawasan yang


merupakan hasil hutan non kayu di Dilindungi di Daerah Tropika
kawasan ekosistem leuser, yang paling (Terjemahan). Yogyakarta: Gadjah
banyak digunakan masyarakat adalah Mada University Press.
Agathis dammara, Aglaia sp dan Aleurites Soerianegara dan Indrawan. 2005. Ekologi
moluccana Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Unit Manajemen Leuser (UML). 1998. Sekilas
UCAPAN TERIMA KASIH tentang Kawasan Ekosistem Leuser.
Program Pengembangan Leuser.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kerjasama antara Pemerintah
Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Indonesia dan Uni Eropa, Unit
Tinggi yang telah memberikan bantuan dana Manajemen Leuser, Medan..
kepada peneliti untuk melakukan penelitian ini. Consortium SAFEGE. 2014. An Appraisal of the
Aceh Provincial Spatial Plan and
Options for Review Specific Contract
DAFTAR PUSTAKA No: 2014/349451. Consortium
SAFEGE, Brussels, Belgium
Jurnal Yakin. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan
Balai Besar TNGL. 2010. Analisis Kerusakan Lingkungan. Jakarta : Akademi Presindo
Hutan di Kawasan Hutan Taman
Nasional Gunung Leuser. Buletin Jejak Diktat
Leuser, Menapak Alam Konservasi Bahruni. 1999. Diktat Penilaian Sumberdaya
bersama TNGL. Vol.3 No.12. ISSN Hutan dan Lingkungan. Bogor: Fakultas
1858-4268. Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Djufri. 2015. Ekosistem Leuser Di Provinsi Aceh
sebagai Laboratorium Alam yang Keputusan Presiden
Menyimpan Kekayaan Biodiversitas Keputusan Presiden (Keppres) No.33 tahun
untuk Diteliti dalam Rangka Pencarian 1998 tentang Pengelolaan Kawasan
Bahan Baku Obat-Obatan. Prosiding Ekosistem Leuser
Seminar Masyarakat Biodiversity
Indonesia. Volume 1, Nomor 7, Oktober Keputusan Menteri
2015. ISSN: 2407-8050. Keputusan (SK) Menteri Kehutanan
No.227/Kpts-II/1995 Tentang Specific
Buku Contract No. 2014/349451 15
Field dan Martha. 2002. Environmental Pemberian Izin (Izin Kegiatan)
Economics. New York: McGraww-Hill Pengelolaan kepada Yayasan Leuser
Companies Inc. Internasional untuk Mengkonservasikan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Mengembangkan Kawasan
(FK-IPB). 1999. Nilai Ekonomi Ekosistem Leuser yang terletak di
Keanekaragaman hayati. Provinsi Daerah Istimewa Aceh dan
Bogor:Fakultas Pertanian Institut Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera
Pertanian Bogor. Utara

799

Anda mungkin juga menyukai