Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan negara yang dilewati oleh
garis katulistiwa yang memiliki kekayaan alam sangat melimpah, beragam kebudayaan, adat
istiadat,suku, ras,bahasa dan lain-lain.
Indonesia merdeka pada tahun 1945 setelah melalui begitu banyak halangan dan
rintangan. Setelah merdeka, ada beberapa daerah yang ingin memisahkan diri dari negara
indonesia. Namun indonesia tidak begitu saja melepaskan daerah-daerah itu dengan mudah
untuk mendirikan negara baru.
Keutuhan bangsa dan negara indonesia harus tetap dijaga secara utuh. Dengan adanya
Pancasila, seluruh rakyat indonesia yang berasal dari beragam latar belakang kebudayaan,
adat istiadat, suku, ras, dan bahasa dapat dipersatukan.
Dalam makalah ini kami membahas tentang NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) secara luas untuk menambah wawasan dalam proses pembelajaran mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, walaupun masih
terdapat banyak kekurangan.
Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sejumlah agama di Indonesia berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan
budaya. Di tahun 2000, kira-kira 86,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah
pemeluk Islam, 8,7% Protestan, 3% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% kepercayaan lainnya.
Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih
dan mempraktikkan kepercayaannya” dan “menjamin semuanya akan kebebasan untuk
menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”.Pemerintah, bagaimanapun, secara resmi
hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan
Konghucu. Dengan banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia,
konflik antar agama sering kali tidak terelakkan. Lebih dari itu, kepemimpinan politis
Indonesia memainkan peranan penting dalam hubungan antar kelompok maupun golongan.
Program transmigrasi secara tidak langsung telah menyebabkan sejumlah konflik di wilayah
timur Indonesia. Berdasarkan sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama
keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok,
Portugal, Arab, dan Belanda. 
1.2 Ruang Lingkup
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui
konsep dasar dari “Negara Kesatuan Republik Indonesaia” yaitu :
1. Sejarah NKRI.
2. Masuknya agama di Indonesia.
3. Perkembangan agama di Indonesia.

1.3 Maksud dan Tujuan


Berdasarkan dalam latar belakang bertujuan untuk :
1. Mengetahui konsep agama yang ada di Indonesia.
2. Mengetahui sejarah NKRI.
3. Mengetahui perkembangan sejarah agama yang ada di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah NKRI


2.1.1 Terbentuknya NKRI
Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ditandai dengan
dibacakannya teks proklamasi oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun
proklamasi itu sendiri merupakan rangkaian peristiwa yang melatarbelakangi
terjadinya proklamasi tersebut. Bagaimana kronologis lahirnya atau terbentuknya
Negara Kesatuan Republik Indonesia itu? Mari kita simak bersama rangkaian
kronologis yang kami ulas secara singkat padat berikut ini.
1.) 29 April 1945
06 Agustus 1945 
Sebuah bom atom meledak di kota Hiroshima, Jepang. Pada saat itu, padahal Jepang
sedang menjajah Indonesia.
2.) 07 Agustus 1945
BPUPKI kemudian berganti pada tanggal menjadi PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) atau dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi inkai
3.) 9 Agustus 1945
Bom atom kedua kembali dijatuhkan di kota Nagasaki yang membuat Negara Jepang
Menyerah Kepada Amerika Serikat. Momen ini dimanfaatkan Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. 
4.) 10 Agustus 1945
Sutan Syahrir mendengar lewat radio bahwa Jepang telah menyerah pada sekutu, yang
membuat para pejuang Indonesia semakin mempersiapkan kemerdekaannya. saat
kembalinya Soekarno dari Dalat, sutan syahrir mendesak kemerdekaan Indonesia. 
5.) 15 Agustus 1945 
Jepang benar-benar menyerah pada Sekutu. 
6.) 16 Agustus 1945 
Dinihari Para pemuda membawa Soekarno beserta keluarga dan Hatta ke Rengas
Dengklok dengan tujuan agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Wikana dan Mr. Ahmad Soebarjo di Jakarta menyetujui untuk memproklamasikan
Kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu diutuslah Yusuf Kunto menjemput Soekarno
dan keluarga dan juga Hatta. Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta awalnya ia dibawa
ke rumah nishimura baru kemudian di bawa kembali ke rumah Laksamana Maeda.
untuk membuat konsep kemerdekaan. Teks porklamasi pun disusun pada dini hari yang
diketik oleh Sayuti Malik. 
7.) 17 Agustus 1945 
Pagi hari di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Teks proklamasi
dibacakan tepatnya pada pukul 10:00 WIB dan dikibarkanlah Bendera Merah Putih
yang dijahit oleh Istri Soekarno, Fatmawati. Peristiwa tersebut disambut gembira oleh
seluruh rakyat Indonesia.
8.) 18 Agustus 1945
PPKI mengambil keputusan, mengesahkan UUD 1945, dan terbentuknya NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta terpilihnya Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Republik Indonesia.

2.1.2 Hakikat Negara


Pengertian Negara. Manusia dalam merealiasisikan dan meningkatkan
harkat dan martabatnya tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh
karena itu manusia sebagai makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain
dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah manusia membentuk suatu
persekutuan hidup yang disebut negara. Menurut Harold J. Laski, bahwa negara
adalah suatu masyarakat yang intregasikan karena memiliki wewenang yang
bersifat Mamasa yang secara sah lebih tinggi dari pada individu atau kelompok-
kelompok yang ada dalam negara, jikalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh
individu maupun oleh kelompok ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat
mengikat dan memaksa. Berdasarkan  pengertian tersebut, maka unsur-unsur
negara adalah: wilayah, rakyat (penduduk), pemerintahan, dan kedaulatan
(Budiraharjo, 1981: 42-44.

Menunjukkan perilaku menjaga keutuhan NKRI dengan rasa menanamkan rasa


kecintaan dan kesadaran untuk selalu menjaganya yaitu :
1. Indonesia adalah milikku
2. Kemerdekaan adalah hakku
3. Bangsa Indonesia adalah keluarga besarku

Memupuk Sikap cinta tanah air dalam berbagai kehidupan ditunjukkan oleh para
pahlawan bangsa dengan sikap rela berkorban dan kita bisa mengaplikasikannya
dengan kehidupan sehari-hari :
1. Bangga sebagai bangsa Indonesia
2. Menjaga nama baik tanah air Indonesia
3. Menciptakan kerukunan antar umat beragama

2.1.3 Negara Kebangsaan Pancasila


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang, sejak zaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh
bangsa asing selama tiga setengah abad. Unsur masyarakat yang membentuk
bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, berbagai macam
adat-istiadat kebudayaan dan agama, serta berdiam dalam suatu wilayah yang
terdiri dari beribu-ribu pulau. Oleh karena itu, keadaan yang beraneka ragam
tersebut bukanlah merupakan suatu perbedaan untuk dipertentangkan, melainkan
perbedaan itu justru merupakan suatu daya penarik ke arah suatu kerjasama
persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesis dan sinergi yang positif, sehingga
keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur.
Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia
adalah sebagai berikut:
a.      Kesatuan Sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu
proses sejarah, yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit,
kemudian datang penjajah, tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya
memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus
1945, dalam suatu wilayah negara Republik Indonesia.
b.      Kesatuan Nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki
kesamaan nasib yaitu penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad dan
memperjuangkan demi kemerdekaan secara bersama dan akhirnya
mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia Tuhan Yang Maha Esa
tentang kemerdekaan.
c.       Kesatuan Kebudayaan: Walaupun bangsa Indonesia memiliki
keanekaragaman kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan satu
kebudayaan yaitu kebudayaan nasional Indonesia. Jadi, kebudayaan nasional
Indonesia tumbuh dan bekembang di atas akar-akar kebudayaan daerah yang
menyusunnya.
d.      Kesatuan Wilayah: bangsa ini hidup dari mencapai penghidupan dalam
wilayah Ibu Pertiwi, yaitu satu tumpah darah Indonesia.
e.       Kesatuan Asas Kerokhanian: bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki
kesamaan cita-cita, kesamaan pandangan hidup dan  filsafat hidup yang
berakar dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri yaitu pandangan
hidup Pancasila (Notonegoro, 1975:106).

2.2 Masuknya Agama di Indonesia


Berdasarkan sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman
agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab,
dan Belanda.  Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat
untuk menyesuaikan kultur di Indonesia
Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi
ketika pedagang dari India datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi, membawa agama
mereka. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta
Brahmana yang memuja Siva. Pedagang juga mengembangkan ajaran Buddha pada abad
berikut lebih lanjut dan sejumlah ajaran Buddha dan Hindu telah mempengaruhi kerajaan-
kerajaan kaya, seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan Sailendra.Sebuah candi Buddha
terbesar di dunia, Borobudur, telah dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama,
begitu pula dengan candi Hindu, Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan Hindu-Jawa,
Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman keemasan dalam
sejarah Indonesia.
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 M.  Berasal dari Gujarat, India, Islam
menyebar sampai pantai barat Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa.
Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang, Mataram
dan Banten. Pada akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan Islam telah dibentuk, mencerminkan
dominasi Islam di Indonesia. Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa
Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan
oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran.
Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan
tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan
Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum
misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris
ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi
pemeluk Protestan.
Perubahan penting terhadap agama-agama juga terjadi sepanjang era Orde Baru. Antara
tahun 1964 dan 1965, ketegangan antara PKI dan pemerintah Indonesia, bersama dengan
beberapa organisasi, mengakibatkan terjadinya konflik dan pembunuhan terburuk di abad ke-
20.  Atas dasar peristiwa itu, pemerintahan Orde Baru mencoba untuk menindak para
pendukung PKI, dengan menerapkan suatu kebijakan yang mengharuskan semua untuk
memilih suatu agama, karena kebanyakan pendukung PKI adalah ateis.Sebagai hasilnya, tiap-
tiap warganegara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang
menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama secara
massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status pengenal agama, banyak orang Tionghoa
juga berpindah ke Kristen atau Buddha.

2.3 Perkembangan Agama di Indonesia


Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku
bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa
Indonesia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut
antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya
dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya
agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang
berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial
budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
Dalam masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia, terdapat negara-negara
yang bercorak Indonesia-Hindu. Di Sumatra terdapat kerajaan Sriwijaya dan Melayu; di
Jawa, Majapahit; di Sunda, Pajajaran; dan di Kalimantan, Daha dan Kutai. Agama Islam yang
datang ke Indonesia mendapat perhatian khusus dari kebanyakan rakyat yang telah memeluk
agama Hindu. Agama Islam dipandang lebih baik oleh rakyat yang semula menganut agama
Hindu, karena Islam tidak mengenal kasta, dan Islam tidak mengenal perbedaan golongan
dalam masyarakat. Daya penarik Islam bagi pedagang-pedagang yang hidup di bawah
kekuasaan raja-raja Indonesia-Hindu agaknya ditemukan pada pemikiran orang kecil. Islam
memberikan sesuatu persamaan bagi pribadinya sebagai anggota masyarakat muslim.
Sedangkan menurut alam pikiran agama Hindu, ia hanyalah makhluk yang lebih rendah
derajatnya daripada kasta-kasta lain. Di dalam Islam, ia merasa dirinya sama atau bahkan
lebih tinggi dari pada orang-orang yang bukan muslim, meskipun dalam struktur masyarakat
menempati kedudukan bawahan.
Proses islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya dukungan dua
pihak: orang-orang muslim pendatang yang mengajarkan agama Islam dan golongan
masyarakat Indonesia sendiri yang menerimanya. Dalam masa-masa kegoncangan politik ,
ekonomi, dan sosial budaya, Islam sebagai agama dengan mudah dapat memasuki & mengisi
masyarakat yang sedang mencari pegangan hidup, lebih-lebih cara-cara yg ditempuh oleh
orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam, yaitu menyesuaikan dengan kondisi
sosial budaya yang telah ada. Dengan demikian, pada tahap permulaan islamisasi dilakukan
dengan saling pengertian akan kebutuhan & disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya.
Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang,
yang sebenarnya menjadikan faktor ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk
berkunjung ke Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan pelayaran
dan perdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian barat, tenggara, dan timur Asia.
Kedatangan pedagang-pedagang muslim seperti halnya yang terjadi dengan perdagangan
sejak zaman Samudra Pasai dan Malaka yang merupakan pusat kerajaan Islam yang
berhubungan erat dengan daerah-daerah lain di Indonesia, maka orang-orang Indonesia dari
pusat-pusat Islam itu sendiri yang menjadi pembawa dan penyebar agama Islam ke seluruh
wilayah kepulauan Indonesia.
Tata cara islamisasi melalui media perdagangan dapat dilakukan secara lisan dengan
jalan mengadakan kontak secara langsung dengan penerima, serta dapat pula terjadi dengan
lambat melalui terbentuknya sebuah perkampungan masyarakat muslim terlebih dahulu. Para
pedagang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri, berkumpul dan menetap, baik untuk
sementara maupun untuk selama-lamanya, di suatu daerah, sehingga terbentuklah suatu
perkampungan pedagang muslim. Dalam hal ini orang yang bermaksud hendak belajar agama
Islam dapat datang atau memanggil mereka untuk mengajari penduduk pribumi.
Selain itu, penyebaran agama Islam dilakukan dgn cara perkawinan antara pedagang
muslim dgn anak-anak dari orang-orang pribumi, terutama keturunan bangsawannya. Dengan
perkawinan itu, terbentuklah ikatan kekerabatan dgn keluarga muslim.
Media seni, baik seni bangunan, pahat, ukir, tari, sastra, maupun musik, serta media
lainnya, dijadikan pula sebagai media atau sarana dalam proses islamisasi. Berdasarkan
berbagai peninggalan seni bangunan dan seni ukir pada masa-masa penyeberan agama Islam,
terbukti bahwa proses islamisasi dilakukan dgn cara damai. Kecuali itu, dilihat dari segi ilmu
jiwa dan taktik, penerusan tradisi seni bangunan dan seni ukir pra-Islam merupakan alat
islamisasi yang sangat bijaksana dan dengan mudah menarik orang-orang nonmuslim untuk
dengan lambat-laun memeluk Islam sebagai pedoman hidupnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, golongan penerima dapat menjadi pembawa atau
penyebar Islam untuk orang lain di luar golongan atau daerahnya. Dalam hal ini, kontinuitas
antara penerima dan penyebar terus terpelihara dan dimungkinkan sebagai sistem pembinaan
calon-calon pemberi ajaran tersebut. Biasanya santri-santri pandai, yang telah lama belajar
seluk-beluk agama Islam di suatu tempat dan kemudian kembali ke daerahnya, akan menjadi
pembawa dan penyebar ajaran Islam yang telah diperolehnya. Mereka kemudian mendirikan
pondok-pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga yang penting dalam
penyebaran agama Islam.
Agama Islam juga membawa perubahan sosial dan budaya, yakni memperhalus dan
memperkembangkan budaya Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di berbagai
daerah di Indonesia selalu terjadi, meskipun kadang-kadang dalam taraf permulaan
mengalami proses pertentangan dalam masyarakat. Meskipun demikian, proses islamisasi di
berbagai tempat di Indonesia dilakukan dengan cara yang dapat diterima oleh rakyat
setempat, sehingga kehidupan keagamaan masyarakat pada umumnya menunjukkan unsur
campuran antara Islam dengan kepercayaan sebelumnya. Hal tersebut dilakukan oleh
penyebar Islam karena di Indonesia telah sejak lama terdapat agama (Hindu-Budha) dan
kepercayaan animisme.
Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan
bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui perdagangan sebagai
sarana dakwah oleh para mubalig atau orang-orang alim. Kadang-kadang pula golongan
bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik untuk mempertahankan atau mencapai
kedudukannya, terutama dalam mewujudkan suatu kerajaan Islam.
Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula
dengan kerajaan-kerajaan dan daerah yang didatanginya, ia mempunyai situasi politik dan
sosial budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya
pada sekitar abad ke-7 dan ke-8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh para pedagang muslim
dalam pelayarannya ke negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita
Cina zaman T’ang pada abad-abad tersebut, diduga masyarakat muslim telah ada, baik di
kanfu (kanton) maupun di daerah Sumatra sendiri. Perkembangan pelayaran dan perdagangan
yang bersifat internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat atau timur mungkin
disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayah di bagian barat maupun
kerajaan Cina zaman dinasti T’ang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.
Adalah suatu kemungkinan bahwa menjelang abad ke-10 para pedagang Islam telah menetap
di pusat-pusat perdagangan yang penting di kepulauan Indonesia, terutama di pulau-pulau
yang terletak di Selat Malaka, terusan sempit dalam rute pelayaran laut dari negeri-negeri
Islam ke Cina. Tiga abad kemudian, menurut dokumen-dokumen sejarah tertua, permukiman
orang-orang Islam didirikan di Perlak dan Samudra Pasai di Timur Laut pantai Sumatra.
Saudagar-saudagar dari Arab Selatan semenanjung tanah Arab yang melakukan
perdagangan ke tanah Melayu sekitar 630 M (tahun kesembilan Hijriah) telah menemui
bahwa di sana banyak yang telah memeluk Islam. Hal ini membuktikan bahwa Islam telah
masuk ke Indonesia sejak abad-abad pertama Hijriah, atau sekitar abad ke tujuh dan
kedelapan Masehi yang dibawa langsung oleh saudagar dari Arab. Dengan demikian, dakwah
Islam telah tiba di tanah Melayu sekitar tahun 630 M tatkala Nabi Muhammad saw. masih
hidup. Keterangan lebih lanjut tentang masuknya Islam ke Indonesia ditemukan pada berita
dari Marcopolo, bahwa pada tahun 1292 ia pernah singgah di bagian utara daerah Aceh dalam
perjalanannya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Di Perlak ia menjumpai penduduk yang
telah memeluk Islam dan banyak para pedagang Islam dari India yang giat menyebarkan
agama itu.
Para pedagang muslim menjadi pendukung daerah-daerah Islam yang muncul kemudian,
dan daerah yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam ialah Samudra
Pasai di pesisir timur laut Aceh. Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang
pertama diperkirakan mulai abad ke-13. Hal itu dimungkinkan dari hasil proses islamisasi di
daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi para pedagang muslim sejak abad ketujuh.
Sultan yang pertama dari kerajaan Islam Samudra Pasai adalah Sultan Malik al-Saleh yang
memerintah pada tahun 1292 hingga 1297. Sultan ini kemudian digantikan oleh putranya
yang bernama Sultan Muhammad Malik az-Zahir. Kerajaan Islam Samudra Pasai menjadi
pusat studi agama Islam dan meru pakan tempat berkumpul para ulama Islam dari berbagai
negara Islam untuk berdis kusi tentang masalah-masalah keagamaan dan masalah
keduniawian. Berdasarkan berita dari Ibnu Batutah, seorang pengembara asal Maroko yang
mengunjungi Samudra Pasai pada 1345, dikabarkan bahwa pada waktu ia mengunjungi
kerajaan itu, Samudra Pasai berada pada puncak kejayaannya. Dari catatan lain yang
ditinggalkan Ibnu Batutah, dapat diketahui bahwa pada masa itu kerajaan Samudra Pasai
merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal datang dari Tiongkok dan
India serta dari tempat-tempat lain di Indonesia, singgah dan bertemu untuk memuat dan
membongkar barang-barang dagangannya.
Kerajaan Samudera Pasai makin berkembang dalam bidang agama Islam, politik,
perdagangan, dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka makin ramai, sehingga di Malaka pun
sejak abad ke-14 timbul corak masyarakat muslim. Perkembangan masyarakat muslim di
Malaka makin lama makin meluas dan akhirnya pada awal abad ke-15 berdiri kerajaan Islam
Malaka. Para penganut agama Islam diberi hak-hak istimewa, bahkan telah dibangunkan
sebuah masjid untuk mereka. Para pedagang yang singgah di Malaka kemudian banyak yang
menganut agama Islam dan menjadi penyebar agama Islam ke seluruh kepulauan Nusantara,
tempat mereka mengadakan transaksi perdagangan.
Kerajaan Malaka pertama kali didirikan oleh Paramisora pada abad ke-15. Menurut
cerita, sesaat sebelum meninggal dalam tahun 1414, Paramisora masuk Islam, kemudian
berganti nama menjadi Iskandar Syah. Selanjutnya, kerajaan Malaka dikembangkan oleh
putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah (1414–1445). Pengganti Muhammad
Iskandar Syah adalah Sultan Mudzafar Syah (1445–1458). Di bawah pemerintahannya,
Malaka menjadi pusat perdagangan antara Timur dan Barat, dengan kemajuan-kemajuan yang
sangat pesat, sehingga jauh meninggalkan Samudra Pasai. Usaha mengembangkan Malaka
hingga mencapai puncak kejayaannya dilakukan oleh Sultan Mansyur Syah (1458–1477)
sampai pd masa pemerintahan Sultan Alaudin Syah (1477–1488).
Sementara itu, kedatangan pengaruh Islam ke wilayah Indonesia bagian timur (Sulawesi
dan Maluku) tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang antara pusat lalu
lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak
abad ke-14, Islam telah sampai ke daerah Maluku. Disebutkan bahwa kerajaan Ternate ke-12,
Molomateya (1350–1357), bersahabat karib dengan orang Arab yg memberinya petunjuk
dalam pembuatan kapal, tetapi agaknya tidak dalam kepercayaan.
Pada masa pemerintahan Marhum di Ternate, datanglah seorang raja dari Jawa yang
bernama Maulana Malik Husayn yang menunjukkan kemahiran menulis huruf Arab yang
ajaib seperti yang tertulis dalam Alquran. Hal ini sangat menarik hati Marhum dan orang-
orang di Maluku. Kemudian, ia diminta oleh mereka agar mau mengajarkan huruf-huruf yang
indah itu. Sebaliknya, Maulana Malik Husayn mengajukan permintaan, agar mereka tidak
hanya mempelajari huruf Arab, melainkan pula diharuskan mempelajari agama Islam.
Demikianlah Maulana Malik Husayn berhasil mengislamkan orang-orang Maluku. Raja
Ternate yang dianggap benar-benar memeluk Islam adalah Zainal Abidin (1486–1500).
Dari ketiga pusat kegiatan Islam itulah, maka Islam menyebar dan meluas memasuki
pelosok-pelosok kepulauan Nusantara. Penyebaran yang nyata terjadi pada abad ke-16. Dari
Malaka, daerah Kampar, Indragiri, dan Riau menjadi Islam. Dari Aceh, Islam meluas sampai
ke Minangkabau, Bengkulu, dan Jambi. Dimulai sejak dari Demak, maka sebagian besar
Pulau Jawa telah menganut agama Islam.
Banten yang diislamkan oleh Demak meluaskan dan menyebarkan Islam ke Sumatra
Selatan. Di Kalimantan, kerajaan Brunai yang pada abad ke-16 menjadi Islam, meluaskan
penyebaran Islam di bagian barat Kalimantan dan Filipina. Sedangkan Kalimantan Selatan
mendapatkan pengaruh Islam dari daratan Jawa. Dari Ternate semakin meluas meliputi pulau-
pulau di seluruh Maluku serta daerah pantai timur Sulawesi. Pada abad ke-16 di Sulawesi
Selatan berdiri kerajaan Goa. Demikianlah pada akhir abad ke-16 dapat dikatakan bahwa
Islam telah tersebar dan mulai meresapkan akar-akarnya di seluruh Nusantara.
Meresapnya Islam di Indonesia pada abad ke-16 itu bersamaan pula dengan
ditanamkannya benih-benih agama Katolik oleh orang-orang Portugis. Bangsa Portugis ini
dikenal sebagai penentang Islam dan pemeluk agama Katolik fanatik. Maka, di setiap tempat
yang mereka datangi, di sanalah mereka berusaha mendapatkan daerah tempat persemaian
bagi agama Katolik. Hal ini menurut tanggapan mereka merupakan suatu tugas dan kewajiban
yang mendapat dorongan dari pengalaman mereka menghadapi Islam di negeri mereka
sendiri. Ketika pertahanan Islam terakhir di Granada jatuh pada 1492, maka dalam usaha
mereka mendesak agama Islam sejauh mungkin dari Spanyol dan Portugis, mereka
memperluas gerakannya sampai Timur Tengah yang waktu itu menjadi daerah perantara
perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur dengan Barat. Timbullah
kemudian suatu hasrat dalam jiwa dagang mereka untuk berusaha sendiri mendapatkan
rempah-rempah yang menjadi pokok perdagangan waktu itu langsung dari daerah
penghasilnya (Nusantara). Dengan demikian, mereka tidak akan bergantung lagi kepada
pedagang-pedangan Islam di Timur Tengah.

2.4 Hukum Beragama Di Indonesia


Indonesia adalah Negara yang sangat menghargai kebebasan memeluk agama dan
kepercayaan ,dimana setiap orang mempuyai hak untuk memeluk agama dan kepercayan
masing-masing. Pengertian dari kebebasan beragama adalah bahwa setiap orang berhak
memilih dan pindah agama sesuai dengan kayakinan dan kepercayaan masing-masing, tanpa
adanya unsur paksaan dari pihak manapun.
Sedangkan beragama adalah suatu tuntunan, ajaran, kapercayan dan pandangan hidup
yang dianggap benar. Karena agama bersumber dari keyakinan dan kepercayaan dari diri
seseorang, maka setiap orang ataupun warga Negara Indonesia harus saling menghormati,
menghargai, dan tidak saling memaksa.
Hukum di Indonesia melindungi kebebasan beragama khusus untuk enam agama yang
diakui oleh negara, yaitu Islam, Katolik, Kristen, Buddha, Hindu,dan Konghucu. Meskipun
demikian, penganut agama selain keenam agama resmi tetap memperoleh jaminan penuh.
oleh Pasal 29 (2) UUD 1945 selama tidak melanggar hukum Indonesia. Konstitusi dan
hukum yang mengatur kebebasan beragama di Indonesia adalah sebagai berikut:
Versi berikut merupakan versi UUD 1945 setelah perubahan, khususnya amendemen
kedua yang berkaitan dengan pasal-pasal berikut.

HAK ASASI MANUSIA


 Pasal 28E
(1) Setiap orang berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali.
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

 Pasal 28I
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun.

AGAMA
 Pasal 29
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.
Pasal-pasal tersebut di atas penerapannya dibatasi oleh hak-hak asasi orang lain
yang diatur dalam pasal 28J sebagai berikut:
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-
mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum
dalam suatu masyarakat demokratis.

Ketetapan MPR tentang Pancasila


Butir-butir pengamalan Pancasila diuraikan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978
tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjadi 36 butir, khusus Sila Pertama diuraikan menjadi 4
butir. Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (BP7) menguraikan kembali ke-36 butir tersebut pada tahun 1995 menjadi 45 butir,
7 diantaranya merupakan butir Sila Pertama sebagai berikut:
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

Pada tahun 1998, TAP MPR No. II/MPR/1978 beserta penetapan Pancasila sebagai asas
tunggal dicabut melalui TAP MPR No. XVIII/MPR/1998 dengan alasan politis yaitu
penghapusan produk Orde Baru. Penghapusan ini dinilai sebagai suatu kesalahan karena
menyebabkan konflik SARA menjadi tidak terbendung. Di sisi lain, wacana penetapan
kembali Pancasila sebagai asas tunggal ditentang oleh sebagian Ormas dalam Rapat Dengar
Pendapat (RDP) Pansus RUU Ormas (2012) karena sempat menimbulkan ketegangan antara
ormas dengan pemerintah Orde Baru yang dinilai represif. Wakil Ketua Gerakan Pemuda
Ansor Jawa Timur, Andry Dewanto (2016), berpendapat bahwa pemerintah seharusnya tidak
mengesahkan organisasi-organisasi yang bertentangan dengan paham Pancasila. Ketua
Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama, Saifullah Yusuf (2016), juga menyatakan bahwa ajaran
yang ingin mengubah ideologi Pancasila sangat tidak bisa dimaafkan.

Peraturan perundangan lain


1. UU Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
 Pasal 4. “Hak. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun dan oleh siapapun.”
 Pasal 22 (1). “Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
 Pasal 22 (2). “Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
2. UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
 Pasal 80. “Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada
pekerja/buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.”
 Pasal 185 (1). “Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
80 dikenakan sanksi pidana penjara dan/atau denda.”
3. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
 Pasal 175. “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi
pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau upacara keagamaan
yang diizinkan, atau upacara penguburan jenazah, diancam dengan pidana penjara
paling lama satu tahun empat bulan.”

2.5 Upaya Menjaga Keutuhan NKRI


Banyak sekali upaya yang bisa dilakukan guna menjaga keutuhan Negara Republik
Indonesia. Namun, semua mengerucut pada 4 hal penting berikut yaitu kembali kepada
Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika serta usaha pertahanan negara. Berikut
adalah upaya menjaga keutuhan NKRI :
1. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari.
Pancasila sebagai ideologi Negara Indonesia, dasar Negara Indonesia, serta falsafah
hidup sejatinya benar-benar menjadi pedoman hidup yang harus dihayati dan diamalkan
ke dalam setiap sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan mengamalkan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Pancasila maka keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dapat terjaga. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada zaman Orde
Baru dikenal dengan 36 Butir Pancasila. Setelah masa reformasi bergulir, nilai-nilai ini
mengalami perubahan menjadi 45 butir Pancasila.
Berikut adalah ke-45 butir Pancasila yang menjadi pedoman perilaku bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjaga keutuhan
NKRI :
 Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain.

 Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

 Sila Ketiga: Persatuan Indonesia


1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

 Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-
nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.

 Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

2. Menggelorakan semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai persatuan bangsa


Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan Negara yang berarti berbeda-beda tetapi
satu jua. Bhinneka Tunggal Ika merupakan ikatan kemajemukan yang Indonesia miliki.
Salah satu cara merawat kemajemukan bangsa Indonesia adalah dengan belajar
menerima ke Bhinnekaan itu sendiri sebagai sebuah kenyataan agar menjadi kekuatan.

3. Menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai konstitusi/UUD 1945.


Dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara hendaknya mengacu pada
konstitusi. Dalam UUD 1945 telah diatur secara jelas mengenai hak dan kewajiban warga
Negara. Kewajiban warga Negara hendaknya didahulukan dari pada menuntut hak.
Dengan demikian akan tercipta tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang aman
dan tertib.

4. Melaksanakan usaha pertahanan Negara


Segala ketentuan mengenai pertahanan Negara tercantum dalam UU Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Sesuai dengan ketentuan dalam UU Nomor 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang dimaksud dengan pertahanan Negara
adalah : “usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara”.

Hakikat, Dasar, Tujuan, dan Fungsi Pertahanan Negara


Adapun yang menjadi hakikat, dasar, tujuan dan fungsi pertahanan Negara sesuai dengan
UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara adalah sebagai berikut :

 Pasal 2 berbunyi :
“Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang
penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri”.

 Pasal 3 berbunyi :
(1) Pertahanan negara disusun berdasarkan prinsip demokrasi, hak asasi manusia,
kesejahteraan umum, lingkungan hidup, ketentuan hukum nasional, hukum
internasional dan kebiasaan internasional, serta prinsip hidup berdampingan
secara damai.
(2) Pertahanan negara disusun dengan memperhatikan kondisi geografis Indonesia
sebagai negara kepulauan.

 Pasal 4 berbunyi :
“Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman.
 Pasal 5  berbunyi :
“Pertahanan negara berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan pertahanan”.

Penyelenggaraan Pertahanan Negara


Penyelenggaraan pertahanan Negara sebagaimana yang tercantum dalam UU No 3 Tahun
2002 tentang Pertahanan Negara adalah :

 Pasal 6 berbunyi :
“Pertahanan negara diselenggarakan melalui usaha membangun dan membina
kemampuan, daya tangkal negara dan bangsa, serta menanggulangi setiap
ancaman”.

 Pasal 7  :
(1) Pertahanan negara, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, diselenggarakan
oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan
negara.
(2) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan
Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan didukung oleh
komponen cadangan dan komponen pendukung.
(3) Sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman non militer
menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur
utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi dengan
didukung oleh unsur-unsur lain dari kekuatan bangsa.

 Pasal 8 berbunyi :
(1) Komponen cadangan, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber
daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang telah disiapkan untuk
dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat
komponen utama.
(2) Komponen pendukung, terdiri atas warga negara, sumber daya alam, sumber
daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional yang secara langsung atau
tidak langsung dapat meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen
utama dan komponen cadangan.
(3) Komponen cadangan dan komponen pendukung, sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan undang-undang.

 Pasal 9 berbunyi :
(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara
yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.

(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
a. Pendidikankewarganegaraan
b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara
sukarela atau secara wajib dan pengabdian sesuai dengan profesi.
(2) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur
dengan undang-undang.

 Pasal 10 berbunyi :
(1) Tentara Nasional Indonesia berperan sebagai alat pertahanan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Tentara Nasional Indonesia, terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara.
(3) Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan pertahanan
negara untuk:
a. mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah.
b. melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa.
c. melaksanakan Operasi Militer Selain Perang dan ikut serta secara
aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan
internasional.

Itulah upaya menjaga keutuhan NKRI yang mengerucut pada 4 hal, yaitu kembali
ke Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 sebagai pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dibalut dengan ikatan Bhinneka Tunggal Ika
sebagai pemersatu bangsa serta usaha pertahanan Negara.

 
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lahir bersamaan dengan peristiwa


proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 dan bersamaan dengan pengesahan UUD 1945
tanggal 18 Agustus 1945. Oleh karena itu, Proklamasi dan UUD 1945 sekaligus sebagai
landasan NKRI.
Sebagai negara yang berdiri secara berdaulat NKRI memiliki kedaulatan akan wilayah
yang jelas serta pengaturan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaulat tanpa pengaruh
dari negara lain.
Dinamika NKRI, mengharuskan seluruh potensi bangsa untuk bertekad
mempertahankan keutuhan NKRI, dari berbagai ancaman dan gangguan yang membahayakan
eksistensi NKRI sebagai negara yang berdaulat.
Islam disebarkan di Nusantara dengan cara perdagangan, perkawinan, dakwah,
pendidikan pesantren, dan juga kesenian yg disesuaikan sama keadaan dan yag paling penting
disebarkan tanpa kekerasan, sama kayak nabi Muhammad yg menyebarkan Islam di dunia
dan rakyat kita waktu itu nerima dengan baik Islam karena cara penyebarannya yang baik.
Jadi kalo sekarang di Indonesia atau dunia ada orang Islam yg teriak" lantang membela
Tuhannya sambil ngelakuin kekerasan , itu Islam yg gak punya iman, kalo Islam disebarkan
dengan cara kekerasan mungkin nabi Muhammad udah diusir dari Arab, mungkin Wali
Songo diusir dari Jawa dan pedagang" Islam yg mampir ke Nusantara itu ditendang ke negeri
asalnya.

3.2 Saran

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini di kemudian
hari.
DAFTAR PUSTAKA

[1.] Amirudin. “Masuknya Islam di Indonesia”


http://kitabsejarah.blogspot.com/2014/03/sejarah-kerajaan-islam-di-indonesia.html
Diakses pada : 29 Maret 2019

[2.] Didin. “Sejarah Agama di Indonesia”


http://tafsirhadits2012.blogspot.com/2014/03/kerajaan-kerajan-islam-di-indonesia.html
Diakses pada : 29 Maret 2019

[3.] Sutomi.”NKRI”
http://mirzaindie.blogspot.com/2009/05/makalah-sejarah-indonesia-tentang.html
Diakses pada : 29 Maret 2019

[3.] Buku ”Kewiraan Untuk Mahasiswa”


Penyusun : Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas)
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai