DISUSUN OLEH
Mardiyani Riski Putri
P2.06.25.0.15.024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya serta usaha penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “Eliminasi
Alvi”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebutuhan Dasar
Manusia.
Eliminasi alvi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang
kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan
mahkluk hidup. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari
atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga
hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari,
biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan
jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapat
bantuan dari berbagai pihak oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Kusmiyati, S.Kp, M.Kes., dosen Kebutuhan Dasar Manusia yang telah membantu
penulis selama menyusun makalah ini;
2. Ibu Ai Cahyati, M.Kep, NS,Sp.Kep.MB., dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Mansia yang
telah membantu penulis selama menyusun makalah ini;
3. Taufi Suhendar, Amd.Kep., assistant dosen mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia yang
telah membantu penulis selama menyusun makalah ini;
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan,baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan bagi
pembaca. Amin .
KATA PENGANTAR……………………………………………………...i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….1
B. Rumusan masalah……………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..4
A. Tinjauan pustaka………………………………………………..4
B. Pembahsan materi………………………………………………4
A. Simpulan ……………………………………………………….18
B. Saran ……………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai salah satu makhluk hidup. Dikatakan makhluk hidup karena manusia
memiliki ciri-ciri : dapat bernafas, berkembang biak, tumbuh, beradaptasi, memerlukan
makan, dan megeluarkan sisa metabolisme tubuh (eliminasi).Setiap kegiatan yang di
lakukan oleh tubuh dikarenakan peranan masing-masing organ tersebut.
Membuang urine dan alvi (eliminasi) merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus
dilakukan oleh setiap manusia. Karena apabila eliminasi tidak dilakukan setiap manusia akan
menimbulkan berbagai macam gangguan seperti retensi urine, inkontinensia urine,
enuresis, perubahan pola eliminasi urine, konstipasi, diare dan kembung. Selain berbagai
macam yang telah disebutkan diatas akan menimbulkan dampak pada system organ lainnya
seperti: system pencernaan, ekskresi, diare dll. Diare terjadi karena adanya iritasi pada
selaput dinding usus besar atau kolon. Fases penderita diare berbentuk encer. Penyebabnya
adalah penderita memakan makanan yang mengandung bakteri atau kuman. Akibatnya
gerakan peristaltic dalam usus tidak terkontrol. Sehingga, laju makanan meningkat dan usus
tidak dapat menyerap air. Namun, apabila fases yang dikeluarkan bercampur dengan darah
dan nanah, kemudian perut terasa mulas, gejala tersebut menunjuk pada penyakit
desentri.Dampak diare Dehidrasi Berat, Kehilangan cairan 8 - 10 %,Dehidrasi Sedang,
Kehilangan cairan 5 – 8 % ,Dehidrasi ringan, Kehilangan cairan 2 – 5 persen.Kepala Subdit
Diare dan Kecacingan Departemen Kesehatan I Wayan Widaya di Jakarta, Kamis,
mengatakan, angka kejadian diare Indonesia menurut survei morbiditas yang dilakukan
Departemen Kesehatan tahun 2003 berkisar antara 200-374 per 1000 penduduk.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan makalah
2. Untuk mengetahui apa saja system tubuh yang berperan dalam eliminasi alvi.
D. Kegunaan Makalah
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang
eliminasi alvi.
PEMBAHSAN
A. Tinjauan pustaka
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. (Tarwoto dan Wartonah (2004)) ,
Eliminasi produk pencernaan yang teratur merupakan aspek yang penting untuk
fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada
gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya, karena fungsi usus bergantung pada
keseimbangan beberapa faktor pola dan kebiasaan eliminasi berfariasi diantara
individu namun telah terbukti bahwa pengeluaran feses yang sering dalam jumlah
besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus dengan rendahnya
insiden kangker kolesterol (Robinson dan Weigley (1989)).
B. Pembahasan
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Eliminasi alvi adalah suatu
tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau
setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Manusia dapat
melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa
hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam
satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut
diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah
yang lebih besar.
a. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletah diantara
lambung dan usus besar. Bagian-bagian dari usus halus yaitu; duodenum (usus dua belas
jari), jejunum (usus kosong), ileum (usus penyerapan).
Usus dua belas jari adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan
menghubungkannya ke usus kosong dengan panjang antara 25-38 cm. bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus.
Usus kosong adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus dua belas jari dan usus
penyerapan. Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong.
Usus penyerapan adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan
manusia ini memiliki panjang sekitar 2-4 meter dan terletak setelah duodenum dan jejunum
dan dilanjutkan oleh usus buntu.
e. Usus Besar
Usus besar adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini
adalah menyerap air dan feses. Bagian-bagian dari usus besar yaitu; kolon, rektum, dan
anus.
f. Kolon
g. Rektum
Rektum adalah organ terakhir dari usus besar. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan feses sementara.
h. Anus
Anus atau dubur adalah sebuah bukaan dari rektum ke lingkungan luar tubuh.
3. Proses defakasi
Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar.
Terdapat dua pusat yang menguasai reflex untuk defekasi, yang terletak di medulla dan
sussum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis, sphincter anus bagian
dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks defekasi dirangsang untuk
buang air besar, kemudian sphincter anus bagian luar yang diawasi oleh sistem saraf
parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selam defekasi berbagai otot lain
membantu prose situ, seperti otot dinding perut, diafragma, dan otot – otot dasar pelvis.
Secara umum, terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu
refleks defekasi intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis. Refleks defekasi intrinsik dimulai
dari adanya zat sisa makanan (feses) di dalam rektum sehingga terjadi distensi kemudian
flexus mesenterikus merangsang gerakan peristaltik, dan akhirnya feses sampai di anus. Lalu
pada saat sphincter internal relaksasi, maka terjadilah proses defekasi. Sedangkan, refleks
defekasi parasintetis dimulai dari adanya proses dalam rektum yang merangsang saraf
rektum, ke spinal cord, dan merangsang ke kolon desenden, kemudian ke sigmoid, lalu ke
rektum dengan gerakan peristaltik dan akhirnya terjadi relaksasi sphincter internal, maka
terjadilah proses defekasi saat sphincter internal berelaksasi. Feses terdiri atas sisa makanan
seperti selulosa yang tidak direncanakan dan zat makanan lainyang seluruhnya tidak dipakai
oleh tubuh, berbagai macam mikroorganisme, sekresi kelenjar usus, pigmen empedu dan
usus kecil.
a. Usia
Setiap tahap perkembangan atau usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi
yang berbeda. Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
lanjut kontrol defekasi menurun.
b. Diet
Diet pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses defekasi.
Makanan yang berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang
masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi.
c. Asupan Cairan
Pemasukan cairan yang kurang ke dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras. Oleh
karena itu, proses absorpsi air yang kurang menyebabkan kesulitan proses defekasi. Intake
cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena
absorbsi cairan yang meningkat.
d. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tinus otot abdomen,
pelvis, dan diafragma dapat membantu kelancaran proses defekasi.
e. Pengobatan
Pengobatan juga dapat mempengaruhi proses defekasi, sperti penggunaan laksantif, atau
antasida yang terlalu sering.
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada
seseorang yang memiliki gaya hidup sehat atau terbiasa melakukan buang air besar di
tempat bersih atau toilet, jika seseorang terbiasa buang air besar di tempat yang kotor,
maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi.
g. Penyakit
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keingian untuk defekasi seperti nyeri
pada kasus hemorrhoid atau episiotomy.
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi karena
dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam melakukan defekasi.
j. Fisiologis
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic, sehingga menyebabkan
diare.
k. Prosedur diagnostic
Klien yang akan dilakukan prosedur diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan klisma
dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.
Posisi jongkok merupakan posisis yang normal saat melakukan defekasi. Toilet modern
dirancang untuk memfasilitasi posisi ini, sehingga memungkinkan individu untuk duduk
tegak kearah depan, mengeluarkan tekanan intra abdomen dan mengeluarkan kontraksi
otot-otot pahanya.
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit, yaitu menurunnya frekuensi BAB disertai
dengan pengeluaran faeces yang sulit’ keras dan mengedan. BAB keras dapat menyebabkan
nyeri rectum. Kondisi ini terjadi karena faces berada di intestinal lebih lama, sehingga
banyak air diserap. Frekuensi BAB masing-masing orang berbeda. Jika kurang dari 2 kali BAB
setiap minggu, maka perlu pengkajian. Penyebab:
b. Impaction
Impaksi adalah kumpulan feses yang mengeras dan mengendap di rectum dan tidak
dapat dikeluarkan. Impaksi feses diakibatkan doleh konstipasi yang tidak diatasi. Klien yang
mengalami kebingumgan, kelemahan, atau tidak sadar berisiko mengalami impaksi. Apabila
feses diare keluar secara mendadak dan continue dicurigai berisiko impaksi. Kehilangan
nafsu makan (anoreksia), distensi, dank ram abdomen serta nyeri di rectum dapat
menyertai kondisi impaksi.
Penyebab: pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi berulang,
pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi.
Tanda: tidak BAB, anoreksia, kembung/kram, nyeri rectum.
Pengkajian dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan harus dengan “standing order”
dari dokter, karena dapat menimbulkan reflek vital (menurunkan denyut nadi) dan perform
(terutama pada orang tua dengan tumor di kolom).
c. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feces yang tidak berbentuk. Isi intestinal
melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolom merupakanfakta
tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feces menjadi
encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB. Pada diare, elektrolit dan
kulit terganggu, terutama pada bayi dan orang tua. Kondisi yang menyebabkan diare, antara
lain :
a) Stress emosional
b) Infeksi usus
c) Alergi makanan
i) Reseksi kolon
d. Inkontinensia fecal
Yaitu suatu keadaan di mana tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus, BAB
encer dan jumlahnya banyak.Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spinter anal,
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal eksternal. Pada situasi
tertentu secara mental klien sadar akan kebutuhan Bab tidak sadar secara fisik. Pakaian
klien basah, menyebabkan ia menjadi terisolasi. Kebutuhan dasar klien tergantung pada
perawat. Klien dengan gangguan mental dan sensori tidak sadar ia telah BAB. Perawat harus
mengerti dan sabar meskipun berulang-ulang kali membereskannya. Seperti diare,
inkontinensia bias menyebabkan kerusakan kulit. Jadi perawat harus sering memeriksa
perineum dan anus, apakah kering dan bersih. 60% usila inkontinensi.
e. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang dan distendend,
merasa penuh, nyeri dank ram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus
(flatus). Tapi jika berlebihan yaitu kasus penggunaan penenang anastesi umum, operasi
abdominal, dan immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk menyebabkan diafragma
terdorong ke atas sehingga ekspansi paru terganggu.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus ada: pemecahan makanan oleh
bakteri yang menghasilkan gas meta pembusukan di usus yang menghasilkan CO2. dan
makanan perhasil gas seperti bawang dan kembang kol.
f. Hemoroid
Yaitu dilatasi, pembengkakan vena pada dinding rectum (bias internal dan eksternal).
Hal ini terjadi pada defekasi yang keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding
pembuluh darah teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas
dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien, karena selama BAB menimbulkan
nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstipasi.
a. Pengkajian.
Pengkajian ini antar lain : bagaimana pola defekasi dan keluhannya selama defekasi. Secara
normal, frekuensi buang air besar, sedangkan pada bayi sebanyak 4-6 kali/hari, sedangkan
orang dewasa adalah 2-3 kali/hari dengan jumlah rata-rata pembuangan per hari adalah 150
g.
b) Keadaan feses,
c) Faktor yang memengaruhi eliminasi alvi.
Faktor yang memengaruhi eliminasi alvi antara lain perilaku atau kebiasaan defekasi,
diet,pola makan sehari-hari, aktivitas, penggunaan obat, stress, fekasi, diet,pola makan
sehari-hari, aktivitas, penggunaan obat, stress, pembedahan atau penyakit menetap, dn
lain-lainnya.
d) Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik meliputi keadaa abdomen seperti ada atau tindaknya distensi, simetris
atau tidak, gerakan peristaltic, adanya massa pada perut, dan tenderess.kemudian ,
pemeriksaan rektum dan anus dinilai dari ada atau tidaknya tanda imflamasi, seperti
perubahan warna, lesi, fistula, hemorrhoid.
b. Diagnosa Keperawatan
e) Ikontinensia usus berhubungan dengan : gagguan sfigter rectal akibat cedera rectum atau
tindakan pembedahan,distensi rectum akibat konstipasi kronis.
Tujuan :
Rencana Tindakan :
• Membiasakan pasien untuk buang air secara teratur,misalnya pergi ke kamar mandi satu
jam setelah makan pagidan tinggal di sana sampai ada keinginan untuk buang air.
• Diet yanag seimbang dan makan bahan makanan yang banyak mengandung serat.
• Mengatur posisi yang baik untuk buang air besar,sebaiknya posisi duduk dengan lutut
melentur agar otot punggung dan perut dapat membantu prosesnya.
• Rendam duduk atau mandi di bak dengan air hangat (43-46 derajat celcius,selama 15menit)
jika nyeri hebat.
• Berikan pelunak feses.Cegah duduk lama apabila hemoroid, dengan cara berdiri tiap 1 jam
kurang lebih 5-10 menit untuk menurunkan tekanan .
• Ajarkan latihan fisik dengan memberikan ambulasi, latihan rentang gerak, dan lain-lain.
4) Inkontinensia Usus.
• Pada waktu tertentu , setiap 2 atau 3 jam, letakkan pot di bawah pasien.
• Berikan latihan buang air besar dan anjurkan pasien untuk selalu berusaha latihan.
• Kalau inkontinensia hebat, diperlukan adanya pakaian dalam yang lembab, supaya pasien
dan sprei tidak begitu kotor.
Untuk mengurangi rasa malu pasien, perlu didukung semangat pengertian perawatan
khusus.
• Kaji pola eliminasi normal dan cacat waktu ketika inkontinensia terjadi.
• Berikan obat pelunak feses (oral) setiap hari atau katartik supositoria setengah jam sebelum
waktu defekasi ditentukan.
• Anjurkan pasien untuk minum air hangat atau jus buah sebelum waktu defekasi.
• Bantu pasien ke toilet ( program ini kurang efektif jika pasien menggunakan pispot ).
• Intruksikan pasien untuk duduk di toilet, gunakan tangan untuk menekan perut terus ke
bawah dan jangan mengedan untuk merangsang pengeluaran feses.
• Anjurkan makan secara teratur dengan asupan air dan serat yang kuat.
• Pertahankan latihan secara teratur jika fisik pasien mampu.
d. Tindakan Keperawatan
Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan tindakan yang dilakukan untuk
mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut yaitu pemeriksaan
lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan).
Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan memasukkan cairan hangat kedalam kolon
asenden dengan menggunakan kanula usus. Hal tersebut dilakukan untuk mengosongkan
usus pada pasien prabedah untuk prosedur diagnostik.
Membantu pasien buang air besar dengan pispot ditempat tidur merupakan tindakan bagi
pasien yang tidak mampu buang air besar secara sendiri di kamar mandi.
e. Memberikan Gliserin
Memberikan gliserin merupakan tindakan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus
dengan menggunakan spuit gliserin. Hal ini dilakukan untuk merangsang peristaltik usus,
sehingga pasien dapat buang air besar.
Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan memasukkan jari ke dalam rektum
pasien untuk mengambil atau menghancurkan feses sekaligus mengeluarkannya.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan eliminasi alvi dapat dinilai dengan adanya
kemampuan dalam:
a. Memahami cara eliminasi yang normal.
b. Mempertahankan asupan makanan dan minuman cukup yang dapat ditunjukkan dengan
adanya kemampuan dalam merencanakan pola makan,seperti makan dengan tinggi atau
rendah serat ( tergantung dari tendensi diare atau konstipasi serta mampu minum 2000-
3000 ml).
c. Melakukan latihan secara teratur ,seperti rentang gerak atau aktivitas lain (jalan, berdiri,
dan lain-lain).
f. Mempertahankan integritas kulit yang ditunjukkan dengan keringnya area perianal, tidak
ada inflamasi atau ekskoriasi, keringnya kulit sekitar stoma, dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Eliminasi alvi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Usus dua belas jari, Jejunum (usus kosong), Ileum (usus penyerapan), Usus Besar, Kolon,
Rektum dan Anus.
Terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi, yaitu refleks defekasi
intrinsik dan refleks defekasi parasimpatis.
Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi yaitu, usia, diet, asupan cairan, aktivitas,
pengobatan, gaya hidup, penyakit, nyeri, kerusakan sensoris dan motoris, fisiologis,
prosedur diagnostic, anestasi dan pembedahan, posisi selama defekasi.
B. Saran
Demikian makalah ini dibuat, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kesalahan pada makalah ini.
Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Atas perhatian kami
mengucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA