Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penjamin mutu adalah proses penerapan dan pemenuhan standar mutu

pelayanan kesehatan yang dilakukan secara konsisten sehingga memperoleh

kepuasan. Jaminan mutu layanan kesehatan (​quality assurance in health

care​) merupakan salah satu upaya yang sangat penting serta mendasar dalam

memberikan layanan kesehatan pada pasien. Saat ini, pendekatan jaminan

mutu layanan kesehatan telah menjadi suatu kiat yang sistematik serta terus

menerus dievaluasi dan disempurnakan sebagai salah satu perangkat yang

sangat berguna bagi mereka yang mengelola atau merencanakan layanan

kesehatan. Pendekatan itu juga merupakan bagian dari keterampilan yang

sangat mendasar bagi setiap pemberi (​provider​) layanan kesehatan yang

secara langsung melayani pasien. Mutu pelayanan kesehatan tergantung pada

mutu pelayanan medis dan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan

kepada pasien. (Pohan, 2012).

Mutu pelayanan keperawatan merupakan pelayanan yang di berikan oleh

perawat kepada pasien sesuai dengan keahlian dari perawat baik perawat s1

perawat d3 maupun magister keperawatan yang mana pelayanan keperawatan

di berikan oleh perawat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien,

tentunya mengharapkan kesembuhan dari pasien sehingga pasien dapat


2

menghasilkan keunggulan kompetitif. Masing masing rumah sakit selalu

berusaha dalam memberikan pelayanan yang berkualitas, efisien, inovatif.

Indikator penilaian mutu pelayanan dan asuhan keperawatan yang di berikan

kepeda pasien untuk mengukur tingkat efisiensi rumah sakit salah satunya

ditentukan oleh lama hari rawat atau dikenal dengan LOS ​(length of stay).

Lama hari rawat ​digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit

yang tidak dapat dilakukan sendiri tetapi harus bersama dengan interpretasi

Bed Turn Over (BTO) d​ an ​Turn Over Interval ​(TOI). Secara umum nilai lama

hari rawat yang ideal berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit

Depkes RI adalah ≤ 6 hari (Depkes, 2008; Puspitarini, 2008).

Lama hari rawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

tenaga kesehatan yang menangani pasien. Tenaga kesehatan yang menangani

pasien cukup berperan dalam menentukan memanjangnya lama hari rawat,

dimana perbedaan keterampilan antara dokter dan perawat akan

mempengaruhi kinerja dalam penanganan kasus. Perawat merupakan tenaga

kesehatan yang memiliki intensitas waktu yang lama dalam berinteraksi

dengan pasien (Wartawan​, 2011).

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat haruslah bersikap

professional dimana terdapat manajemen asuhan keperawatan yang

didalamnya terdiri dari proses keperawatan yaitu anamnesa, pengkajian

hingga di peroleh diagnose keperawatn untuk di lakukan intervensi

keperawatan yang tepat dan sesuai dengan keluhan pasien. Asuhan


3

keperawatan ini bisa dikembangkan dalam ​patient care pathway a​ tau lebih

dikenal dengan ​clinical pathway. ​Proses keperawatan memberikan kerangka

dalam membangun ​clinical pathway​. Ulasan singkat dari proses keperawatan

yang disertai diskusi tentang cara memasukkan setiap elemen pada kerangka

tersebut akan mengarahkan pada pencapaian tujuan. Penerapan ​clinical

pathway dapat menjadi salah satu alternatif manajemen asuhan keperawatan

untuk meningkatkan asuhan keperawatan. ​Clinical pathway adalah alur yang

menunjukkan secara detail tahap-tahap penting dari pelayanan kesehatan

termasuk hasil yang diharapkan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa

clinical pathway adalah sebuah alur yang menggambarkan proses mulai saat

penerimaan pasien hingga pemulangan pasien. ​Clinical pathway menyediakan

standar pelayanan minimal dan memastikan bahwa pelayanan tersebut tidak

terlupakan dan dilaksanakan tepat waktu. ​Keuntungan yang dapat diperoleh

dengan menerapkan ​clinical pathway​ adalah setiap intervensi yang diberikan

dan perkembangan pasien tercatat secara sistematik berdasarkan kriteria

waktu yang ditetapkan dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan

serta menurunkan lama hari rawat pasien dan biaya rumah sakit (Cheney,

2005; Rahma P, 2013).

Efisiensi lama hari rawatan pasien menjadi sesuatu yang harus dilakukan

oleh rumah sakit bila menghendaki rumah sakit tetap bertahan. ​Clinical

pathway sebagai sebuah ​tools merupakan panduan dalam penanganan pasien

berbasis bukti, sehingga penanganan pasien menjadi efisien, efektif dan adil
4

bagi semua pasien tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi,

pendidikan maupun ​gender​ (Stenberg, 2007; Rotter, 2010).

Clinical pathway memiliki banyak kelebihan, disamping itu perlu dicermati

juga kekurangan yang ditemui dalam penerapannya, antara lain tidak

terlihatnya proses keperawatan secara jelas karena harus menyesuaikan

dengan tahapan perencanaan medis, pengobatan, dan pemeriksaan penunjang

lainnya. Kenyataan di lapangan, profesi perawat masih belum maksimal

dalam penyusunan ​clinical pathway, ​terutama dalam hal pendokumentasian,

mengingat dokumentasi keperawatan selama ini berisi tentang aktivitas

keperawatan yang sangat banyak dan tidak menggunakan bahasa standar.

Kondisi itulah yang menjadikan konsep ​clinical pathway ​yang berkembang di

Indonesia, isinya didominasi oleh profesi tertentu, sementara perawat yang

berada di dekat pasien selama 24 jam hampir tidak terlihat tindakan yang

dilakukan. Dalam hal mengatasi permasalahan tersebut alangkah baiknya

profesi keperawatan diawali dengan membuat suatu perumusan untuk ​clinical

pathway yang bisa disebut dengan ​nursing clinical pathway yang mana proses

asuhan keperawatan dapat masuk kedalam multidisiplin profesi lain untuk

mengelola pasien (Yasman, 2012).

Asuhan keperawatan dapat dirangkum secara sistemik melalui ​nursing

clinical pathway ​yang merupakan metode dokumentasi klinis yang

merefleksikan standar praktik dan pelayanan perawat. ​Nursing clinical

​ erupakan pedoman untuk merawat pasien yang berfokus pada


pathway m

diagnosis, masalah klinis dan tahapan pelayanan, sehingga setiap intervensi


5

yang diberikan dan perkembangan pasien tercatat secara sistematik

berdasarkan kriteria waktu yang ditetapkan dan diharapkan dapat

meningkatkan mutu pelayanan serta menurunkan lama hari rawatan pasien di

rumah sakit.

Rumah Sakit …………… merupakan salah satu Rumah sakit yang secara

bertahap berupaya berbenah diri dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu. Permintaan akan pelayanan kesehatan semakin meningkat, hal ini

dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pelayanan kesehatan

disamping adanya peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan.

Menurut data dasar yang didapat dari salah satu ruang rawat di Siloam

Hospital Lipo Village (SHLV) yaitu ruang perawatan khusus pasien stroke,

didapatkan data bahwa pada bulan Agustus 2011 jumlah pasien stroke non

hemoragik sebanyak 28 orang dengan rata-rata lama hari rawat 7 hari.

Hasil studi pendahuluan didapatkan belum adanya penerapan ​nursing clinical

pathway khususnya untuk pasien dengan stroke non hemoragik di Ruangan

Neurologi RS…………. Hasil wawancara dengan kepala Ruangan Neurologi

RS…………… menyatakan bahwa ruangan neurologi sudah memiliki ​Standar

Operasional Procedur (SOP) d​ an Standar Asuhan Keperawatan (SAK) sebagai

penuntun dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien, tetapi belum ada

bentuk alur pemberian asuhan keperawatan yang terangkum dalam bentuk ​nursing

clinical pathway. Rata-rata lama hari rawat pasien stroke non hemoragik di

Ruangan Neurologi RS………. adalah selama 7 sampai 8 hari.


6

TAMBAHKAN DATA RUMAH SAKIT MENGENAI HARI LAMA

RAWATAN PASIEN STROKE 2 ATAU 1 TAHUN BELAKANG

Berdasarkan latar belakang serta adanya masalah pada uraian di atas , maka

peneliti merasa tertarik dan merasa perlu melakukan penelitian tentang

pengaruh penerapan ​nursing clinical pathway t​ erhadap lama hari rawatan

pasien stroke non hemorhagic di RS ………….

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Length of stay (LOS) merupakan salah satu standar nasional indikator mutu

pelayanan kesehatan yang menjadi hasil akhir kegiatan perawat terhadap

pasien sebagai penentu penilaian mutu asuhan keperawatan. Pasien Stroke

non hemoragik adalah pasien yang memerlukan perawatan intensif dan

pemantauan terus menerus oleh perawat agar pasien memperoleh percepatan

dalam masa penyembuhan.

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah pengaruh penerapan

nursing clinical pathway t​ erhadap lama hari rawat pada pasien stroke non

hemoragik ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan

nursing clinical pathway t​ erhadap lama hari rawat pada pasien stroke non

hemoragik di Ruangan Neurologi RS………….

1.3.2. Tujuan Khusus


7

a. Mengidentifikasi lama hari rawat pasien stroke non hemoragik yang

tidak diberikan intervensi ​nursing clinical pathway d​ i Ruangan

Neurologi RS………….

b. Mengidentifikasi lama hari rawat pasien stroke non hemoragik sesudah

diberikan intervensi ​nursing clinical pathway d​ i Ruangan Neurologi

RS………….

c. Mengidentifikasi pengaruh penerapan ​nursing clinical pathway

terhadap lama hari rawat pada pasien stroke non hemoragik di

Ruangan Neurologi RS………….

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Aplikatif

a. Direktur Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam kebijakan

pengembangan rumah sakit terkait ​nursing clinical pathway pada

pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

b. Bidang Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi bidang

keperawatan dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pasien.

c. Perawat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dasar keterlibatan

dan tolok ukur kepala ruangan serta staf keperawatan lainnya dalam
8

mengaplikasikan asuhan keperawatan secara sistematis melalui

nursing clinical pathway p​ ada pasien

1.4.2. Manfaat Akademik/teoritis/keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dan penguat

terhadap teori keperawatan tentang manajemen keperawatan terutama

berkaitan dengan peningkatan mutu pelayanan keperawatan melalui

manajemen asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai