Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL TAK (TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK)

HALUSINASI

“Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa”

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

Celvin Sopacua Iputu Handika

Endi F Logho Ike Jolinda Sinale

Erpina S Banoet Jenny Puspita Sari Situmeang

Evanggelia Ririhena Melvin Halauwet

Franshe Seipattiratu Norman Lekahena

Gloria Aponno Resky Sarlindi Paud

Haryes Wattimury

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG
2017
Topik
Mencegah halusinasi dengan patuh mengkonsumsi obat
Tujuan
A. Umum
Klien patuh mengkonsumsi obat secara teratur setelah melakukan terapi
aktivitas kelompok.
B. Khusus
1. Klien dapat menyebutkan 10 benar cara minum obat.
2. Klien dapat menyebutkan waktu minum obat yang tepat
3. Klien memahami obat-obat yang di minum.
Peran Perawat
A. Leader:
1. Menyusun rencana pembuatan proposal TAK
2. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok dengan tertib
3. Memimpin diskusi dan terapi aktivitas kelompok.
4. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya TAK
5. Membacakan aturan main (membuka acara, memperkenalkan diri dan
kelompok,membacakan kontrak waktu, memimpin kegiatan kelompok,
membacakan tata tertib dan menutup acara)
B. Co-leader:
1. Membantu leader mengoraganisasikan kelompok
2. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader atau sebaliknya
3. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
C. Fasilitator:
1. Memfasilitasi klien dalam TAK.
2. Mengatur dan mengarahkan klien dalam jalannya aktivitas kelompok
3. Membantu kelompok berperan aktif untuk jalannya permainan.
4. Berperan sebagai role model bagi klien selama proses aktivitas kelompok
5. Mengantisipasi masalah yang akan terjadi

1
D. Observer:
1. Mengobservasi respon klien
2. Mencatat perilaku klien selama dinamika kelompok
3. Mencatat semua proses yang terjadi dan melaporkannya

Landasan Teori
A. Definisi Perilaku Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal (Cook & Fontain, Essentials of Mental Health
Nursing, 1987).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapanm perabaan atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2010).

B. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan
karakteristik tertentu, diantaranya :
1. Halusinasi pendengaran
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan/atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3. Halusinasi penghidung
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang–kadang terhirup

2
bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh: merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain
5. Halusinasi pengecap
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis
dan menjijikkan.

C. Tahapan, Karakteristik dan Perilaku yang Ditampilkan


 TAHAP KARAKTERISTIK PERILAKU KLIEN
Tahap I Mengalami ansietas, Tersenyum, tertawa
  Memberi rasa kesepian, rasa dan ketakutan. sendiri
nyaman tingkat Mencoba berfokus pada Menggekan bibir tanpa
ansietas sedang pikiran yang dapat suara
secara umum, menghilangkan ansietas Pergerakkan mata yang
halusinasi Fikiran dan pengalaman cepat
merupakan suatu sensori masih ada dalam Respon verbal yang
kesenangan kontol kesadaran, lambat
nonpsikotik. Diam dan berkonsentrasi
Tahap II Pengalaman sensori Terjadi peningkatan
Menyalahkan menakutkan denyut jantung,
Tingkat kecemasan Merasa dilecehkan oleh pernafasan dan tekanan
berat secara umum pengalaman sensori tersebut darah
halusinasi Mulai merasa kehilangan Perhatian dengan
menyebabkan kontrol lingkungan berkurang
perasaan antipati Menarik diri dari orang lain Konsentrasi terhadap
non psikotik. pengalaman sensori kerja
Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi

3
dengan realitas
Tahap III Klien menyerah dan Perintah halusinasi
Mengontrol menerima ditaati.
Tingkat kecemasan pengalaman sensori Sulit berhubungan
berat (halusinasi). dengan orang lain.
Pengalaman Isi halusinasi menjadi atraktif. Perhatian terhadap
halusinasi tidak Kesepian bila pengalaman lingkungan berkurang
dapat ditolak lagi sensori berakhir psikotik. hanya beberapa detik.
Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tremor dan berkeringat

Tahap IV Pengalaman sensori mungkin Perilaku panik.


Klien sudah menakutkan jika individu Resiko tinggi
dikuasai oleh tidak mengikuti perintah mencederai.
Halusinasi. halusinasi, bisa berlangsung Agitasi atau kataton.
Klien panik. dalam beberapa jam atau hari Tidak mampu berespon
apabila tidak ada intervensi terhadap lingkungan.
terapeutik.

D. Hubungan Skizofrenia dengan Halusinasi


Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara–suara bising atau mendengung. Tetapi
paling sering berupa kata–kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons
tertentu seperti: bicara sendiri, bertengkar atau respons lain yang
membahayakan.
Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan
mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak bicara atau

4
pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor
dari gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk
metankolia involusi, psikosa mania depresif dan syndroma otak organik.
Gangguan persepsi yang utama pada skizoprenia adalah halusinasi,
sehingga halusinasi menjadi bagian hidup klien. Biasanya dirangsang oleh
kecemasan, halusinasi menghasilkan tingkah laku yang tertentu, gangguan
harga diri, kritis diri, atau mengingkari rangsangan terhadap kenyataan.
Halusinasi pendengaran adalah paling utama pada skizoprenia, suara-
suara biasanya berasal dari Tuhan, setan, tiruan atau relatif. Halusinasi ini
menghasilkan tindakan/perilaku pada klien seperti yang telah diuraikan
tersebut di atas (tingkat halusinasi, karakteristik dan perilaku yang dapat
diamati).

E. Macam-Macam Obat Untuk Penderita Halusinasi


1. CPZ ( Clorpromazine
Dosis obat CPZ permulaan adalah 25-100 mg dan diikuti peningkatan
dosis hingga mencapai 300 mg. Cara pemberian : 3x sehari jam 7, jam 1
siang dan jam 7 malam. Obat CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-
suara yang mengganggu pikiran pasien.
2. THP (Trihexiphennidyl)
Dosis obat THP 6-10 mg/hari dan bisa ditingkatkan sesuai kondisi pasien
oleh dokter. Namun biasanya dosis perhari tidak lebih dari 15 mg
sedangkan untuk dosis mengobati efek samping yang di akibatkan oleh
pengobatan lain adalah 5-15 mg. Cara pemberian 3x sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang dan 7 malam. Obat THP gunanya untuk membuat pikiran
menjadi tenang.

3. HLP (Haloperidol)

5
Dosis obat oral HLP untuk dewasa 1-6 mg sehari yang terbagi menjadi 6-
15 mg. Cara pemberian 3x sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 pagi.
Obat HLP gunanya untuk membuat pikiran menjadi tenang.

F. Kriteria Klien
1. Riwayat klien dengan halusinasi.
2. Klien sehat fisik.
3. Klien dalam keadaan tenang kooperatif, dan dapat berinteraksi.
4. Halusinasi terkontrol.
5. Bersedia mengikuti TAK.

Persiapan
A. Kriteria Peserta Kelompok
1. Klien halusinasi yang sudah terkontrol
2. Klien yang dapat diajak kerjasama
3. Klien dapat mengidentifikasi halusinasi
B. Proses Seleksi
1. Berdasarkan observasi dan wawancara
2. Menindak lanjuti asuhan keperawatan
3. Informasi dan keterangan dari klien sendiri dan perawatan
4. Penyelesaian masalah berdasarkan masalah keperawatan
5. Klien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang diberikan
6. Mengadakan kontrak dengan klien.
C. Tata tertib aturan main
1. Peserta hadir 10 menit sebelum kegiatan dimulai.
2. Berpakain bersih, rapi dan sopan.
3. Peserta tidak meninggalkan ruangan selama kegiatan TAK.
4. Peserta yang BAK atau ke WC di perbolehkan sebelum TAK
berlangsung.
5. Tidak diperkenankan makan, minum, dan merokok.
6. Tidak diperkenankan membicarakan di luar hal-hal lain Tak.

6
7. Peserta yang ingin bertanya tunjuk tangan dan berbicara setelah di
persilahkan.
8. Peserta yang melanggar peraturan, diperingatkan dan tidak
diperkenankan mengikuti permainan.

D. Pengorganisasian
Leader : Iputu Handika
Co Leader : Ike Jolinda Sinale
Fasilitator : 1. Endi F Logho
2. Evangelia Ririhena
3. Haryes Wattimury
4. Gloria Aponno
6. Norman Lekahena
Observer : Jenny P S Situmeang
Pasien : 1. Melvin Halauwed
2. Celvin Sopacua
3. Erpina Banoet
4. Franshe Seipattiratu
5. Resky Sarlindi Paud

E. Media dan Alat yang Digunakan


1. Pulpen
2. Balon
3. Alat musik (Laptop dan HP)
4. Kertas HVS
5. Spidol

F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

7
Hari /Tanggal : Rabu, 27 September 2017
Tempat : Di Ruang Pasien
Waktu : 10.00-10.40
Jumlah klien : 5 orang.

G. Setting Tempat

Keterangan:

: Leader

: Co. Leader

8
: Observer

: Fasilitator

: Klien

H. Tata Tertib dan Metode TAK


Metode
Dinamika kelompok.
Diskusi Tanya jawab.
Role Play/bermain peran/simulasi.

Tata Tertib
Apabila ada klien yang ingin meninggalkan kelompok , harus minta izin
dengan para terapis.
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

I. Program Antisipasi
a. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1. Memanggil klien.
2. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain.
b. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1. Panggil nama klien.
2. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan.
c. Bila klien lain ingin ikut
1. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih.

9
2. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh klien tersebut.
3. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini.
d. Untuk mengantisipasi bila peserta yang dipilih tidak dapat mengikuti
kegiatan hari yang telah ditentukan, maka dipilih peserta cadangan dua
orang.
e. Bila dalam kegiatan tersebut ada anggota yang membicarakan hal lain
dalam diskusi, leader harus memfokuskan pembicaraan.
f. Bila ada hal-hal di luar perencanaan, maka melibatkan perawat ruangan.
g. Bila anggota menghindar setiap pertemuan, maka leader harus
memberitahukan anggota tersebut dan mengatur mereka berbicara
langsung kepada kelompok.

Pelaksanaan
A. Orientasi (5 menit)
Salam Terapeutik
1. Mengatur posisi duduk peserta
2. Memperkenalkan diri dan seluruh panitia (pakai papan nama)
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
4. Menjelaskan kontrak waktu.
5. Menjelaskan tata tertib dan aturan main. (Memberikan penjelasan
kontrak waktu fase waktu selama 25 menit)

B. Tahap Kerja (25menit)


1. Terapis Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien nama dan
warna obatnya (upayakan tiap klien dapat menyampaikannya)
2. Beri pujian kepada klien yang melakukan dengan baik.
3. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa di lakukan klien.
4. Tuliskan dikertas hvs yang telah didiskusikan.

10
5. Menjelaskan 10 benar minum obat: benar obat, benar dosis, benar
waktu pemberian, benar cara dan tempat pemberian, benar pasien
pendidikan untuk pasien, benar dokumentasi, benar hak pasien
untuk menolak, benar pengkajian efek dari obat, benar evaluasi
hasil penilaian dari efek obat.
6. Musik dimainkan, sambil balon digilir ke setiap klien
menggunakan balon, saat musik berhenti klien yang mendapati
cbalon tersebut harus menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh
leader yaitu:
a. Warna-warna obat dan waktu minum obat?
b. Menayakan keuntungan dan kerugian minum obat?
c. Menanyakan 10 benar minum obat.
7. Beri pujian pada pasien yang menjawab benar.
C. Fase Terminasi (10 menit)
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
TAK.
b. Tindak Lanjut
1. Terapis menganjurkan klien untuk menggunakan kegiatan
fisik dengan berbincang-bincang, kegiatan ibadah, dan patuh
minum obat untuk mencegah halusinasi
2. Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang Akan Datang
1. Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang
berikutnya, yaitu cara mengenal halusinasi yang biasa terjadi
2. Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
berikutnya.

11
STRATEGI PELAKSANAAN
TAK HALUSINASI
SESI I: MENCEGAH HALUSINASI
DENGAN PATUH MENGKONSUMSI OBAT

PROSES PELKAKSANAAN TINDAKAN (Strategi Komunikasi)

1. Fase orientasi (5 menit)


a. Salam terapeutik
Leader :  “ selamat pagi bapak dan ibu,
AssalamualaikumWr.Wb….. Perkenalkan nama saya …, cukup panggil
saya …, saya dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung
yang akan memimpin jalannya permainan sampai dengan selesai, dan
tak lupa rekan disamping kiri saya….

b. Evaluasi / validasi
Leader  :  “Bagaimana perasaan Bapak Ibu pagi ini? Masih
mendengar suara-suara?”

c. Kontrak
Leader : “ baiklah Pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai
cara minum obat dan akan melakukan suatu kegiatan, tujuannya agar
Bapak/Ibu semuanya dapat patuh untuk mengkonsumsi obat. Berapa
lama bapak/ibu ingin melakukan kegiatan tersebut”
Leader        : “Saya akan menjelaskan peraturan kegiatan hari ini, yaitu :
1.    Apabila Bapak/Ibu ingin meninggalkan kelompok,
Bapak/Ibu harus memberi tahu saya.
2.     Lamanya kegiatan kita ini adalah 40 menit
3.     Bapak/Ibu harus mengikuti kegiatan dari awal hingga
akhir

12
2. Fase Kerja (25 menit)
Leader :“Baiklah Bapak dan Ibu, berapa macam obat yang
bapa/ibu minum? Warnanya apa saja? Dan jam berapa
bapa/ibu minum obatnya?”
Leader : ”Baiklah sekarang kita mulai dari sebelah kanan untuk
bercerita dan berurutan searah jarum jam, karena bapak
yang paling kanan silahkan bapak pertama menceritakan.
Silahkan Bapak. bapak boleh memperkenalkan diri dulu.
Bapak minum obat apa saja? Warnanya apa saja?
Waktunya minum obat kapan? Berapakali sehari bapak
minum obat?”
Leader :”Bagus Bapak telah menceritakan mengenai obat yang
bapa minum dan waktu minum obat.sekarang mari kita
melanjutkan kegiliran berikutnya.
(secarabergantianmenceritakanhalusinasinya). WahBapak-
bapak dan Ibu yang adadisinisemuanyahebat
ya,,sudahdapatmenceritakanobat dan waktu minum . Mari
kitabertepuk tangan bersamasemuanya….”.

1. Leader : ”bapa/ibu saya akan menjelaskan obat yang bapa/ibu


konsumsi, obatnya itu ada 3 macam yang warnanya orens namanya obat
CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara yang mengganggu pikiran
pasien., warnanya putih obat THP gunanya untuk menenangkan pikiran,
dan yang merah muda obat HLP gunanya untuk membuat pikiran menjadi
tenang. Semuanya ini harus bapa minum 3x1 pada pukul 7 pagi, 1 siang,
dan 7 malam. Jika nanti mulut bapa/ibu terasa kering untuk membantu
mengatasinya bapa bisa mengisap-isap es batu atau minum air putih dan
jika mata terasa berkunang-kunang bapa/ibu sebaiknya melakukan
aktivitas yang lain.” Bapak dan ibu ada 10 benar di dalam cara meminum
obat antara lain: benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian, benar
cara dan tempat pemberian, benar pasien pendidikan untuk pasien, benar

13
dokumentasi, benar hak pasien untuk menolak, benar pengkajian efek dari
obat, benar evaluasi hasil penilaian dari efek obat.

3. Fase Terminasi (10 menit)


a. Evaluasi
Subjektif
Leader : “Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita
bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar ?”.
Objektif
Leader : “Coba Bapak dan Ibu sebutkan kembali sepuluh benar
cara minum obat ? Bagus sekali Bapak dan Ibu sudah bisa
menjawabnya”.

b.  Rencana tindak lanjut


Leader :“Saya harap Bapak-bapak dan Ibu yang ada disini dapat
patuh dalam minum obat sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.”
c. Kontrak yang akan datang
Leader :“TAK untuk mencegah halusinasi dengan patuh
mengkonsumsi obat telah selesai, namun masih ada TAK
untuk mengajarkan Bapak-bapak dan Ibu yang ada disini
mengenai cara mengenal halusinasi yang biasa terjadi.”
Leader :“TAK tersebut akan dilanjutkan oleh teman saya. Kegiatan
TAK tersebut akan dilakukan besok pukul 09.00 selama 30
menit dan tempat dilakukannya TAK tetap disini ya Bapak
dan Ibu,. Apa Bapak-bapak dan Ibu semua setuju??
Baiklah, Selamat siang. Wasalamualaikum Wr Wb”.

14
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja untuk menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek
yang evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Untuk
TAK mencegah terjadinya halusinasi dengar dengan patuh mengkonsumsi
obat sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah klien mampu mengenali
macam-macam jenis obat yang di konsumsi, waktu mengkonsumsi obat,
dan 10 benar cara mengkonsumsi obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Sesi 1 : TAK
Mencegah halusinasi dengar dengan patuh mengkonsumsi obat.
No Nama Menyebut Menyebut Menyebut Menyebut
Klien macam- warna-warna waktu minum 10 benar
macam obat obat obat. cara minum
obat.
1
2
3
4
5.
6.

Petunjuk :
1 Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2 Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenai macam-macam
obat, warna obat, waktu minum obat, dan 10 benar cara mengkonsumsi
obat. Beri tanda ceklist jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak
mampu.

Dokumentasi

15
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK sesi 1: mencegah
halusinasi dengar dengan patuh mengkonsumsi obat. Kriteria klien yang
diharakan adalah klien dapat menyebutkan warna, jadwal, dan 10 benar cara
mengkonsumsi obat

16
Penilaian observer terhadap pelaksana
No Nama perawat dan Tugas Penilaian
.
1. (Leader)

2. (Co. Leader)

3. (Fasilitator)

4. (Fasilitator)

5. (Fasilitator)

6. (Fasilitator)

7. (Fasilitator)
Penilaian observer terhadap klien
No Nama Menyebut Menyebut Menyebut Menyebut
Klien macam- warna obat waktu 10 benar
macam obat minum obat cara
minum
obat
1

Anda mungkin juga menyukai