Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh. Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup, dan
menjamin kelangsungan hidup,. Kulit pun menyokong penampilan dan
kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai peranan
yang sangat penting.
Dibutuhkan kulit yang sehat dan terawat untuk menambah rasa percaya
diri. Itu membuat banyak orang menempuh berbagai cara untuk mendapatkan
kulit sehat,mulus,dan indah. Namun, berbagai keluhan seputar kulit semakin
sering dijumpai dalam praktik keperawatan, mulai dari kelainan pigmentasi, kulit
berjerawat hingga penyakit kulit yang disebut dengan dermatitis atopik.
Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh factor eksogen atau factor endogen, menimbulkan
kelainan klinis berupa efloresensi poliformik (eritema, edema, papul, vesikel,
skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda poliformik tidak selalu timbul bersamaan,
bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan
menjadi kronis. Atopik berasal dari kata “atopi” yaitu istilah yang dipakai untuk
sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan
dermatitis atopic.
Dermatitis atopik ialah  keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang berhubungan dengan atopi.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 apa yang di maksud dengan dermatitis atopik ?

1.2.2 apa penyebab terjadinya dermatitis atopik ?

1
1.2.3 bagaimana patofisiologi dermatitis atopik ?

1.2.4 apa saja tanda dan gejala dermatitis atopik ?

1.2.5 bagaimana penatalaksanaan pada dermatitis atopik ?

1.2.6 apa saja komplikasi yang bisa muncul akibat dermatitis atopik ?

1.3 Tujuan

Untuk lebih memahami tentang penyakit dermatitis atopik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,


beserta gatal yang berhubungan dengan atopi. Atopi adalah istilah yang di pakai
untuk kelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan pada
keluarganya, misal asma bronkial, rintis alergik, dan konjungtivis alergik.

Istilah dermatitis atopik masih banyak istilah lain yang di gunakan seperti
ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo
besnier, tetapi istilah dermatitis atopik yang paling sering di gunakan.

Dermatitis atopik adalah suatu penyakit kulit kronis, berulang, ditandai


dengan adanya inflamasi dan disertai rasa gatal yang hebat, dan distribusinya pada
tempat-tempat tertentu dari tubuh (Beck, 2004; Sicherer dan Sampson, 2004; Leung,
2003; Williams, 2005) ditandai dengan eritema dengan batas tidak tegas, disertai
edema, vesikel, dan basah pada stadium akut, dan penebalan kulit (likenifikasi) pada
stadium kronis (Williams, 2005). Dermatitis atopik lebih sering terjadi saat masa
kanak-kanak (Beck, 2004; Sicherer dan Sampson, 2004; Leung, 2003).

2.2 Etiologi

Penyebabnya belum diketahui pasti. Gambaran klinis yang muncul


diakibatkan oleh kerja sama berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.

2.2.1 Faktor Genetik, terdapat riwayat stigmata atopi berupa asma bronchial,
rinitis alergik, konjungtivitis alergik, dan dermatitis atopic dalam keluarganya.

2.2.2 Faktor Imunologik, pada penderita ditemukan peningkatan jumlah IgE


dalam serum.

2.2.3 Faktor Psikologik, seperti stress emosional dapat memperburuk dermatitis


atopik.

3
2.2.4 Faktor pencetus yang dapat memperburuk dermatitis atopik (makanan,
inhalan, dan alergen lain, kelembaban rendah, keringat berlebih, penggunaan
bahan iritasi).

2.3 Patofisiologi.

Sekitar 70% penderita ditemukan riwayat stigmata atopi (herediter) berupa


asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopik dalam
keluarganya. Keadaan atopi ini diturunkan, mungkin tidak di ekspresikan oleh gen
tunggal, tetapi oleh banyak gen (polygenic).

Pada penderita dermatitis atopik, ditemukan peningkatan jumlah IgE di


dalam serum. Antigen akan ditangkap oleh fagosit kemudian akan dipresentasikan
ke sel T2 Helper (Sel Th2) . Sel Th2 akan memproduksi Sitokin kemudian
mengaktifkan seL-sel B untuk tumbuh dan berdiferensiasi sehingga menghasilkan
Antibodi IgE. IgE menempel di sel mast, lalu melepaskan mediator kimia berupa
Histamin. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi reaksi dan
menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaksis dan menekan produksi
sel T sehingga terjadi peningkatan IgE yang akan menyebabkan pruritus (rasa
gatal) pada penderita. Sel mast akan meningkat pada lesi dermatitis atopik kronis.
Sel ini mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak
dapat menyebabkan lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan
pruritus dan eritema, mungkin karena garukan akibat gatal menimbulkan lesi
ekzematosa. Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE
secara berlebihan diturunkan secara genetik.

Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat


juga akan menurun pada 80% penderita dermatitis atopik, akibat menurunnya
jumlah limfosit T sitolitik (CD8+), sehingga rasio limfosit T sitolitik (CD8+)
terhadap limfosit T helper (CD4+) meningkat sehingga berakibat meningkatnya
kerawanan (suseptibilitas) terhadap infeksi virus, bakteri dan jamur, lalu
menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe 1).

Rasa gatal (pruritus) dan reaktivitas kulit yang kuat merupakan tanda
penting pada dermatitis atopik. Pruritus dapat timbul karena faktor intrinsik kulit,

4
yaitu ambang gatal yang rendah. Eksaserbasi pruritus timbul disebabkan oleh
berbagai macam faktor pencetus yang akan memperburuk dermatitis atopik,
antara lain :

2.3.1 Makanan, inhalan berbagai alergen lain (seperti debu, kapuk, bulu
binatang, serbuk sari, karpet, boneka berbulu). Anak dengan
bawaan atopi lebih mudah bereaksi terhadap alergen tsb dan
menimbulkan sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe 1.
2.3.2 Kelembaban rendah sehingga menyebabkan kulit menjadi kering
karena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang
tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian
kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan
peretakan dari kulit, menjadi lebih gatal.
2.3.3 Keringat berlebih, disebabkan lingkungan yang bersuhu
panas/dingin dan kelembaban tinggi atau rendah, sinar matahari.
2.3.4 Penggunaan bahan iritan, seperti wol, sabun, deterjen, dll akan
memicu terjadinya pruritus pada kulit.

Faktor psikologik juga berpengaruh pada dermatitis atopik. Factor


psikologik ini juga merupakan factor pencetus yang dapat memperburuk
dermatitis atopik. Misalnya saja seseorang yang stress emosional, dapat
menimbulkan respons gatal sehingga menyebabkan terjadinya infeksi sekunder.
Karena stress, tubuh penderita akan terpajan oleh alergen yang sama. Kemudian
timbul sensitisasi terhadap reaksi hipersensitivitas tipe 1, sehingga terjadi
peningkatan IgE dalam jumlah yang lebih besar. Maka dari itulah akan timbul
infeksi sekunder yang dapat memperburuk dermatitis atopik.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan
terjadi kelainan kulit yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi
ekzematosa berupa eritema, papulo-vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta.
Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak, maupun remaja
dan dewasa.

5
2.4.1 Bentuk infantil (2 bulan-2 tahun)
Masa awitan paling sering pada usia 2-6 bulan. Lesi mulai di muka
(pipi, dahi) dan scalp, tetapi dapat pula mengenai tempat lain (badan,
leher, lengan dan tungkai). Bila anak mulai merangkak, lesi ditemukan di
lutut. Lesi beruoa eritema dan papulovesikel miliar yang sangat gatal;
karena garukan terjadi erosi, ekskoriasi, dan eksudasi atau krusta, tidak
jarang mengalami infeksi. Garukan dimulai setelah usia 2 bulan. Rasa
gatal ini sangat mengganggu sehingga anak gelisah, susah tidur dan
menangis. Lesi menjadi kronis dan residif. Sekitar usia 18 bulan, mulai
tampak likenifikasi di bagian fleksor. Pada usia 2 tahun sebagian besar
penderita sembuh, sebagian berlanjut menjadi bentuk anak.
2.4.2 Bentuk anak (3-11 tahun)
Dapat merupakan kelanjutan bentuk infantil, atau timbul sendiri.
Lesi kering, likenifikasi, batas tidak tegas; karena garukan terlihat pula
ekskoriasi memanjang dan krusta. Tempat prediliksi di lipat siku, lipat
lutut, leher, pergelangan tangan, dan kaki; jarang mengenai muka. Tangan
mungkin kering, likenifikasi atau eksudasi; bibir dan perioral dapat pula
terkena; kadang juga pada paha belakang dan bokong. Sering ditemukan
lipatan Dennie Morgan, yaitu lipatan kulit di bawah kelopak mata bawah.
2.4.3 Bentuk remaja dan dewasa (12-30 tahun)
Tempat prediliksi di muka (dahi, kelopak mata, perioral), leher,
dada bagian atas, lipat siku, lipat lutut, punggung tangan; biasanya
simetris. Gejala utama adalah pruritus; kelainan kulit berupa likenifikasi,
papul, ekskoriasi dan krusta. Umumnya dermatitis atopik bentuk remaja
dan dewasa berlangsung lama, tetapi intensitasnya cenderung menurun
setelah usia 30 tahun. Sebagian kecil dapat terus berlangsung sampai tua.
Dapat pula ditemukan kelainan setempat, misalnya di bibir (kering, pecah,
bersisik), vulva, puting susu, scalp. 

Selain itu manifestasi lain berupa kulit penderita tampak kering dan sukar
berkeringat. Ambang rangsang gatal rendah, sehingga penderita mudah gatal,
apalagi bila berkeringat.

6
2.5 Penatalaksanaan
Kulit penderita dermatitis atopik umumnya kering dan sangat peka terhadap
berbagai rangsangan. Penderita merasa sangat gatal, sehingga terpaksa
menggaruk. Perjalanan dermatitis berlangsung kronis dan cenderung berulang
(kambuh). Banyak faktor yang menyebabkan kambuhnya penyakit ini, misalnya
infeksi kulit, iritasi, berkeringat atau kedinginan, stress, endokrin (contoh:
kehamilan, penyakit tiroid, haid). Oleh karena itu, penatalaksanaannya pada
dasarnya berupaya menghindari atau menyingkirkan faktor-faktor tersebut.
Kulit yang sehat boleh disabun dengan sabun khusus untuk kulit kering, tetapi
jangan terlalu sering agar lipid di kulit tidak banyak berkurang sehingga kulit
tidak semakin kering. Kulit diolesi dengan krim emolien, maksudnya membuat
kulit tidak kaku dan tidak terlalu kering. Pakaian jangan yang terbuat dari wol
atau nilon karena dapat merangsang, pakailah katun karena selain tidak
merangsang juga dapat menyerap keringat. Keringat akan menambah rasa gatal,
oleh karena itu pakaian jangan ketat; ventilasi yang baik akan mengurangi
keringat.
Hindarkan dari perubahan suhu dan kelembaban mendadak. Sebaiknya mandi
dengan air yang suhunya sama dengan suhu tubuh, karena air panas maupun air
dingin menambah rasa gatal.
Upayakan tidak terjadi kontak dengan debu rumah dan bulu binatang karena
dapat menyebabkan rasa gatal bertambah dan menyebabkan penyakit kambuh.
Makanan dapat mempengaruhi terjadinya kekambuhan atau menambah rasa
gatal. Sebagian kecil para penderita alergi terhadap makanan, yang sering ialah
susu sapi, terigu, telur, dan kacang-kacangan. Dengan meningkatnya usia,
kemungkinan mendapat alergi tersebut semakin berkurang.
Stress emosional akan memudahkan penyakitnya kambuh, oleh karena itu
hendaknya dihindari atau dikurangi.
Imunitas selular penderita dermatitis atopik menurun, sehingga mudah
mengalami infeksi oleh virus, bakteri dan jamur. Bila mendapat infeksi virus,
misalnya vaksinia atau herpes simpleks, akan menimbulkan gejala akut berupa
timbulnya banyak vesikel dan pustule yang akan menyebar, disertai demam yang
tinggi, dan dapat menyebabkan kematian; disebut erupsi variseloformis atopik

7
Kaposi. Oleh karena itu penderita dermatitis atopik tidak boleh berdekatan dengan
pendekatan varisela, herpes zoster, atau herpes simpleks.
Kuku dipotong pendek agar bila menggaruk tidak sampai timbul luka,
sehingga tidak mudah terjadi infeksi sekunder.
2.6 Pengobatan
Obat yang bersifat kuratif belum di ketahui. Pengobatan
bergantung pada kelainan kulit yang di temukan. Yang paling penting
ialah mencegah agar penderita tidak menggaruk.
2.6.1 Sistemik
Untuk mengatasi rasa gatal, dapat di berikan antihistamin,
misalnya Chlorpheniramine, Promethazine. Jika sangat gatal dapat
diberikan klorpromazim. Bila mengalami infeksi sukunder dapat di
beri antibiotic misalnya eritromisin. Kortikosterod sistemik tidak di
anjurkan, kecuali bila kelainannya luas, atau eksaserbasi akut, dapat
diberikan dalam jangka waktu pendek (7-10 hari), mengingat efek
samping, yakni osteoporosis, katarak, dansebagainya
2.6.2 Pengobatan Topik
Bergantung pada jenis kelainan kulit. Pada bentuk bayi
kelainannya eksudatif, karena itu dikomres, misalnya dengan larutan
asam salisil 1/1000 atau permanganas kalikus 1 / 10.000. Setelah
kelainan kering , di lanjutkan dengan krim hidrokortison 1 % atau 2%.
Pada bentuk anak dan dewasa tidak digunakan kompres karna salap
mempunyai daya penetrasi lebih baik. Salap kortikosteroid yang di
pilih ialah golongan sedang atau kuat karna bentuk anak dan dewasa
terjadi likenifikasi. Jika efek terapeutik telah tercapai , maka dapat di
ganti dengan golongan lemah untuk mencegah terjadinya efek
samping. Untuk meningkatkan daya penetrasi, dapat ditambahkan
asam salisil 3-5% pada kortikosteroid topical.
Obat lain yang dapat di gunakan ialah termisalnya likuor karbonas
detergens 2-5%. Efek teryang sebenarnya belum diketahui pasti;
rupanya berkhasiat vasokonstriksi, astringen, desifekta, antipruritus,
dan memperbaiki keratinisasi abnormal dengan cara mengurangi

8
proliterasi epidermal dan inflitrasi dermal. Pada penggunaan ter yang
lama dapat terjadi folikulitis. Efek samping ter lain ialah
fotoserisitisasi. terdapat pula dikombinasi dengan kortikostaroid. obat
lain ialah urea 10%, membuatkulitlemas, hidrofilik, antibacterial;
dapatdikombinasidengankorti kosteroid topical.
3 Untuk membersihkan kulit jangan memakai sabun alkali, tetapi memakai
detergen dengan pH asam, atau sabun nonaikali berlemak

3.4 Komplikasi
         Pada anak penderita Dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi
lain di kemudian hari. Penderita Dermatitis atopik mempunyai
kecenderungan untuk mudah mendapat infeksi virus maupun bakteri
(impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum contagiosum dan herpes).
         Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia
dan disebut eksema herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema
vaksinatum ini sudah jarang dijumpai, biasanya terjadi pada pemberian
vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita. lnfeksi Herpes
simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi
vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta,
kemudian terjadi penyebaran ke daerah kulit normal.
         Penderita Dermatitis atopik, mempunyai kecenderungan meningkatnya
jumlah koloni Staphylococcus aureus.

BAB III

9
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
beserta gatal yang berhubungan dengan atopi. Adapun penyebabnya belum
diketahui pasti. Gambaran klinis yang muncul diakibatkan oleh kerja sama
berbagai faktor konstitusional dan faktor pencetus.

3.2 Saran

Semoga dengan membaca makalah ini ilmu pengetahuan kita tentang


penyakit dermatitis aopik bisa bertambah dan tau bagaimana cara
menanggulanginya.

10

Anda mungkin juga menyukai