Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN MATERNITAS I

“Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier


pada Sistem Reproduksi Manusia”

Oleh: Kelompok 3/A11-A

A.A Istri Meidina Cindy (17.321.2657)

Gusti Ayu Putu Wahyu Sartika (17.321.2665)

Kadek Aristiani Putri (17.321.2673)

Komang Wisnu Budikesuma (17.321.2677)

Luh Putu Dian Suryaningsih (17.321.2678)

Ni Komang Sri Wahyuni (17.321.2687)

Ni Luh Kade Novita Wahyuningrum (17.321.2691)

Ni Made Anggi Febrianti (17.321.2694)

Ni Putu Eva Pradnyayanti (17.321.2700)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2019

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi, atas berkat dan rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, dan
Tersier pada Sistem Reproduksi Manusia” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Kami ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak dan
sumber-sumber yang telah membantu saya dalam penulisan makalah ini.

Kami menyadari masih ada banyak kekurangan dalam penulisan makalah


ini, maka dari itu saya harap Bapak/Ibu dapat memberikan saran/masukan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga di penyusunan
makalah berikutnya, kami dapat membuat makalah yang lebih baik sesuai dengan
keinginan Bapak/Ibu.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Denpasar, 16 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang .........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pencegahan Primer..................................................................................4


2.2.1 Pada Pria.........................................................................................4
2.2.2 Pada Wanita....................................................................................6
2.2 Pencegahan Sekunder..............................................................................9
2.3 Pencegahan Tersier.................................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan...................................................................................................15
3.2 Saran.........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organ reproduksi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan
setiap manusia. Dulu, pembicaraan tentang organ reproduksi masih sangat
tabu, bukan berarti sekarang sudah tidak lagi hanya saja masih ada kalangan
orang yang menganggap hal itu tidak pantas untuk dibicarakan. Promosi
kesehatan reproduksi pada remajapun sering dikonotasikan sebagai pendidikan
seks di mana sebagian masyarakat di Indonesia masih menganggap tabu hal
ini. Telah banyak berita-berita yang tersiar melalui media elektronik ataupun
media cetak yang memuat berita tentang kesehatan reproduksi dan kaitannya
dengan seks. Sekarang, informasi tentang seks dapat diperoleh dan diakses
dengan mudah melalui internet. Bila tidak didasari dengan pengetahuan yang
cukup, mencoba hal baru yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa
memberikan dampak yang akan menghancurkan masa depan remaja dan
keluarga. Menurut Barbara Nash dan Patricia Gilbert, organ-organ reproduksi
merupakan subyek dari berbagai penyakit. Untuk mencegah hal tersebut
pengetahuan dan pemahaman sejak dini tentang organ reproduksi dan
kesehatan reproduksinya merupakan hal yang sangat penting bagi setiap
remaja baik pria maupun wanita sehingga ia akan lebih mampu menjaga
kesehatan reproduksinya. Untuk itu, perempuan dan laki-laki perlu
meningkatkan pengetahuannya mengenai kesehatan reproduksi agar tercipta
kondisi kesehatan reproduksi yang optimal. kesehatan reproduksi yang
dimaksud yaitu suatu keadaan yang sejahtera baik secara fisik, mental dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi dan
prosesnya. Upaya pencegahan untuk masalah-masalah yang timbul pada
sistem reproduksi dibagi menjadi tiga, yaitu upaya pencegahanprimer,
sekunder dan juga tersier.

1
Pencegahan primer adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit belum mulai (pada periode pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak
terjadi proses penyakit. Tujuannya adalah untuk mengurangi insiden penyakit
dengan cara mengendalikan penyebab dan faktor risikonya. Upaya yang
dilakukan adalah untuk memutus mata rantai infeksi (agent – host –
environment). Terdiri dari (health promotion dan specific protection) dan
dilakukan melalui 2 strategi yaitu populasi dan individu. Pencegahan primer
pada fase penyakit yaitu faktor-faktor penyebab khusus, dan targetnya adalah
total populasi, kelompok terseleksi, dan individu sehat. Pencegahan sekunder
adalah upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah
berlangsung namun belum timbul tanda dan gejala sakit (patogenesis awal)
dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut. Tujuannya adalah
menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.
Bentuknya berupa deteksi dini dan pemberian pengobatan (yang tepat).
Pencegahan sekunder pada fase penyakitnya yaitu tahap dini penyakit, dan
targetnya adalah pasien. Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan yang
dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode patogenesis)
dengan tujuan untuk mencegah cacad dan mengembalikan penderita ke status
sehat. Tujuannya adalah menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil
penderitaan dan membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian
terhadap kondisi yang tidak dapat diobati lagi. Yang terdisi dari disability
limitation dan rehabilitation. Pencegahan tersier pada fase penyakitnya adalah
penyakit tahap lanjut (pengobatan dan rehabilitasi), dan targetnya adalah
pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimakah upaya-upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada
sistem reproduksi manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk menyelesaikan tugas dari mata kuliah Keperawatan Maternitas I

2
2. Untuk mengetahui dan memahami upaya pencegahan primer, sekunder,
dan tersier pada sistem reproduksi manusia.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Mampu mengetahui dan memahami upaya pencegahan primer, sekunder,
dan tersier pada sistem reproduksi manusia
2. Mampu menerapkan upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier pada
sistem reproduksi manusia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pencegahan Primer


Pencegahan primer merupakan suatu pencegahan yang dilakukan
sebelum sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi promosi kesehatan dan
mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada
penguatan flexible lines of defense dengan cara mencegah stress dan
mengurangi faktor-faktor resiko. Pencegahan primer meliputi segala
bentuk kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau
gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer juga diartikan
sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada
seseorang dengan faktor risiko. Tahap pencegahan primer diterapkan
dalam fase pre pathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses penyakit
belum terjadi atau belum mulai.
Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi
ketiga faktor utama untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan
environment yang membentuk konsep segitiga epidemiologi selalu akan
berinteraksi yang satu dengan lainya dan selalu merupakan ancaman
potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan terjadinya stimulus
yang memicu untuk mulainya terjadinya proses penyakit dan
masuk kedalam fase pathogenesis. Untuk pencegahan primer masalah
sistem reproduksi pada dewasa, antara lain:

2.1.1 Pada Pria


1) Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan pencegahan primer pertama yang
dapat dilakukan. Menurut para ahli kesehatan, promosi kesehatan
diterjemahkan menjadi peningkatan kesehatan. Hal ini dikarenakan
makna yang terkandung dalam istilah promotion of health disini
adalah meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi

4
seimbang, olahraga teratur, dan lain sebagainya agar orang
tersebut tetap sehat, tidak terserang penyakit. Namun demikian,
bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada hubungannya
dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya
tentang promotion of health menyatakan bahwa selain melalui
peningktan gizi dan sebagainya peningkatan kesehatan juga dapat
dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health
education) kepada individu dan masyarakat. Usaha ini merupakan
pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada umumnya.
Sebagian besar strategi promosi kesehatan termasuk ke dalam
pencegahan primer. Seperti peningkatan kesehatan misalnya,
pendidikan kesehatan reproduksi tentang HIV/AIDS, standarisasi
nutrisi, menghindari seks bebas, dan sebagainya. Perlindungan
khusus misalnya, imunisasi, kebersihan pribadi, atau pemakaian
kondom.
Menurut Machfoedz Ircham dalam bukunya Pendidikan
Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan, usaha untuk
memepertinggi nilai kesehatan diantaranya:
a. Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun
kwantitas
a) Asupan makanan yang dimakan
b) Pengawasan terhadap makanan yang dimakan
b. Perbaikan hyegiene dan sanitasi lingkungan
c. Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
antara lain pelayanan kesehatan reproduksi dan
pelayanan Keluarga Berencana
d. Pendidikan kesehatan pada masyarakat diantaranya:
a) Konseling pranikah, saat hamil, persalinan dan
menyusui
b) Konseling mengenai seksualitas, kesehatan
reproduksi

5
2) Specific Protection
Spesidic protection merupakan salah satu upaya dalam
pemcegahan primer masalah sistem reproduksi. Di bawah ini
merupakan pencegahan primer (specific protection) secara umum
yang dapat dilakukan pria, untuk mencegah terjadinya masalah dalam
sistem reproduksi.
a. Melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin
agar kelainan dapat segera ditangani lebih awal
b. Melindungi testis selama beraktifitas, misalnya dengan
tidak menggunakan pakaian teralu ketat sehingga testis tidak
kepanasan
c. Mengurangi kebiasaan mandi dengan air panas. Temperatur
yang sejuk diperlukan untuk perkembangan sperma
d. Menjalankan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi
makanan bergizi, cukup olahraga, menghindari penyakit
menular seksual, dan menciptakan ketenangan psikis
e. Menghindari minuman berakohol dan rokok.

2.1.2 Pada Wanita


Pencegahan primer yang dapat dilakukan pada wanita tidak
berbeda jauh dari pencegahan primer pada pria, yaitu dengan promosi
kesehatan dan spesific protection. Pada promosi kesehatan seperti
peningkatan kesehatan, misalnya dengan pendidikan kesehatan reproduksi
tentang menghindari seks bebas kanker serviks; dan sebagainya. Untuk
spesific protection, berikut uraiannya :
1) Pencegahan HIV
Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh
ialah melalui hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan
cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke
janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal).
Walaupun HIV dapat ditemukan pada air liur, air mata dan urin
orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan kasus infeksi

6
dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian resiko
infeksinya secara umum dapat diabaikan. Pencegahan untuk
mengurangi terjadi HIV/AIDS melalui A-B-C-D-E:
a. A (Abstinance) yaitu tidak melakukan hubungan seksual
diluar nikah
b. B (Be faithful) yaitu setia hanya pada satu pasangan
c. C (Condom) yaitu menggunakan pengaman atau kondom
saat berhubungan seksual
d. D (Don’t use drug) yaitu tidak memakai narkoba atau obat-
obatan terlarang
e. E (Education) yaitu mencari informasi yang benar
mengenai HIV/AIDS.

2) Pencegahan Kanker Payudara


Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui upaya
menghindarkan diri dari faktor risiko serta melakukan pola hidup
sehat. Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara sendiri alias
SADARI.

3) Pencegahan Vulvaginitis

Penyakit ini dapat dicegah melalui beberapa upaya, diantaranya:

a. Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering


b. Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air
besar dengan air bersih (gunakan air mengalir kalau sedang di
toilet umum), cara pembersihan dengan gerakan dari depan ke
belakang
c. Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya
terdapat pada sabun pembersih kewanitaan atau sabun mandi
d. Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume
e. Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya.

7
4) Pencegahan Gonorhea
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Menggunakan kondom saat berhubungan seksual
b. Hindari kontak dengan beberapa orang yang memiliki resiko
penyakit seksual menular (seperti pekerja seks komersial)
c. Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau
pastikan patner seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan
seksual.

5) Pencegahan Sifilis
Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat
dicegah dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman ,
misalnya menggunakan kondom.

6) Pencegahan Herpes Genitalis


Upaya untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang
untuk mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk
menghindari terinfeksi dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu
lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri
dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual denagn hanya satu
orang yang bebas infeksi. Cara yang dapat dilakukan antara lain:
a. Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks
selama setiap kontak seksual
b. Batasi jumlah pasangan seks
c. Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah
genital atau di mana pun.

7) Pencegahan Kanker Serviks


Berikut merupakan beberapa upaya untuk mencegah agar terhindar
dari penyakit kanker serviks, diantaranya:
a. Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual
lebih dari satu dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena

8
secara fisik seluruh organ intim dan yang terkait pada wanita baru
matang pada usia 21 tahun
b. Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah
berhubungan seksual, dianjurkan untuk melakukan tes HPV,
Pap Smear, atau tes IVA, untuk mendeteksi keberadaanHuman
Papilloma Virus (HPV), yang merupakan biang keladi dari
tercetusnya penyakit kanker serviks
c. Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-
anak perempuan dan laki-laki yang ingin terbentengi dari
serangan virus HPV, bisa menjalani vaksinasi HPV. Vaksin
HPV dapat mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan dapat
diberikan mulaidari usia 9-26 tahun, dalam bentuk suntikan
sebanyak 3 kali (0-2-6 bulan) dan biayanya pun terbilang murah
d. Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani
gaya hidup sehat (berolahraga).

2.2 Pencegahan Sekunder


Pencegahan sekunder meliputi berbagai tindakan yang dimulai
setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada mereka yang baru
terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit tertentu.
Pencegahan sekunder mengutamakan pada penguatan internal lines of
resistance, mengurangi reaksi dan meningkatkan faktor-faktor resisten
sehingga melindungi struktur dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat
sesuai gejala. Tujuannya adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara
optimal dan memelihara energi. Jika  pencegahan sekunder tidak berhasil
dan rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung
sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan kematian.
Adapun beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem reproduksi
dapat melalui obat dan operasi. Pencegahan sekunder merupakan

9
pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang bertujuan
untuk:
a. Mendeteksi dan melakukan intervensi segera guna
menghentikan penyakit pada tahap ini
b. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit
bila penyakit ini merupakan penyakit menular
c. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit,
menyembuhkan orang sakit serta untuk mencegah penyakit
menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat
yang lebih buruk lagi. Karena rendahnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di
masyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak
mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan
masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak.

Pencegahan sekunder terdiri dari:

1) Diagnosis dini dan pengobatan segera


Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan
untuk mendeteksi gejala kanker serviks secara dini. Dengan
melakukan pemeriksaan pap smear setiap tahun, jika ditemukan
adanya kanker serviks baru pada tahap awal sehingga
kesempatan untuk sembuh lebih besar. Artinya semakin dini
penyakit kanker serviks diketahui maka semakin mudah
menanganinya. Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA,
sadari sebagai cara mendeteksi dini penyakit kanker. Bila
dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera
dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa
seperti pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy.
Tujuan utama dari usaha ini adalah:
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya
dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan
yang sempurna dan segera

10
b. Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya
menular
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu
penyakit.

Beberapa usaha deteksi dini di antaranya:

a. Mencari penderita di dalam masyarakat dengan


jalam pemeriksaan misalnya pemeriksaan darah,rontgen
paru-paru dan sebagainya serta segera memberikan
pengobatan
b. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan
penderita penyakit yang telah berhubungan dengan
penderita penyakit menular (contact person) untuk diawasi
agar derita penyakitnya timbul dapat segera diberikan
pengobatan dan tindakan-tindakan lain yang perlu
misalnya isolasi, desinfeksi dan sebagainya
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka
dapat mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan
segera mencari pengobatan. Masyarakat perlu
menyadari bahwa berhasil atau tindaknya usaha
pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya jenis
obat serta keahlian tenaga kesehatannya, melainkan
juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan

Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan:

a. Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan


mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan
kanker (neoplasma) yang terlambat
b. Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar
c. Penderitaan si sakit menjadi lebih lama
d. Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih
besar.

11
2) Disability Limitation
Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan
berusaha untuk menghilangkan gangguan kemampuan bekerja
yang diakibatkan suatu masalah kesehatan dan penyakit).
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha Early diagnosis And
Promotif Treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan
yang sempuran agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat
(tidak terjadi komplikasi). Bila sudah terjadi kecacatan maka
dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertambah berat dan fungsi
dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin.

2.3 Pencegahan Tersier


Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali.
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian,
serta usaha rehabilitasi. Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari
pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi penyakit dan
pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosis sudah
ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah sistem reproduksi
dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta
melakukan terapi-terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat masalah
tersebut. Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi. contoh: rehabilitasi pada
penderita-penderita kanker ovarium, kanker payudara dan lain
sebagaiannya.
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang
menjadi cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang
diperlukan latihan tertentu. Disamping itu orang yang cacat setelah
sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat.
Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai
anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan
kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi

12
juga perlu pendidikan kesehatan pada masyarakat. Pada pusat-pusat
rehabilitasi misalnya rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Rehabilitasi terdiri atas:
1) Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya.
2) Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan
dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan
atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu
mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam
masyarakat.
3) Rehabilitasi sosial vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan
dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-
maksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
4) Rehabilitasi aesthesis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan
rasa keindahan walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya
itu sendiri tidak dapat dikembalikan.

Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,


memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat
untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik,mental dan
kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses
penyesuaian dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang
sekarang. Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai
dengan falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang
sekarang ini. Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari
setiap warga masyarakat, bukan hanya berdasarkan belas kasihan
semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak azasinya sebagai manusia.

13
Dari tingkatan-tingkatan tersebut seharusnya strategi pencegahan berurutan
mulai dari pencegahan primer sampai ke pencegahan tersier. Prinsip
mencegah lebih mudah dan lebih murah daripada mengobati masih
menjadi dasar mengapa pemilihan strategi pencegahan penyakit sebaiknya
berurutan dari primer menuju tersier.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pencegahan primer merupakan suatu pencegahan yang dilakukan sebelum
sistem bereaksi terhadap stressor, meliputi promosi kesehatan dan
mempertahankan kesehatan. Pencegahan primer untuk sistem reproduksi pria
ialah dengan cara mengadakan health promotion dan specific protection.
Sedangkan pada sistem reproduksi wanita dilakukan promosi kesehatan
mengenai kanker serviks dan specific protection untuk pencegahan penyakit
menular seksual seperti HIV/AIDS dan lain sebagainya. Pencegahan sekunder
meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada gejala dari stressor. Adapun
beberapa pengobatan terhadap penyakit masalah sistem reproduksi dapat
melalui obat dan operasi. Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang
dilakaukan pada fase awal patogenik. Sedangkan, Pencegahan tersier adalah
suatu bentuk pencegahan yang berfokus pada proses adaptasi kembali.
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian,
serta usaha rehabilitasi untuk penderita kanker ovarium.

3.2 Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini, penulis berharap pembaca dapat
memahami isi dari makalah yaitu upaya pencegahan primer, sekunder, dan
tersier pada sistem reproduksi dan dapat menambah wawasan pembaca serta
pembaca dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ganda. 2015. Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier Reproduksi. Tersedia


pada https://id.scribd.com/doc/292350671/BAB-II-Pencegahan-Primer-
Sekunder-Dan-Tersier-Reproduksi (tanggal 16 Maret 2019).

Ganda. 2017. Pencegahan Reproduksi. Tersedia pada


https://kupdf.net/download/bab-ii-pencegahan-primer-sekunder-dan-tersier-
reproduksi_5af610f2e2b6f5567e9aa7ab_pdf (tanggal 16 Maret 2019).

Hanoom, Ratna Ning. TT. Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier pada
Masalah Sistem Reproduksi. Tersedia pada https://edoc.site/pencegahan-
primer-sekunder-tersier-masalah-sistem-reproduksi-pdf-free.html (tanggal 16
Maret 2019).

Purnamawati. (2013). Jurnal: Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual.


Tersedia pada http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/365
(tanggal 16 Maret 2019).

Trisna, Baim. (2012). Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia. Tersedia pada
https://www.scribd.com/doc/69950054/Penyakit-Pada-Sistem-Reproduksi-
Manusia (tanggal 16 Maret 2019).

16

Anda mungkin juga menyukai