Anda di halaman 1dari 6

TREND PENYAKIT DBD DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2015 – 2018

DHF Disease Trends In Pekanbaru City In 2015 – 2018

Ratna Juwita1, Rosalina Helen Purwitasari 1, Yeffi Masnarivan2


1
Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKes Tengku Maharatu, Pekanbaru, Indonesia
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang, Indonesia, 25163

Abstrak
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya dapat menimbulkan kematian
dalam waktu singkat dan sering menimbulkan wabah. Kota Pekanbaru merupakan daerah endemis DBD
dan selalu ditemukan korban jiwa setiap tahunnya. Kasus DBD di Kota Pekanbaru terus meningkat dan
bahkan pada tahun 2011 pernah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui trend penyakit DBD di Kota Pekanbaru tahun 2015-2018. Penelitian ini menggunakan jenis
Times Series Study. Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru pada bulan Mei - Juli tahun 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit DBD yang berada di Kota Pekanbaru dan
tercatat dalam register DBD Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2015-2018. Seluruh populasi
dijadikan sampel dalam penelitian ini. Kasus DBD tertinggi di Kota Pekanbaru tahun 2015-2018 terjadi
pada Bulan April tahun 2016 sebesar 178 kasus dan Bulan Maret tahun 2016 sebesar 177 kasus dan yang
terendah terjadi pada Bulan Desember tahun 2016 sebesar 4 kasus. Rata-rata kejadian kasus DBD
tertinggi terjadi pada Bulan Maret sebesar 88 kasus dan yang terendah terjadi pada Bulan Oktober
sebesar 18 kasus. Terjadi kenaikan kasus yang cukup tinggi pada Bulan Januari sampai April dan bulan
Agustus. Sehingga pada Bulan Juli dan Desember adalah bulan yang tepat untuk meningkatkan
kewaspadaan dengan gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) melalui gerakan 3M (menutup,
menguras, dan menimbun) plus abatisasi/larvasidasi, gotong royong, menggunakan kelambu, dan lain
sebagainya.
Kata Kunci: Trend, Penyakit DBD.

Abstract
DHF (Dengue Hemorragic Fever) is one of the dangerous infectious diseases that caused death in a short
time and often caused an epidemic. Pekanbaru City is a DHF endemic area and there are always Found
The victim every year. DHF cases in Pekanbaru City to increasd,, and even in 2011 it was declared an
extraordinary event. This study aims to determine the trend of DHF in Pekanbaru City in 2015-2018.
This research used Times Series Study. This research was conducted in Pekanbaru City in May - July
2019. The population in this study were all patients with DHF in Pekanbaru City and recorded in the
DHF registration in the Pekanbaru City Health Office in 2015-2018. All population became a sample in
this study. The highest DHF cases in Pekanbaru City in 2015-2018 occurred in April 2016 with 178 cases
and March 2016 with 177 cases. the lowest cases occurred in December 2016 with 4 cases. The highest
incidenced of DHF cases occurred in March with 88 cases and the lowest occurred in October with 18
cases. There was cases is sharply increased from January to April and August. Too therefor in July and
December are the right month to increased awareness with the PSN (Mosquito Nest Eradication) through
the movement with 3M (closing, draining, and hoarding), in addition abatization / larvasation, mutual
cooperation, using mosquito nets, and so forth.
Keywords: Trend, DHF disease

Korespondensi: STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru, Jl. Soekarno Hatta No 98 Pekanbaru Provinsi Riau
Email: juwitaratna88@yahoo.co.id, Hp: + 62-812 6845 6121
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit yang dikategorikan menular adalah penyakit Demam Berdarah Dengue.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamukAedes yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue
(DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan DengueShock Syndrome (DSS) termasuk dalam
kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus,
famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 (1).
Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebarannya semakin luas. DBD pada
umumnya menyerang pada usiaanak-anak umur kurang dari 15 tahun dan juga bisa
menyerang pada orang dewasa (2).
Pada tahun 2017, di Indonesia jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus
dengan jumlah kematian 493 orang (Incidence Rate /Angka kesakitan = 26,12 per 100.000
penduduk dan CFR / angka kematian = 0,72%) (3).
Penyakit DBD sampai saat ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat di Provinsi
Riau yang memerlukan perhatian serius, mengingat penyakit ini sangat potensial untuk
menjadi KLB dan merupakan ancaman bagi masyarakat luas (4).
Pada tahun 2017, di Provinsi Riau jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak 1.928
kasus dengan jumlah kematian 15 orang (Incidence Rate /Angka kesakitan = 28,96 per
100.000 penduduk dan CFR / angka kematian = 0,78%), ini tinggi dibandingkan dengan
angka nasional. (3).
Salah satu Kabupaten/Kota yang tinggi kasus DBD di Riau adalah Kota Pekanbaru sebanyak
516 kasus pada tahun 2015. Pada tahun 2016 terjadi peningkatan kasus yaitu sebanyak 858
kasus (5).
Kota Pekanbaru merupakan daerah endemis DBD dan selalu ditemukan korban jiwa setiap
tahunnya. Berdasarkan keterangan dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru bahwa kasus DBD
di daerahnya terus meningkat dan bahkan pada tahun 2011 pernah ditetapkan sebagai
kejadian luar biasa (6).
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus DBD, antara lain nyamuk
sebagai vektor, faktor lingkungan, dan unsur iklim yang dapat ditinjau dari aspek temporal
(1). Penyakit DBD perlu ditinjau berdasarkan aspek temporal. Melalui aspek ini, akan
diperoleh informasi penyakit DBD antar waktu dari data spasial, dimana suatu penyakit
dijelaskan dengan pembandingan penyakit yang sama dalam waktu yang berbeda, dari suatu
waktu ke waktu yang lainnya. Jadi, fenomena penyakit merupakan fenomena yang bersandar
pada basis wilayah yang mencakup ekosistem dalam dimensi temporal (waktu), di dalamnya
termasukvariable lingkungan, kependudukan, dan wilayah administrasi, sehingga keragaman
karakteristik antar wilayah turut serta menentukan kualitas kesehatan pada daerah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend penyakit DBD di Kota Pekanbaru tahun
2015-2018.
METODE
Penelitian ini menggunakan jenis Times Series Study. Penelitian ini dilakukan di Kota
Pekanbaru pada bulan Mei - Juli tahun 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita penyakit DBD yang berada di Kota Pekanbaru dan tercatat dalam register DBD
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2015-2018. Seluruh populasi dijadikan sampel dalam
penelitian ini.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian mengenai kecenderungan kejadian DBD menurut waktu di Kota Pekanbaru
tahun 2015-2018 dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 1. Jumlah Kasus DBD per Bulan di Kota Pekanbaru Tahun 2015 – 2018.

Berdasarkan grafik 1 dapat diketahui bahwa kasus DBD tertinggi di Kota Pekanbaru tahun
2015-2018 terjadi pada Bulan April tahun 2016 sebesar 178 kasus dan yang terendah terjadi
pada Bulan Oktober tahun 2015 sebesar 2 kasus. Rata-rata kejadian kasus DBD tertinggi
terjadi pada Bulan Maret sebesar 88 kasus dan yang terendah terjadi pada Bulan Oktober
sebesar 18 kasus.
Trend Penyakit DBD di Kota Pekanbaru Tahun 2015 – 2018

200 177
180
160 160 178
140
120 129
93
100
80 62 Max
50 47
60
Min
40 20 42 28 37 38
36 31
20 34
27 4
0 17 8
6 8 6 2

Grafik 2. Trend Penyakit DBD di Kota Pekanbaru Tahun 2015 – 2018

Berdasarkan grafik 2. Terjadi kenaikan kasus yang cukup tinggi pada Bulan Januari sampai
April dan bulan Agustus. Sehingga pada Bulan Juli dan Desember adalah bulan yang tepat
untuk meningkatkan kewaspadaan dengan gerakan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
melalui gerakan 3M (menutup, menguras, dan menimbun) plus abatisasi/larvasidasi, gotong
royong, menggunakan kelambu, dan lain sebagainya.

PEMBAHASAN
Gambaran temporal (waktu) dari suatu penyakit sangat perlu diperhatikan dalam studi
epidemiologi. Dengan melihat gambaran ini, dapat diketahui bagaimana jumlah perubahan
suatu kasus penyakit dari waktu ke waktu dan dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi
kecenderungan tingginya kasus pada waktu tertentu (7).
Kasus DBD tertinggi di Kota Pekanbaru tahun 2015-2018 terjadi pada Bulan April tahun
2016 sebesar 178 kasus dan Bulan Maret tahun 2016 sebesar 177 kasus dan yang terendah
terjadi pada Bulan Desember tahun 2016 sebesar 4 kasus. Rata-rata kejadian kasus DBD
tertinggi terjadi pada Bulan Maret sebesar 88 kasus dan yang terendah terjadi pada Bulan
Oktober sebesar 18 kasus.
Berdasarkan ukuran relatif diketahui bahwa pada tahun 2017 IR DBD di Kota Pekanbaru
mencapai 54,8 per 100.000 penduduk. Angka ini tentu saja lebih tinggi bila dibandingkan
dengan standar nasional untuk Kabupaten/Kota penyakit DBD yang telah ditetapkan oleh
Kemkes (2017), dimana IR < 49 per 100.000 penduduk. Sedangkan jika dilihat dari angka
kematian akibat penyakit DBD diketahui bahwa pada tahun 2017 CFR DBD di Kota
Pekanbaru mencapai 0,07%, untuk standar nasional sendiri Kemkes menyatakan bahwa CFR
penyakit DBD harus < 1%.
Peningkatan kasus DBD dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
pengaruh vektor, faktor manusia, faktor lingkungan, faktor cuaca/ iklim, dan lain sebagainya.
Seperti yang diketahui bahwa vektor (penular penyakit) DBD adalah nyamuk Aedes aegypti,
nyamuk ini bertelur pada genangan air, kemudian menetas menjadi larva, lalu tumbuh dan
berkembang menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk ini tertular virus Dengue sewaktu mengigit/
mengisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit tetapi didalam darahnya terdapat virus
dengue. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber
penularan penyakit demam berdarah (8).
Jika dilihat dari faktor lingkungan, maka lingkungan pekarangan yang kurang bersih,
banyaknya tempat penampungan air yang terbuka, genangan air dimana-mana, bak air yang
jarang dikuras, dan lain sebagainya dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya peningkatan
kasus DBD, karena kondisi di atas merupakan kondisi yang baik untuk perkembangbiakan
nyamuk Aedes aegypti (9).
Berdasarkan penelitian Muyono tentang hubungan iklim dengan kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Kota Palembang tahun 1998-2002 diketahui bahwa selain faktor
lingkungan, faktor cuaca/iklim juga mempengaruhi peningkatan kasus DBD dimana semua
unsur iklim baik suhu, kecepatan angin, kelembaban udara, dan curah hujan memiliki
peranan masing-masing dalam mempengaruhi angka kejadian DBD di suatu wilayah.
Pada Bulan Januari sampai bulan April tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah kasus DBD
yang cukup signifikan. Hal ini diduga disebabkan karena adanya pengaruh kondisi
lingkungan yang tidak kondusif dimana terjadinya musim hujan, tentu saja memperbanyak
jumlah tempat yang sangat memungkinkan untuk menjadi media perindukan/
perkembangbiakan vektor DBD. Oleh sebab itu, penerapan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) sangat diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya penyakit tersebut.
Secara keseluruhan peningkatan angka kesakitan DBD disebabkan karena adanya iklim tidak
stabil dan curah hujan cukup banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana
perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegipty yang cukup potensial. Selain itu juga didukung
dengan tidak maksimalnya kegiatan PSN dimasyarakat (10).

KESIMPULAN DAN SARAN


Penyakit DBD selalu terjadi setiap tahunnya di Kota Pekanbaru. Bulan Juli dan Desember
adalah bulan yang tepat untuk meningkatkan kewaspadaan.
Disarankan untuk meningkatkan peran serta masyarakat didalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit D[BD seperti melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dengan 3M Plus (menguras, menutup, dan mengubur) melalui kegiatan gotong royong
rutin, pengelolaan sampah yang baik, abatisasi, pemeliharaan ikan pemakan jentik, dan
penyemprotan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes RI. Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol 2,
Agustus 2010.
2. Widoyono. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga, 2011.
3. Kementrian Kesehatan RI. Info Datin Situasi Demam Berdarah Dengue. Jakarta, 2018.
4. Awaludin. Korelasi Pengetahuan dan Sikap Keluarga Terhadap Tindakan Pencegahan
Demam Berdarah Dengue. Jurnal Endurance, 2(3), Oktober 2017, 263-269.
5. Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. Profil Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru tahun 2016.
6. Suriyanto. Tiga Pasien DBD di Pekanbaru Meninggal Dunia. [Internet]. 2016 Retrieved
August 19, 2018, from CNN Indonesia website:
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160211105235-20-110287/tiga-pasien-dbd-
di-pekanbaru-meninggal-dunia.
7. Kemenkes RI. Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, 2, 48. 2015.
8. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. Jakarta: KEMENKES RI, 2014.
9. Kementrian Kesehatan RI. InfoDatin Situasi Demam Berdarah Dengue. 2018.
10. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil Kesehatan Provinsi Riau 2016.

Anda mungkin juga menyukai