Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH TURUNNYA AL QUR’AN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al Qur‟an

Dosen Pengampu : SAIFUL SULUM, S.HI., M.H.

Di Susun Oleh :
Miftahus Sifak
Suparman

SEKOLAH TINGGI EKONOMI DAN BISNIS ISLAM AL ANWAR


(STEBIA) BANGKALAN
PRODI : EKONOMI SYARIAH
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat
dan salam juga disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.
Serta sahabat dan keluarganya, seayun langkah dan seiring bahu dalam
menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Study Al Qur‟an pada
Program Studi Ekonomi Syari‟ah Sekolah Tinggi Ekonomi & Bisnis Islam Al
Anwar ( STEBIA ) dengan ini kami menyusun makalah dengan judul “Sejarah
Turunnya Al Qur‟an”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang
dapat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan, 03 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2
2.1. Pengertian Nuzul Al Qur‟an ......................................................................... 2
2.2. Sejarah Turunnya Al Qur‟an ( Nuzul Al Qur‟an ) ....................................... 2
2.3 Pemeliharaan Al-Qur‟an ................................................................................ 4
BAB III.................................................................................................................... 8
PENUTUP ............................................................................................................... 8
3.1. Kesimpulan ................................................................................................... 8
3.2. Saran ............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Betapa pun awamnya seorang muslim/muslimat, niscaya ia tahu dan
memang memang harus tahu bahwa sumber utama dan pertama ajaran agama
yang dianutnya (Islam) ialah al-Qur‟an al-Karim. Baru kemudian didikuti
dengan al-Hadsits/al-Sunnah sebagai sumber penting kedua agama Islam.
Beberapa hari menjelang wafatnya, Nabi Muhammad SAW berwasiat kepada
umatnya supaya berpegang teguh dengan kedua sumber ajaran Islam tersebut
(al-Qur‟an dan al-Sunnah).
Mempelajari buku-buku keagamaan yang lain semisal kalam, fiqih,
dan khususnya hadits juga penting, tetapi betapa pun banyaknya buku-buku
keagamaan dan keislaman yang tumbuh dan berkembang dewasa ini,
semangat untuk mempelajari ilmu-ilmu al-Qur‟an janganlah diabaikan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan pengertian nuzul al-quran
2. Menjelaskan tahap dan fase nuzul al-quran
3. Menjelaskan tentang pemeliharaan al-quran
4. Menjelaskan tentang hikmah pewahyuan al-quran?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping
untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan juga agar kami khususnya dan
semua mahasiswa pada umumnya mampu memahami sejarah turunnya al-
quran dan pemeliharaannya
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Nuzul Al Qur’an
Definisi kata nuzûl bermakna turun, sebagaimana hal ini disebutkan
dalam Mufradat, Misbah danAqrab. Raghib dalam memaknai nuzul berkata,
“al-Nuzul fii al-ashl: huwa inhitat min „ulu‟ (Nuzul aslinya bermakna
turunnya sesuatu dari atas)1. Terkait masalah hujan disebutkan, “Kamukah
yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan?"(Qs. Al-
Waqi‟ah [56]:69) dan juga “Isa putra Maryam berdoa, “Ya Tuhan kami,
turunkanlah kepada kami suatu hidangan dari langit." (Qs. Al-Maidah
[5]:114). Demikian juga, "Sesungguhnya Kami telah mengutus para rasul
Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan
bersama mereka kitab samawi dan neraca (pemisah yang hak dan yang batil
dan hukum yang adil)" (Qs. Al-Hadid [57]:25) "Dia menurunkan untuk kamu
delapan ekor binatang ternak yang berpasangan." (Qs. Al-Zumar [39]:6) “Hai
anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian
untuk menutupi auratmu” (Qs. Al-A‟raf [7]:26).2
2.2. Sejarah Turunnya Al Qur’an ( Nuzul Al Qur’an )
Ada beberapa pendapat mengenai proses penurunan al-Qur‟an dari
Allah SWT sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Perbedaan pendapat itu
pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok besar, yaitu 3:
1. Kelompok yang berpendapat bahwa al-Qur‟an diturunkan sekaligus (dari
awal sampai akhir) ke langit dunia pada malam al-Qadar. Kemudian
sesudah itu diturunkan secara berangsur-angsur dalam tempo 20, 23, atau
25 tahun sesuai dengan perbedaan pendapat diantara sesama mereka.
2. Golongan yang berpendirian bahwa al-Qur‟an diturunkan ke langit dunia
bagian demi bagian (tidak sekaligus) pada setiap malam al-Qadar karena
tidak ada kesepakatan di kalangan kelompok ini. Jadi, menurut mereka,
setiap datang malam al-Qadar pada setiap Ramadhan, bagian tertentu dari

1
Dr. Rosihon Anwar, M.ag, Ulumul Quran. Pustaka Setia, Bandung, 2008
2
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa, 2000
3
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2002

2
al-Qur‟an diturunkan ke langit dunia sekadar kebutuhan untuk selama satu
tahun, sampai ketemu malam al-Qadar tahun berikutnya. Menurut
pendapat ini, penurunan al-Qur‟an bagaikan sistem paket yang dilakukan
sekali dalam satu tahun, tepatnya pada setiap malam al-Qadar.
3. Aliran yang menyimpulkan bahwa al-Qur‟an itu untuk pertama kali
diturunkan pada malam al-Qadar sekaligus, dari Lauh Mahfudz ke Bait al-
Izzah dan kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit dalam
berbagai kesempatan sepanjang masa kenabian/kerasulan Muhammad
SAW.

Berkenaan dengan proses penurunan al-Qur‟an, al-Zarqani


4
menyebutkan 3 macam tahapan, yaitu :
1. Tahap pertama, al-Qur‟an diturunkan Allah SWT ke Lauh Mahfuzh, sesuai

dengan al-Qur‟an QS. Al-Buruuj ayat 21-22 : ٍ‫*فِي لَ ْو ٍح َمحْ فُوظ‬. ‫َب ْل ه َُو قُرْ آنٌ َم ِجي ٌد‬

Artinya : Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia.
Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.
2. Tahapan kedua, al-Qur‟an diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke Bayt al-Izzah
di langit dunia pada suatu malam yang dinamakan Lailah al-Qadar, sesuai
dengan al-Qur‟an QS. Al-Qadr ayat 1 : ِِ ‫إِ َّنا أَ ْن َز ْل َنا ُه فِي َل ْي َل ِة ْال َق ْدر‬
Artinya : Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada
malam kemuliaan.5
3. Tahapan ketiga, al-Qur‟an diturunkan dari Bayt al-Izzah kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril AS, sebagaimana
dalam al-Qur‟an QS. Al-Syu‟ara‟ ayat 193-194 :
َ ‫َن َز َل ِب ِه الرُّ و ُح ْاْلَمِينُ * َع َل ٰى َق ْل ِب َك لِ َت ُك‬
َ ‫ون م َِن ا ْل ُم ْنذ ِِر‬
‫ين‬
Artinya : Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-
orang yang memberi peringatan.

4
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia, 1997.
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro, 2005

3
Adapun kebijakan Allah SWT dalam menurunkan al-Qur‟an secara
berangsur-angsur, ialah 6:
1. Guna mempermudah penghafalan al-Qur‟an pada masa awal Islam yang
belum mengenal pembukuan,
2. Dalam rangka meneguhkan/memperkokoh keyakinan Nabi Muhammad
SAW dalam melaksanakan tugas berat dan menghadapi berbagai macam
tantangan,
3. Supaya ajaran-ajaran al-Qur‟an lebih mudah dipahami dan diamalkan,
4. Agar Nabi Muhammad SAW tidak merasa berat dalam menyampaikan dan
mengajarkan al-Qur‟an kepada para sahabatnya,
5. Penurunan al-Qur‟an yang disesuaikan dengan permasalahan yang timbul
dan kasus yang dihadapi,
6. Memberikan ilham yang sangat besar untuk membaca, memahami, dan
mempelajari al-Qur‟an dengan sistem tadrij (berangsur-angsur).

2.3 Pemeliharaan Al-Qur’an


Al-Qur‟an sendiri yang menyatakan bahwa keotentikan (orisinalitas) al-
Qur‟an dijamin oleh Allah SWT, sesuai dengan firman-Nya QS. al-Hijr ayat 9
:
ُ ‫الذ ْك َر َوإِ َّنا َل ُه َل َحاف‬
‫ِظون‬ ِّ ‫إِ َّنا َنحْ نُ َ َن َّز ْل َنا‬
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya. 7
Ayat diatas tegas-tegas menyatakan bahwa penurunan al-Qur‟an dan
pemeliharaan kemurniannya adalah merupakan urusan Allah SWT. Namun
demikian, tidak berarti kaum muslimin boleh berpangku tangan begitu saja,
sebaiknya kaum muslimin harus bersikap pro aktif dalam memelihara
keaslian kitab sucinya.
Adapun sejarah pemeliharaan al-Qur‟an itu sendiri secara global dan
umum pada dasarnya dapat ditelusuri dari 4 tahapan besar, yaitu :8

6
Ahmad Syadali. ‘Ulumul Qur’an I. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV. Diponegoro, 2005
8
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia, 1997

4
1) Tahap Pencatatan di Zaman Nabi Muhammad SAW
Sejarah telah mencatat bahwa pada masa-masa awal kehadiran
agama Islam, bangsa Arab tergolong ke dalam bangsa yang buta aksara.
Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri dinyatakan sebagai nabi yang
ummi, yang berarti tidak pandai membaca dan menulis.
Kendatipun bangsa Arab tergolong buta huruf dimasa-masa awal
penurunan al-Qur‟an, di balik itu mereka dikenal memiliki daya ingat
(hafal) yang kuat. Mereka terbiasa menghafal berbagai sya‟ir Arab dalam
jumlah yang tidak sedikit atau bahkan sangat banyak. Dan untuk ukuran
waktu itu, keunggulan seseorang dalam bidang pengetahuan justru
terletak pada mereka yang kuat hafalannya, bukan yang pandai baca-
tulis. Seandainya Nabi Muhammad SAW adalah seorang yang pandai
baca-tulis, maka sudah dapat dipastikan bagaimana reaksi orang-orang
Arab Quraisy waktu itu dalam menentang kewahyuan al-Qur‟an.
Kekuatan daya daya hafal bangsa Arab (dalam hal ini para sahabat)
benar-benar dimanfaatkan secara optimal oleh Nabi dengan
memerintahkan mereka supaya menghafal setiap kali ayat al-Qur‟an di
turunkan. Sementara yang pandai menulis, yang dari waktu ke waktu
jumlahnya semakin bertambah banyak, oleh Nabi diperintahkan mencatat
al-Qur‟an setiap kali beliau menerima ayat-ayat al-Qur‟an.
Mengingat pada zaman itu belum dikenal zaman pembukuan, maka
tidaklah mengherankan jika pencatatan al-Qur‟an bukan dilakukan pada
kertas-kertas, melainkan pada benda-benda seperti pelepah kurma, kulit-
kulit hewan, tulang-belulang, bebatuan, dan lain-lain. Namun karena
banyaknya jumlah benda yang ditulisi al-Qur‟an, maka banyak tulisan al-
Qur‟an yang terserak-serak/tidak terkumpul disatu tempat tertentu.

2) Tahap Penghimpunan di Zaman Khalifah Abu Bakar as-Siddiq9


Penghimpunan al-Qur‟an kedalam satu mushhaf baru dilakukan di
zaman Khalifah Abu Bakar as-Siddinq (11-13 h/632-634 M), tepatnya
setelah terjadinya peperangan Yamamh (12 H/633 M). Dalam
peperangan Yamamah ini, konon terbunuh 70 orang syuhada yang hafal

9
Asy-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an atau Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1980

5
al-Qur‟an dengan amat baiknya. Padahal, sebelum peristiwa yang
mengenaskan itu terjadi, telah pula meninggal 70 qurra‟ lainnya pada
pepereangan di sekitar Sumur Ma‟unah, yang terletak didekat kota
Madinah.
Abu Bakar as-Siddiq agar menghimpun al-Qur‟an. Pada awalnya
Abu Bakar merasa keberatan mengabulkan usulan Umar, dengan alasan
antara lain karena Nabi tidak pernah melakukan dan memerintah untuk
membukukan al-Qur‟an, namun atas desakan kuat Umar Ibn Khathtab
maka Abu Bakar pun setelah beberapa kali melakukan shalat istikharah
menerima usulan Umar untuk membukukan al-Qur‟an.
Untuk kegiatan yang dimaksud Abu Bakar mengangkat semacam
Panitia Penghimpun al-Qur‟an yang terdiri atas 4 orang dengan
komposisi kepanitian sebagai berikut : Zaid Ibn Tsabit sebagai ketua, dan
tiga orang lainnya yakni Ustman Ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib dan Ubay
Ibn Ka‟ab, masing-masing bertindak sebagai anggota. Panitia
Penghimpun al-Qur‟an yang semuanya penghafal dan penulis al-Qur‟an
termasyhur itu dapat menyelesaikan tugasnya dalam waktu kurang dari
satu tahun, yakni sesudah peristiwa peperangan Yamamah (12 H/633 M)
dan sebelum wafat Abu Bakar (13 H/634 M) tanpa mengalami hambatan
yang berarti.
Himpunan al-Qur‟an yang dilakukan Zaid Ibn Sabit kemudian
dipegang oleh Khalifah Abu Bakar hingga akhir khayatnya. Dan ketika
kekhalifahan dipegang Umar Ibn Khathtab, himpunan al-Qur‟an pun
beralih ketangan Umar. Ketika Umar meninggal, dan kekhalifahan
dijabat Utsman Ibn Affan, untuk sementara himpunan al-Qur‟an tersebut
dirawat oleh Hafsah binti Umar karena Hafsah seorang Hafizhah dan dia
juga salah seorang istri Nabi disamping sebagai anak seorang khalifah.
3) Tahap Penggandaan di Zaman Khalifah Utsman Ibn Affan10
Ketika Utsman mengerahkan bala tentara ke wilayah Syam dan
Irak untuk memerangi penduduk Armenia dan Azarbaijan, tiba-tiba
Hudzaifah Ibn al-Yaman menghadap Khalifah Utsman dengan maksud

10
Asy-Shiddieqy, Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an atau Tafsir, Jakarta: Bulan Bintang, 1980

6
memberi tahu Khalifah bahwa di kalangan kaum muslimin di beberapa
daerah terdapat perselisihan pendapat mengenai tilawah (bacaan) al-
Qur‟an.
Dengan hal itu, maka Hudzaifah mengusulkan kepada Utsman
supaya perselisihan itu segera dipadamkan dengan cara menyalin dan
memperbanyak al-Qur‟an untuk kemudian di kirimkan ke beberapa
daerah kekuasan kaum muslimin. Untuk kepentingan itu Utsman
membentuk Panitia Penyalin Mushhaf al-Qur‟an yang diketahui Zaid Ibn
Tsabit dengan tiga orang anggotanya masing-masing Abdullah Ibn
Zuber, Sa‟id Ibn al-Ash, dan Abd ar-Rahman Ibn al-Harits Ibn Hisyam.
4) Tahap Pencetakan al-Qur‟an di Zaman Modern
Pemeliharaan al-Qur‟an terus dilakukan dari waktu ke waktu,
termasuk ketika dunia tulis menulis mengalami kemajuan dalam hal
percetakan. Akan halnya buku-buku dan media cetak lainnya, al-Qur‟an
pun untuk pertama kali dicetak di kota Hanburg, Jerman pada abad ke 17
M.
Untuk menjaga kemurnian al-Qur‟an yang diterbitkan di Indonesia
atau pun yang didatangkan dari luar negeri, Pemerintah Rebublik
Indonesia cq. Departemen Agama telah membentuk suatu panitia yang
bertugas untuk memeriksa dan mentashhif al-Qur‟an yang akan dicetak
dan diedarkan yang diberi nama “Lajnah Pentashhif Mushhaf”.
Selain itu Pemerintah RI juga sudah mempunyai al-Qur‟an pusaka
berukuran 1 x 2 m, yang ditulis dengan tangan oleh penulis-penulis
Indonesia sendiri, mulai tanggal 23 Juni 1948 M/17 Ramadhan 1367 H
dan selesai pada tanggal 15 Maret 1960 M/17 Ramadhan 1379 H, yang
sekarang disimpan di Masjid Baiturrahim dalam Istana Negara.

7
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Definisi kata nuzûl bermakna turun, sebagaimana hal ini disebutkan dalam
Mufradat, Misbah danAqrab. Raghib dalam memaknai nuzul berkata, “al-
Nuzul fii al-ashl: huwa inhitat min „ulu‟ (Nuzul aslinya bermakna turunnya
sesuatu dari atas).
Berkenaan dengan proses penurunan al-Qur‟an, al-Zarqani menyebutkan 3
macam tahapan, yaitu:
1. Tahap pertama, al-Qur‟an diturunkan Allah SWT ke Lauh Mahfuzh
2. Tahapan kedua, al-Qur‟an diturunkan dari Lauh Mahfuzh ke Bayt al-Izzah
di langit dunia pada suatu malam yang dinamakan Lailah al-Qadar
3. Tahapan ketiga, al-Qur‟an diturunkan dari Bayt al-Izzah kepada Nabi
Muhammad SAW dengan perantara Malaikat Jibril AS
Al-Qur‟an sendiri yang menyatakan bahwa keotentikan (orisinalitas) al-
Qur‟an dijamin oleh Allah SWT, sesuai dengan firman-Nya QS. al-Hijr ayat 9
:
ُ ‫الذ ْك َر َوإِ َّنا َل ُه َل َحاف‬
‫ِظون‬ ِّ ‫إِ َّنا َنحْ نُ َ َن َّز ْل َنا‬
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya..

Hikmah Al Qur‟an diturunkan secara beransur-ansur itu ialah:


1. Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Orang tidak akan
melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu
diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dan riwayat
„Aisyah r.a.
2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai
dengan permasalahan pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya
Al Qur‟an diturunkan sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan
adanya nasikh dan mansukh).

8
3.2. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penyusun banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penyusun demi sempurnanya makalah
ini dan dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penyusun pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://makalah2107.blogspot.com/2016/09/makalah-proses-turunnya-al-quran-
dan.html
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya. Cet. V; Bandung: CV.
Diponegoro, 2005.
Kamaludin Marzuki, ‘Ulumul Qur’an, hal. 68
Dr. Rosihon Anwar, M.ag, Ulumul Quran. Pustaka Setia, Bandung, 2008
Al-Qattan, Manna’ Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Jakarta: Litera Antar Nusa,
2000
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2002.
Rofi’i, Ahmad & Ahmad Syadali. Ulumul Quran I,Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Ahmad Syadali. ‘Ulumul Qur’an I. Cet. I; Bandung: Pustaka Setia, 1997.
http://roelwie.wordpress.com/isi-kandungan-alquran/

Anda mungkin juga menyukai