Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005). Sectio caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau
vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. (Mochtar,
1998). Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro,
2006).
2.1.2 Etiologi
1. Panggul sempit
2. Placenta previa
3. Ruptura uteri mengancam
4. Partus Lama
5. Partus Tak Maju
6. Pre eklampsia, dan Hipertensi
7. Indikasi Janin
8. Kelainan Letak
a. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang
yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak
lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan
panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara lain.
b. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
9. Gawat Janin
10. Janin Besar 
11. Kontra Indikasi
12. Janin Mati
13. Syok, anemia berat.
14. Kelainan congenital Berat
2.1.3 Indikasi SC
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea adalah :
a. Prolog labour sampai neglected labour.
b. Ruptura uteri imminen
c. Fetal distress
d. Janin besar
e. Perdarahan antepartum
2.1.4 Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah
rahim. Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta
previa, sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio
caesarea dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
2.1.5 Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
1. Abdomen (SC Abdominalis)
1). Sectio Caesarea Transperitonealis
a. Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
b. Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.
2). Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
 Sayatan memanjang (longitudinal)
 Sayatan melintang (tranversal)
 Sayatan huruf T (T Insisian)
3. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
 Mengeluarkan janin lebih memanjang
 Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
 Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang
baik.
 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi dibandingkan
dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC klasik sudah dapat
terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya
baru terjadi dalam persalinan.
 Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang telah
mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat
istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka
sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum menutup luka
rahim.
4. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim
kira-kira 10cm.
Kelebihan :
 Penjahitan luka lebih mudah
 Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
 Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
 Perdarahan kurang
 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil

Kekurangan :
 Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan
arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
2.1. 5. Komplikasi
1. Infeksi Puerpuralis
1). Ringan      : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2). Sedang     : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau perut
sedikit kembung
3). Berat        : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai
pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Pendarahan disebabkan karena :
1). Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2).      Atonia Uteri
3). Pendarahan pada placenta bled
4) Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
5). Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
3. Komplikasi - komplikasi lainnya
1). Luka kandung kemih
2). Embolisme paru - paru
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding
uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal
ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
1). Prognosis
 Dengan kemajuan teknik pembedahan, adanya antibiotika dan persediaan darah
yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman dari pada
dahulu.
 Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang kompeten <
2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas pembedahan adalah
kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi pembedahan dan lamanya
persalinan berlangsung.
 Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari keadaan
yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut statistik, di
negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal yang baik, angka
kematian perinatal sekitar 4 - 7% (Mochtar, 1998).
2.2. Konsep Tindakan Sesuai Jurnal
2.1.1. Menurut Linatu Sofiyah Atun Raudotul Ma’rifah, Indri Heri Susanti
Penurunan nyeri lebih banyak pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok
kontrol.Hal ini sesuai dengan teori gate control dari Melzack dan Wall mengusulkan bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat.Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.Upaya menutup
pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.Pemblokan ini dapat
dilakukan melalui mengalihkan perhatian ataupun dengan tindakan relaksasi.
2.1.2. Menurut Denny Saputra, Asmawati, Septiyanti
Dengan pemodelan tersebut, dapat disimpulkan bahwa : kelompok yang diberikan relaksasi
genggam jari sebanyak 2 kali dapat menurunkan nyeri sebesar 1 skala nyeri setelah dikontrol
variabel nyeri sebelum intervensi. Pemberian teknik relaksasi genggam jari yang dilakukan
oleh suami pada pasien post op SC sebanyak 2 kali akan lebih efektif menurunkan nyeri post
op.
2.1.3. Menurut Nita Evrianasari, Nova Yosaria, Anissa Ermasari
Manajemen nyeri dapat dilakukan dengan beberapa tindakan atau prosedur baik secara
farmakologis maupun non farmakologis. Prosedur secara farmakologis dilakukan dengan
pemberian analgesik, yaitu untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, sedangkan
secara non farmakologis dapat dilakukan dengan cara relaksasi, teknik pernapasan,
pergerakan/perubahan posisi, massage, akupressur, terapi panas/dingin, hypnobirthing,
musik, dan TENS (Transcutaneous ElectricalNerve Stimulation) (Potter,Perry 2005).
2.1.4. Menurut
2.1.5. Menurut Ika Lasati, Utami
Upaya - upaya untuk mengatasi nyeri pada ibu post SC adalah 170 dengan menggunakan
farmakologis dan non farmakologis. Pemberian farmakologi efektif untuk nyeri sedang dan
berat, dan dapat diturunkan dengan waktu yang cepat. Namun demikian pemberian
farmakologi tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien sendiri untuk mengontrol
nyeri yang dirasakan. Terapi non farmakologis dibutuhkan untuk membantu tubuh individu
beradaptasi dan resisten terhadap nyeri yang dirasakan, sehingga tubuh dapat
menginterpretasikan nyeri tersebut dengan skala lebih rendah.
2.1.6 Menurut Puji Astutik dan Eka Kulinawati
Salah satu pengobatan non-farmakologis yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri pada
ibu post SC dengan teknik relaksasi genggam jari. Teknik relaksasi genggam jari merupakan
cara yang mudah untuk mengelola emosi dan mengembangkan kecerdasan emosional. Di
sepanjang jari-jari tangan kita terdapat saluran atau meridian energi yang terhubung dengan
berbagai organ dan emosi. Teknik relaksasi genggam merangsang meridian jari yang
meneruskan gelombang tersebut ke dalam otak. Hasil dari Perlakuan relaksasi genggam jari
akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut saraf aferen nonnosiseptor sehingga
stimulus nyeri terhambat dan berkurang. Prosedur Penatalaksanaan Teknik Relaksasi
Genggam dilakukan selama 15 menit dengan tahapan :
1. Duduk atau baring dengan tenang.
2. Genggam ibu jari tangan dengan telapak tangan sebelahnya apabila merasa khawatir
yang berlebihan, genggam jari telunjuk dengan telapak tangaan sebelahnya apabila
merasa takut berlebihan, gengggam jari tengah dengan telapak tangan sebelahnya
apabila merasa marah berlebihan, genggam jari manis dengan telapak sebelahnya
apabila merasa sedih berlebihan dan genggam jari kelingking dengan telapak tangan
sebelahnya apabila merasa stress berlebihan.
3. Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung, hembuskan perlahan dengan
mulut. Lakukan berkali-kali
4. Katakan, “semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks, semakin rileks”, dan
seterusnya sampai benar-benar rileks.
5. Apabila sudah dalam keadaan rileks, lakukan hipnopuntur yang diinginkan seperti,
“maafkan”, “lepaskan”, “tunjukan yang terbaik”, “saya pasti bisa”, “saya yakin
bahagia”, “saya ingin masalah cepat selesai”, “saya bisa mendapatkan yang lebih
baik”, dan lain-lain sesuai dengan permasalahanya.
6. Gunakan perintah sebaliknya untik menormalkan pikiran bawah sadar. Contohnya,
“saya akan terbang dnegan keadaan yang lebih baik”, “mata saya perintah untuk
normal kembali dan dapat dengan mudah untuk dibuka”.
7. Lepas genggam jari dan usahakan lebih rileks.

Anda mungkin juga menyukai