Disusun oleh:
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan tugas makalah mata kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah
dengan judul “MANAJEMEN SAPI PERAH PADA MASA KERING”. Makalah ini
disusun secara tim oleh kelompok 5 dengan menjelaskan bagaimana manajemen sapi perah
pada masa kering yang baik dan tepat. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua atas doa dan dukungannya baik secara moril maupun materil.
2. Dr. Ir. Puguh Surjowardojo, MP. selaku Dosen mata kuliah Metodologi Penelitian
dan Penulisan Karya Ilmiah.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
3.1 Pengertian Masa Kering..............................................................................................3
3.2 Tujuan Masa Kering...................................................................................................3
3.3 Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan.........................................3
3.4 Manajemen Masa Kering............................................................................................4
3.4.1 Pakan........................................................................................................................4
3.4.2 Sanitasi Kandang.....................................................................................................5
3.4.3 Sanitasi Sapi.............................................................................................................5
3.5 Lama Masa Kering......................................................................................................6
3.6 Kebutuhan Zat Pakan Sapi Perah Kering Kandang....................................................6
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................7
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................7
4.2 Saran...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun menuntut peningkatan ketersediaan
berbagai produk pangan, termasuk pangan asal ternak. Secara nasional, konsumsi protein
hewani asal ternak baru mencapai 5,72 g/kapita/hari, masih di bawah rekomendasi
Widyakarya Pangan dan Gizi, yaitu 6 g/kapita/hari. Dari jumlah tersebut, kontribusi terkecil
berasal dari susu, yaitu 0,6 g/kapita/hari (Soedjana 2007). Rendahnya konsumsi protein
hewani asal ternak tidak terlepas dari kurangnya produksi susu dalam negeri. Saat ini,
produksi susu di Indonesia hampir seluruhnya berasal dari sapi perah dan baru memenuhi
30% dari kebutuhan, sisanya harus diimpor (Ditjennak 2007). Peluang meningkatkan
produksi susu masih cukup besar, baik melalui peningkatan populasi dan produktivitas ternak
maupun diversifikasi sumber susu. Salah satu ternak yang potensial sebagai ternak perah
adalah sapi perah.
Manajemen suatu peternakan sapi perah penting untuk diketahui oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam dunia peternakan khususnya peternakan sapi perah. Manajemen sebagai
pedoman agar tidak terjadi kerugian baik secara materi maupun kerugian secara genetik dan
agar terciptanya sebuah usaha peternakan yang efektif dan efisien. Susu sebagai hasil utama
dari ternak perah khususnya sapi perah dihasilkan melalui suatu peternakan sapi perah.
Kualitas dan kuantitas serta kontinuitas produksi susu dari suatu perusahaan peternakan sapi
perah sangat penting untuk menjamin kelangsungan produksi dari peternakan sapi perah.
Dalam menjaga kelangsungan produksi susu yang stabil dan tidak terjadi kesalahan
manajemen yang mengakibatkan keadaan sapi tidak sesuai kriteria produksi atau laktasi.
Sapi perah merupakan ternak andalan dalam mewujudkan swasembada susu segar
nasional. Keberhasilan menejemen peternakan sapi perah diantara ditentukan oleh
kemampuan dalam pemeliharaan dan menejemen kesehatan, terutama pada periode kering
kandang
1
e. Bagaimana manajemen bahan pakan sapi perah kering kandang?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui manajemen masa kering pada sapi perah
b. Mengetahui tujuan dari masa kering pada sapi perah
c. Mengetahui proses pengeringan dengan metode pemerahan
d. Mengetahui lama masa kering sapi perah
e. Mengetahui manajemen bahan pakan sapi perah kering kandang
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini bagi pembaca khususnya bagi peternak sapi perah
yaitu untuk memberikan wawasan mengenai manajemen pemeliharaan masa kering sapi
perah dan bagi mahasiswa jurusan peternakan dapat menajadikan ini referensi dan
tambahan wawasan mengenai dunia peternakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tidak diperah. Kemudian induk diperah 3 hari sekali hingga akhirnya tidak diperah
sama sekali.
b. Pemerahan tidak lengkap yaitu pemerahan tetap dilakukan setiap hari, tetapi setiap
kali pemerahan tidak sekali puting atau keempat puting itu diperah, jadi keempat
puting itu diperah secara bergantian. Setiap kali memerah hanya 2 puting saja, dan
hari berikutny a bergantian puting lainnya. Hal ini dilakukan beberapa hari hingga
akhirnya tidak diperah sama sekali. Cara ini dilakukan pada sapi yang mempunyai
kemampuan produksi tinggi.
c. Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan ini dilakukan dengan
tiba-tiba. Cara pengeringan semacam ini didahului dengan tidak memberikan
makanan penguat 3 hari sebelumnya, dan makanan kasar berupa hijauan pun
dikurangi tinggal seperempat bagian saja. Cara ini lebih efektif dan memperkecil
gangguan kesehatan pada ambing, bila kombinasikan dengan cara pemerahan
berselang.
4
total konsumsi hijauan normal. Pada dua sampai tiga minggu minggu pertama pakan
hijauan dikurangi sampai dengan setengah porsinya dan mulai diberikan pakan
penguat dengan kadar protein 2-4% kebutuhan zat pakan sapi kering yang didasarkan
bobot badan. Sedangkan ketika memasuki masa kering kandang akhir pada 2-3
minggu sebelum melahirkan, hijauan diberikan seperti jumlah biasa dengan kualitas
tinggi. (Murthi, 2016).
2. Konsentrat
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan
lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan
dan dimaksudkan untuk dicampur sebagai suplemen. Konsentrat bertujuan sebagai
pakan ternak penguat yang kaya akan kandungan karbohidrat dan protein seperti
jagung, pollard, bekatul, dedak dan bungkil-bungkilan.
Pakan konsentrat yang diberikan pada sapi masa kering awal selama 3 hari
sebelum pengeringan, adalah dilakukan penghentian atau tidak diberi konsentrat.
Pemberian pakan konsentrat pada akhir masa kering kandang dilakukan 2-3 minggu
sebelum melahirkan, dengan dilakukan penambahan konsentrat yang diberikan
menigkat secara bertahap.
5
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mastitis yaitu dengan selalu menjaga
kebersihan kandang dan lingkungannya, pengawasan masa kering perlu dilakukan
dengan baik lalu pemberian antibiotik kedalam putting masa kering kandang
(Suryowardojo, 2011).
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum
ternaktersebut melahirkan.
Kering kandang bertujuan untuk mengistirahatkan kelenjar ambing mengembalikan
berat badan induk yang hilang pada periode laktasi. Memberi kesempatan pada fectus
untuk berkembang lebih normal agar diperoleh pedet yang baik dan mempersiapkan
periode laktasi berikutnya agar produksi tidak menurun
Proses pengeringan atau menuju masa kering sapi perah dapat dilakukan dengan cara
pengaturan pemerahan, proses pemerahan tersebut dapat di lakukan dengan 3 cara
yaitu pemerahan berselang, pemerahan tidak lengkap, dan pemerahan dihentikan
secara mendadak.
Lama kering kandang yang baik untuk menjaga agar laktasi berikutnya tetap tinggi
adalah sekitar 60 hari
Sapi kering kandang membutuhkan bahan kering (BK) 2%, pemberian rumput sekitar
3-4 kg/ekor/hari. Pada awal kering kandang sapi yang mempunyai kondisi yang baik
diberi hijauan dengan kualitas baik 5-7 minggu hingga 2-3 minggu sebelum
melahirkan ditambah garam dapur atau air minum ditambah dengan tepung tulang.
Pakan sapi yang pertama meliputi hijauan. Pemberian pakan pada masa kering perlu
diperhatikan karena produksi susu mulai berhenti atau diistirahatkan dari pemerahan.
Pakan hijauan yang diberikan pada sapi masa kering awal selama 3 hari sebelum
pengeringan, pakan hijauan dikurangi secara bertahap hingga sepertiga bagian dari
total konsumsi hijauan normal. Pada dua sampai tiga minggu minggu pertama pakan
hijauan dikurangi sampai dengan setengah porsinya dan mulai diberikan pakan
penguat dengan kadar protein 2-4% kebutuhan zat pakan sapi kering yang didasarkan
bobot badan. Sedangkan ketika memasuki masa kering kandang akhir pada 2-3
minggu sebelum melahirkan, hijauan diberikan seperti jumlah biasa dengan kualitas
tinggi.
Pakan sapi yang kedua meliputi konsentrat. Pakan konsentrat yang diberikan pada
sapi masa kering awal selama 3 hari sebelum pengeringan, adalah dilakukan
penghentian atau tidak diberi konsentrat. Pemberian pakan konsentrat pada akhir
7
masa kering kandang dilakukan 2-3 minggu sebelum melahirkan, dengan dilakukan
penambahan konsentrat yang diberikan menigkat secara bertahap.
Sanitasi merupakan upaya dalam menjaga kebersihan ternak, kandang dan alat di
lingkungan sekitar. Sanitasi kandang dan diperalatan dilakukan sebelum memulai
pemeliharan sapi perah, baik itu untuk pedet maupun sapi dara. Sanitasi kandang dan
peralatan dengan cara membersihkan lingkungan di dalam kandang dan diluar
kandang.
4.2 Saran
Sebaiknya sebagai peternak harus mempunyai ilmu yang cukup untuk memelihara
dan memperhatikan sapi perah pada masa kering.
8
DAFTAR PUSTAKA
Albiantono, L. 2016. Manajemen Perkandangan pada Sapi Perah di CV. Capita Farm, Desa
Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tugas Akhir
Universitas Diponegoro Semarang.
Al-Amin, A. F., M. Hartono., dan S. Suharyati. 2017. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi
Calving Interval Sapi Perah Pada Peternakan Rakyat Di Beberapa Kabupaten/Kota
Provinsi Lampung. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia. Vol 1 (1) : 33-36
Anggraeni, A dan E. Mariana. 2016. Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah
Menuju Good Dairy Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah Rakyat Pondok
Ranggon. Agripet. Vol 16 (2) : 90-96
Atabany, A., B. P. Purwanto., T. Toharmat., dan A. Anggraeni. 2011. Hubungan Masa
Kosong dengan Produktivitas pada Sapi Perah Friesian Holstein di Baturraden,
Indonesia. Media Peternakan. Vol 34 (2) : 77-82
Laryska, N. dan T. Nurhajati. 2013. Peningkatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah dengan
Pemberian Pakan Konsentrat Komersial Dibandingkan dengan Ampas Tahu. Jurnal
Agroveteriner. Vol 1(2): 79-87.
Murthi, A.S. 2016. Manajemen Usaha Peternakan Sapi Perah di Balai Besar
PembibitanTernak Unggul dan Hijauan pakan Ternak Baturraden Kabupaten Banyumas
Jawa Tengah. Tugas Akhir Universitas Diponegoro Semarang.
Rahman, M.T., Hermawan dan D.S Tasripin. 2015. Evaluasi Performa Produksi Susu Sapi
Perah Fries Holland (FH) Keturunan Sapi Impor. Jurnal Universitas Padjajaran. Vol
4(3): 1-8
Rusadi, R.P., M. Hartono dan Siswanto. 2015. Service Per Conception Pada Sapi Perah
Laktasi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPPTU-
HPT) Baturraden Purwokerto Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol
3(1): 29-37.
Suryowardojo. P. 2011. Tingkat Kejadian Mastitis dengan Whiteside Test dan Produksi Susu
Sapi Perah FH. Jurnal Ternak Tropika. Vol. 12(1): 46-55.
Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.
Putera, D.K., R. Wulansari., dan R. P. A. Lelana. Profil Hematologi Sapi Perah Fh (Freisian
Holstein) Periode Kering Kandang Di Kunak Cibungbulang Bogor : 1-10.