Menurut Hidayat (2009) Proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
1) Faktor Herediter Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. 2) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan pranatal, lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor pranatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat -obatan , alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormon tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.
A. Stimulasi, Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
1. Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah atau yang merupakan orang terdekat anak (Depkes, 2012, hlm.15). Perkembangan kemampuan dasar anak mempunyai pola yang tetap dan berlangsung secara berurutan, dengan demikian stimulasi yang diberikan kepada anak dalam rangka merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak dapat diberikan orang tua atau keluarga sesuai dengan pembagian kelompok umur stimulasi (Depkes, 2012, hlm.15). Tabel 2.5 Kelompok umur stimulasi anak (Depkes, 2012) Kelompok Umur No. Priode Tumbuh Kembang Stimulasi 1. Masa pranatal, janin dalam kandungan Masa prenatal 2. Masa bayi 0-12bulan Umur 0-3 bulan Umur 3-6 bulan Umur 6-9 bulan Umur 9-12 bulan 3. Masa anak balita 12-60 hari Umur 12-15 bulan Umur 15-18 bulan Umur 18-24 bulan Umur 24-36 bulan Umur 361-48 bulan Umur 48-60 bulan 4. Masa anak prasekolah 60-72 bulan Umur 60-72 bulan
Kemampuan anak dirangsang dengan stimulasi terarah pada kemampuan
gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak kasar pada anak misalnya dengan mendorong anak untuk bermain bola bersama temannya, permainan menjaga keseimbangan tubuh, belari, melompat dengan satu kaki, diajari bermain sepeda, dan sebagainya (Depkes, 2012, hlm.37). Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan gerak halus pada anak misalnya menulis namanya, menulis angka-angka, menggambar, berhitung, berlatih mengingat, membuat sesuatu dari tanah liat atau lilin, bermain berjualan, belajar mengukur dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.37). Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bicara dan bahasa pada anak misalnya bermain tebak-tebakan, berlatih mengingat -ingat, menjawab pertanyaan “mengapa?”, mengenal uang logam, mengamati atau meneliti keadaan sekitanya dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.38). Stimulasi yang dilakukan pada kemampuan bersosialisasi dan kemandirian pada anak misalnya mendorong anak untuk berpakaian sendiri, menyimpan mainan tanpa bantuan, ajak berbicara tentang apa yang dirasakan, berkomunikasi dengan anak, berteman dan bergaul, mematuhi peraturan keluarga dan lain-lain (Depkes, 2012, hlm.39).
2. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan mudah juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan yang tepat terutama untuk melibatkan ibu dan keluarga (Depkes, 2012, hlm. 40). Kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyarakat) dan tenaga professional (kesehatan, pendidikan dan sosial) (Depkes, 2012, hlm.1). Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional (Hermawan, 2011). Menurut Depkes RI (2012) ada 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya berupa deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, deteksi penyimpangan perkembangan dan deteksi penyimpangan mental emosional. 1) Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Skrining atau pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih. Alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur, alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan kubus (Depkes, 2012, hlm 52). Cara penggunaan KPSP yaitu : a. Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa. b. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan. c. setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. d. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP (Depkes, 2012, hlm 52). 2) Tes Daya Dengar (TDD) Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih. Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola) (Depkes, 2012. hlm. 70). Cara melakukan TDD : a. Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam bulan. b. Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak. c. Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab oleh orang tua atau pengasuh anak. d. Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak. Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau pengasuh. (Depkes, 2012. hlm. 70). 3) Tes Daya Lihat (TDL) Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snelle n chart (Depkes, 2012, hlm 71).
Departemen Kesehatan . 2012 . Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.