Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
tinggi. Dengan demikian, orang yang terinfeksi virus HIV akan mendapatkan kualitas hidup
yang baik dan juga mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
BAB II
LANDASAN TEORI
HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan terhadap
serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasien untuk
menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan mengurangi terjadinya infeksi
oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak
menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia
harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas golongan seperti nukleoside reverse
transcripetase inhibitor, non-nucleotide reverse transciptase inhibitor dan protease.
Panduan Pelaksanaan
2
3 Pastikan ketersediaan logistik ARV.
4 Pasien perlu diberikan informasi tentang cara minum obat dengan bahasa yang mudah
dimengerti, sesuai dengan latar belakang pendidikan dan budaya setempat
5 Petugas mendukung pasien untuk minum obat secara patuh dan teratur dengan melakukan
analisis faktor pendukung dan penghambat.
6 Pemberian informasi efek samping obat diberikan tanpa membuat pasien takut minum obat.
7 Obat ARV diminum seumur hidup
8 Obat ARV perlu diberikan sedini mungkin setelah memenuhi persyaratan terapi untuk
mencegah pasien masuk ke stadium lebih lanjut.
9 Terapi ARV pada kekebalan tubuh yang rendah meningkatkan kemungkinan timbulnya
Sindroma Pulih Imun (SPI)
10 Pemberian ARV, khususnya pada daerah dengan epidemi meluas, dapat dilakukan di tingkat
puskesmas oleh perawat/bidan terlatih di bawah tanggung jawab dokter terdekat.
11 ARV diberikan kepada pasien sebulan sekali untuk mengontrol kepatuhan minum obat.
Pemberian obat ARV dapat diberikan sampai tiga bulan bila pasien sudah stabil dengan
riwayat kepatuhan minum obat yang tinggi.
12 Sebisa mungkin gunakan rejimen ARV yang mudah untuk pasien seperti kombinasi dosis
tetap (KDT : Tenofovir-Lamivudin-Efavirenz atau TenofovirEmtricitabine-Efavirenz)
13 Puskesmas dapat melatih tenaga kader kesehatan, kelompok agama dan lembaga masyarakat
lainnya untuk menjadi pengingat minum obat
14 Bila tersedia pemeriksaan laboratorium maka dapat dilakukan pemeriksaan untuk menjadi
dasar memulai ARV, namun bila tidak tersedia, jangan menunda terapi ARV. Untuk obat-
obat ARV dengan efek samping rendah seperti KDT maka pemeriksaan pra-ARV tidak
menjadi syarat dan dapat dilakukan kemudian.
15 Informasi lebih lengkap tentang penggunaan ARV dapat dilihat pada Pedoman Nasional
Tatalaksana klinis infeksi HIV dan terapi Antiretroviral
2.3 Indikasi
1 Semua pasien dengan stadium 3 dan 4, berapapun jumlah CD4 atau
2 Semua pasien dengan CD4 < 350 sel/ml, apapun stadium klinisnya
3 Semua pasien dibawah ini apapun stadium klinisnya dan berapapun jumlah CD4
3
a. Semua pasien ko-infeksi TB
b. Semua pasien ko-infeksi HBV
c. Semua ibu hamil
d. ODHA yang memiliki pasangan dengan status HIV negatif (sero discordant)
e. Populasi kunci (penasun, waria, LSL,WPS)
f. Pasien HIV (+) yang tinggal pada daerah epidemi meluas seperti Papua dan Papua Barat
Obat ARV harus diminum seumur hidup dengan tingkat kepatuhan yang tinggi (>95%)
sehingga petugas kesehatan perlu untuk membantu pasien agar dapat patuh minum obat, kalau
perlu melibatkan keluarga atau pasien lama. Kepatuhan pasien dalam meminum obat dapat
dipengaruhi oleh banyak hal seperti prosedur di layanan, jarak, keuangan, sikap petugas dan efek
samping. Oleh karena itu perlu dicari penyebab ketidak patuhannya dan dibantu untuk
meningkatkan kepatuhannya, seperti konseling dan motivasi terus menerus. Ketidak patuhan
kepada obat lain seperti kotrimkoksasoltidak selalu menjadi dasar untuk menentukan kepatuhan
minum ARV.
ASKEP
a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, alamat, no regestrasi
dan diagnosa medis.
2) Status Kesehatan
4
a) Alasan MRS
b) Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan badan terasa lemas, sakit kepala, susah tidur, diare dll.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang
d) Riwayat Kesehatan Dahulu
e) Riwayat Penyakit Keluarga
3) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Aukultasi
4) Aktivitas / istirahat
Mengatakan susah tidur (pola tidur terganggu).
5) Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi
kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur
6) Psikososial
Takut menghadapi kematian karena penyakitnya.
b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan efek samping
dari pemberian ARV sebagai berikut :
1) Gangguan pola tidur berhubungan dengan efek samping obat
5
tidur normal Pattern mempertahankan
Penurunan Kriteria Hasil : aktivitas sebelum tidur
kemampuan Jumlah jam tidur (membaca)
berfungsi dalam batas Ciptakan lingkungan
Ketidakpuasan tidur normal 6-8 yang nyaman
Menyatakan sering jam/hari Kolaborasikan
terjaga Pola tidur, pemberian obat tidur
Meyatakan tidak kualitas dalam Diskusikan dengan
mengalami kesulitan batas normal pasien dan keluarga
tidur Perasaan segar tentang teknik tidur
Menyatakan tidak sesudah tidur pasien
merasa cukup atau istirahat Instruksikan untuk
istirahat Mampu memonitor tidur pasien
Faktor Yang mengidentifikasi Monitor waktu makan
Berhubungan : kan hal-hal yang dan minum dengan
Kelembaban meningkatkan waktu tidur
lingkungan sekitar tidur Monitor/catat
Suhu lingkungan kebutuhan tidur pasien
sekitar setiap hari dan jam
Tanggung jawab
memberi asuhan
Perubahan
pejanan terhadap
cahaya gelap
Gangguan(mis.,u
ntuk tujuan
terapeutik,
pemantauan,
pemeriksaan
laboratorium)
Kurang kontrol
tidur
Kurang privasi,
Pencahayaan
6
Ansietas Klien mampu Gunakan pendekatan
berhubungan dengan mengindentifikasi yang menenangkan.
ancaman kematian dan Beritahu pada pasien
mengungkapkan segala sesuatu yang
gejala cemas membuat pasien
Menunjukkan cemas
teknik untuk Jelaskan prosedur
mengontrol cemas kegiatan semua
TTV dalm batas Bantu pasien untuk
normal mengenal situasi yang
Postur tubuh, menimbulkan cemas.
mimik dan tingkat Ajarkan nafas dalam
aktivitas pada pasien untuk
menunjukkan mengurangi cemas
cemas berkurang. dan membuat lebih
relaksasi
7
sangat signifikan terhadap kepatuhan, karena hal tersebut menyebabkan pasien
tidak dapat mengakses layanan kesehatan dengan mudah. Termasuk diantaranya
ruangan yang nyaman, jaminan kerahasiaan dan penjadwalan yang baik, petugas
yang ramah dan membantu pasien.
a. Karakteristik Pasien. Meliputi faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, ras / etnis,
penghasilan, pendidikan, buta/melek huruf, asuransi kesehatan, dan asal kelompok
dalam masyarakat misal waria atau pekerja seks komersial) dan faktor psikososial
(kesehatan jiwa, penggunaan napza, lingkungan dan dukungan sosial, pengetahuan
dan perilaku terhadap HIV dan terapinya).
b. Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan, bentuk
paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus diminum, kompleksnya
paduan (frekuensi minum dan pengaruh dengan makanan), karakteristik obat dan
efek samping dan mudah tidaknya akses untuk mendapatkan ARV.
c. Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan lamanya sejak
terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik penyerta, dan gejala yang berhubungan
dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau penyakit lain menyebabkan
penambahan jumlah obat yang harus diminum.
d. Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasien- tenaga kesehatan
yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi: kepuasan dan kepercayaan pasien
terhadap tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan pasien terhadap kompetensi
tenaga kesehatan, komunikasi yang melibatkan pasien dalam proses penentuan
keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat, terbuka, kooperatif, dll) dan
kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat layanan dengan kebutuhan pasien
Sebelum memulai terapi, pasien harus memahami program terapi ARV beserta
konsekuensinya. Proses pemberian informasi, konseling dan dukungan kepatuhan
harus dilakukan oleh petugas (konselor dan/atau pendukung sebaya/ODHA). Tiga
langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan antara lain:
Langkah 1: Memberikan informasi
Klien diberi informasi dasar tentang pengobatan ARV, rencana terapi,
kemungkinan timbulnya efek samping dan konsekuensi ketidakpatuhan. Perlu
diberikan informasi yang mengutamakan aspek positif dari pengobatan sehingga
8
dapat membangkitkan komitmen kepatuhan berobat
9
10
Penutup
A. Kesimpulan
Antiretroviral (ARV) adalah obat yang diberikan untuk pasien HIV/AIDS dengan tujuan
menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan mengurangi terjadinya infeksi
oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan menurunkan kecacatan. ARV tidak
menyembuhkan pasien HIV, namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang
usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Peran perawat dalam menigkatkan kepatuhan
minum obat pasien sangat penting yaitu dengan cara memberikan informasi seputar
pengobatan ARV, konseling perorangan untuk mengeksplorasi kesiapan pengobatan pasien
dan membuat rencana terapi pasien.
B. Saran
Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan kepada pasien
dengan HIV harus berhati-hati dan sesuai dengan SOP agar keamanan pasien dan keamanan
perawat terjaga. Selain masalah fisiologis pada pasien, perawat juga harus mampu melakukan
asuhan keperawatan terhadap masalah psikologis dan social dari pasien. Oleh sebab itu, perlu
di bangun hubungan saling percaya antara klien dan petugas kesehatan. Kunjungan ulang
menjadi kunci kesinambungan perawatan dan pengobatan pasien.
11
BAB III
ANALISA JURNAL
12
BAB VI
PENUTUP
13
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=jurnal+askep+penatalaksanaan+pasien+dengan+ARV&oq=jurnal+askep+penatalaksan
aan+pasien+dengan+ARV&aqs=chrome..69i57.19506j0j8&sourceid=chrome&ie=UTF-8
http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/4__Pedoman_Fasyankes_Primer_ok.pdf
15