07 Alupurinol PDF
07 Alupurinol PDF
ALLOPURINOL
2. PENGGUNAAN (2,7,8,9)
Digunakan untuk obat menurunkan konsentrasi asam urat dalam plasma dan atau
urin ketika hiperurisemia meningkat signifikan secara klinis, anti-gout kronis,
pencegahan nefropati asam urat.
3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN
3.1. Organ Sasaran (3,4,7,8,10)
Gastrointestinal, kulit, muskuloskeletal, darah, ginjal, hati, jantung, sistem
syaraf pusat, sistem kekebalan tubuh (imun), sistem limfatik.
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek
3.2.1.1. Terhirup (3,5,9)
Menyebabkan iritasi membran mukus dan saluran
pernafasan atas. Orang dengan gangguan fungsi
pernapasan, penyakit saluran napas seperti emfisema atau
bronkitis kronis, dapat mengalami ketidakmampuan
bernafas, jika menghirup partikel dalam konsentrasi tinggi.
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit (3,5,9)
Iritasi kulit. Jika zat masuk ke dalam pembuluh darah melalui
kulit terbuka atau luka, dapat menyebabkan luka sistemik
dengan efek yang berbahaya.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata (3,4,9)
Iritasi mata, mata kemerahan dan berair. Kontak langsung
dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada mata yang
ditandai dengan keluar air mata atau kemerahan pada
konjungtiva.
3.2.1.4. Tertelan (3,5,6,7,9,10)
Timbul keracunan. Efek samping dapat terjadi seperti ruam
kulit (maculopapular atau pruritus), menggigil, demam, sakit
kepala, vertigo, mengantuk, mual, muntah, diare, iritasi
lambung, leukopenia atau leukositosis, eosinofilia, arthalgia
dan vaskulitis yang menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup (5)
Terhirup partikel dengan konsentrasi tinggi dalam jangka
waktu lama dapat menyebabkan perubahan fungsi paru,
seperti pneumoconiosis yang disebabkan partikel < 0,5
mikron menembus dan tersisa dalam paru-paru.
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit (3,4,5)
Kontak dengan kulit dalam jumlah berlebih dapat
menyebabkan reaksi sensitisasi (reaksi alergi kulit) pada
sebagian orang.(3,5) Reaksi alergi kulit (ruam makulopapular
yang disertai dengan mengelupas/bersisik) dan eksfoliatif,
urtikaria, eritematosa, hemoragik dan jenis purpura
dermatitis. Reaksi hipersensitivitas yaitu dampak negatif
kedua yang lebih jarang dan dapat terjadi demam,
menggigil, arthralgia, mual, muntah dan keadaan ini disebut
dengan “allopurinol hipersensitivitas sindrom”.(4)
3.2.2.3. Kontak dengan Mata (11)
Data tidak tersedia
3.2.2.4. Tertelan (4,5)
Paparan dari sejumlah kecil partikel dapat memicu reaksi
hipersensitivitas seperti bronkospasma, urtikaria, edema
angioneurotik, rhinitis, pandangan kabur. Sindrom
hipersensitivitas allopurinol yang akan fatal, termasuk timbul
demam, panas dingin, nekrolisis epidermal, vaskulitis
dermal, disfungsi berat dari ginjal dan hati, perdarahan
gastrointestinal, dan kemungkinan vaskulitis pulmonar(3)
Syok anafilaktik dan ruam kulit mungkin terjadi.(4)
4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan
LD50 intraperitoneal pada tikus 900 mg/kg; LD50 intraperitoneal pada
mencit 214 mg/kg; LD50 oral pada mencit >1000mg/kg; LD50 subkutan
pada mencit 298 mg/kg; LD50 subkutan pada tikus 2450 mg/kg;(5,6)
LD50 oral pada mencit 78 mg/kg.(4,5)
4.1.2. Data pada Manusia (7)
Studi Kasus
20 g Allopurinol pada dewasa dapat menyebabkan mual, muntah,
diare, sakit perut, kulit kemerahan (flushing), perubahan suhu,
leukopenia, hepatomegali, perubahan tes fungsi hati yang dapat
dipulihkan dengan terapi suportif.
22,5 g Allopurinol (416 mg/kg) pada usia wanita 15 tahun dapat
menyebabkan asimptomatik, sedikit mengingkat pada fosfat dan alkali
fosfatase. Dapat diobati dengan lavage lambung dan arang aktif.
4.2. Data Karsinogenik (2,8)
Studi jangka panjang pada tikus tidak menunjukkan adanya
karsinogenisitas.
4.3. Data Tumoregenik
Data tidak tersedia
4.4. Data Teratogenik (2,3,6,8)
Studi pada hewan terjadi kelainan skeletal minor dan sumbing pada wajah,
tetapi efek teratogenik tidak dilaporkan setelah pemberian dosis tinggi pada
tikus dan kelinci.(2) Studi pada mencit menunjukkan abnormalitas fetal, dan
pada tikus tidak ditemukan adanya abnormalitas. Suatu studi ekstensif pada
mencit, tikus, dan kelinci menunjukkan tidak adanya efek teratogenik. (8)
Efek Kronis – Teratogen
Dosis 50 mg/kg secara intraperitoneal pada tikus dengan masa kehamilan
10 hari dapat menyebabkan perkembangan kelainan yang spesifik yaitu
pada Craniofacial (termasuk hidung dan lidah) dan sistem muskuloskeletal.
Efek pada embrio atau janin dapat menyebabkan Fetotoxicity (kecuali
kematian, misalnya janin terhambat).(3,6)
Dosis 100 mg/kg secara intraperitoneal pada tikus dengan masa kehamilan
10 hari dapat menyebabkan efek pada embrio atau janin yaitu kematian
janin.(3)
4.5. Data Mutagenik (2)
Tidak ada mutagenisitas pada limfosit manusia.