Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEORI TERBENTUKNYA NEGARA

Dosen Pengampu
Hendrik Pandu Paksi, S.Pd.,
M.Pd.

Disusun oleh:
Siti Nur Asiah (19010644243)
Audry Agnesia Aldama (19010644241)
Dinda Titanica Putri (19010644198)

Kelas 2019F
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada bapak Hendri Pandu Paksi, S.Pd M.Pd yang telah
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

DAFTAR ISI

Kata pengantar………………………………………………………………………….ii
Daftar isi ……………………………………………………………………………….iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………..………………..……1
B. Rumusan Masalah………………………………………..……………….……1
C. Tujuan………………………………………………………………………….1
BAB II
PEMBAHASAN………………………….…………………………………………….2
A. Teori-teori Terbentuknya Negara……………………………………………...2
1. Teori Kenyataan……………………………………………………………..2
2. Teori Ketuhanan………………………………………………………………
3. Teori Perjanjian Masyarakat……………………………………………………
4. Teori Kekuasaan………………………………………………………….
5. Teori Hukum Alam…………………………………………………………
6. Teori Hukum Murni…………………………………………………………..
7. Teori Modern…………………………………………………………………
B. Syarat Berdirinya Negara……………………………………………………
1. Wilayah…………………………………………………………………….
2. Rakyat………………………………………………………………………
3. Pemerintah yang Berdaulat……………………………………………………
C. Perbedaan Bangsa dan Negara……………………………………………….
D. Faktor-faktor Runtuhnya Negara……………………………………………..
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………
B. Saran……………………………………………………………………...........
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan manusia lain.
Oleh karena itu manusaia dikatakan mahluk sosial. Negara terbentuk dari sekumpulan
individu yang saling berinteraksi satu sama lain hingga membentuk keluarga. Berlanjut
hingga membentuk masyarakat dan suku-suku. Sampai disini manusia membentuk
persekutuan-persekutuan tersebut masih di dorong oleh kebutuhan alamiah. Namun manusia
tidak berhenti sebatas kebutuhan alamiah semata akan tetapi terus berlanjut menyentuh
kepentingan yang mengakibatkan persekutuan-persekutuan tersebut membentuk suatu entitas
masyarakat untuk mewujudkan kepentingan-kepentingannya dengan membentuk negara.
Dengan kata lain negara dibentuk tidak hanya memenuhi kebutuhan semata tetapi juga untuk
memenuhi kepentingan-kepentingan manusia.

Negara adalah lanjutan dari keinginan manusia yang hendak bergaul antara seorang
dengan orang lainnya dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan hidupnya. Semakin
luas pergaulan manusia dan semakin banyak kebutuhannya, maka bertambah besar
kebutuhannya kepada sesuatu organisasi negara yang akan melindungi dan memelihara
keselamatan hidupnya.

Istilah negara sudah dikenal sejak zaman Renaissance, yaitu pada abad ke XV. Pada
masa itu telah digunakan istilah Lo Stato yang berasal dari bahasa Italia, yang kemudian
menjelma menjadi L’etat’ dalam bahasa Perancis, The State dalam bahasa Inggris atau Deeer
Staat dalam bahasa Jerman dan De Staat dalam Bahasa Belanda, dalam proses pembentukan
suatu negara tentu bermunculan teori-teori bagaimana terbentuknya suatu negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa teori-teori terbentuknya negara?
2. Apa saja syarat berdirinya suatu negara?
3. Apa perbedaan bangsa dan negara?
4. Apa penyebab runtuhnya suatu negara dan bangsa?
C. Tujuan
1. Memahami teori terbentuknya negara.
2. Mengetahui syarat berdirinya suatu negara.
3. Mengetahui perbedaan antara bangsa dan negara.
4. Memahami sebab-sebab runtuhnya suatu bangsa dan negara.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori-teori Terbentuknya Negara


Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara yang berbeda sesuai sudut
pandangnya yang antara lain adaalah:
1. Teori Kenyataan

Timbulnya suatu negara merupaakan soal kenyataan. Apabila suatu ketika


unsur-unsur negara (wilayah, rakyat, pemerintah yang berdaulat) terpenuhi, maka
pada saat itu pula negara itu menjadi suatu kenyataan.

2. Teori Ketuhanan
Timbulnya negara itu adalah atas kehendak Tuhan. Segala sesuatu tidak akan
tejadi atas kehendak-Nya. FriederichJulius Stahl (1802-1861) menyatakan bahwa
negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses evolusi, mulai dari
keluarga, menjadi bangsa dan kemudian menjadi negara. Negara bukan tumbuh
disebabkan berkumpulnya kekuatan dari luar, melainkan karena perkembangan
dari dalam. Ia tidak tumbuh disebabkan kehendak manusia, melainkan kehendak
Tuhan.
Pada umumnya negara mengakui bahwa selain merupakan hasil perjuangan
atau revolusi, terbentuknya negara adalah karunia atau kehendah Tuhan. Ciri
negara yang menganut teori ketuhanan dapat dilihat pada UUD berbagai negara
antara lain mencantumkan frasa: Berkat rahmat Tuhan atau “By the grace of
God”.
3. Teori Perjanjian Masyarakat.
Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara, manusia
hidup sendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada
masyarakat dan peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan mudah terjadi
di mana pun dan kapan pun. Tanpa peraturan kehidupan manusia tidak berbeda
dengan cara hidup binatang buas, sebagaimana dilukiskan oleh Thomas Hobbes:
Homo Homini Lupus danBellum Omnium Contra Omnes. Teori perjanjian
masyarakat di ungkap dalam buku Leviathan. Ketakutan akan kehidupan berciri
survival of the fittest itulah yang menyadarkan manusia akan kebutuhannya:
negara yang diperintah oleh seorang raja yang dapat menghapus rasa takut.
Demikanlah akal sehat manusia telah membimbing dambaan suatu kehidupan
yang tertib dan tentram. Maka, dibuatlah perjanjian masyarakat. Perjanjian antar
kelompok manusia yang melahirkan negara daan perjanjian tu sendiri disebut
Pactum unionis. Bersamaan dengan itu terjadi pula perjanjian yang disebut
Pactum Subiectionis, yaitu perjanjian antar kelompok manusia dengan penguasa
yang diangkat dalam Pactum Unionis.
Isi Pactum Subiectionis adalah pernyataan penyerahan hak-hak alami kepada
penguasa dan berjanji akan taat kepadanya. Penganut teori perjanjian masyarakat
antara lain: Grotius (1583-1645), John Locke (1632-1704), Immanuel Kant
(1724-1804), Thomas Hobbes (1588-1679), J.J. Rousseau (1712-1778).
Ketika menyusun teorinya itu, Thomas Hobbes berpihak kepada raja Charles
I yang sedang berseteru dengan parlemen. Teorinya itu kemudian digunakan
untuk memperkuat kedudukan raja. Maka hanya mengakui Pactum Subiectionis,
yaitu pactum yang menyatakan penyerahan seluruh haknya kepada penguasa dan
hak yang sudah diserahkan itu tidak dapat diminta kembali. Sehubungan dengan
hal tersebut Thomas Hobbes menegaskan idenya bahwa negara seharusnya
berbentuk kerajaan mutlak/absolut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
rumusan yang dikatakan Hobbes subjektif.
Jhon Locke menyusun teori perjanjian masyarakat dalam bukunya “ Two
Treaties on Civil Government”bersamaan dengan tumbuh kembangnya kaum
borjuis (golongan menengah) yang menghendaki perlindungan penguasa atas diri
dan kepentingannya. Maka John Locke mengendalikan bahwa dalam pactum
subiectionis tidak semua hak manusia diserahkan kepada raja. Seharusnya ada
beberapa hak tertentu (yang diberikan alam) tetap melekat padanya. Hak yang
tidak diserahkan itu adalah hak asasi manusia yang terdiri dari : hak hidup, hak
kebebasan dan hak milik. Hak-hak itu haryus dijamin raja dalam UUD negara.
Menurut Jhon Locke, di dalam perjanjian tersebut masyarakat memberikan dua
hak penting yang mereka miliki dalam keadaan alamiah kepada negara. Kedua
kuasa tersebut adalah hak untuk menentukan bagaimana setiap manusia
mempertahankan diri, dan hak untu menghukum setiap pelanggar hukum kodrat
yang berasal dari Tuhan,
Dengan demikian Jhon Locke menentang pandangan Hobbes tentang
kekuasaan negara yang berabsolut dan mengatasi semua warga negara. Negara
sebaiknya berentuk kerajaan yang berundang-undang dasar atau monarki
konstitusional.
J.J. Rousseau berpendapat setelah menerima mandat dari rakyat, penguasa
mengembalikan hak-hak rakyat dalam bentuk hak warga negara . ia juga
menyatakan bahwa negara yang terbentuk oleh perjanjian masyarakat harus
menjamin kebebasan dan persamaan. Penguasa sekedar wakil rakyat, dibentuk
berdasarkan kehendak rakyat. Maka, apabila tidak mampu menjamin kebebasan
dan persamaan, penguasa itu dapat diganti. Mengenai kebenaran tentang
terbentuknya negara oleh perjanjian masyarakat itu, para penyusun teorinya
sendiri berbeda pendapat. Grotius menganggap bahwa perjanjian masyarakat
adalah kenyataan sejarah, sedangkan Hobbes, Locke, Kant, dan Rousseau
menganggapnya sekedar khayalan logis.
4. Teori Kekuasaan
Teori kekuasaan menyatakan bahwa negara terbentuk berdasarkan
kekuasaan. Orang kuatlah yang pertama-tama mendirikan negara, karena dengan
kekuatannya itu ia berkuasa memaksakan kehendaknya terhadap orang lain
sebagaimana disindir oleh Kallikles dan Voltaire:” Raja pertama adalah prajurrit
yang berasil”.
Karl Marxberpandangan bahwa negara timbul karena kekuasaan.
Menurutnya, sebelum negara ada di dunia ini telah terdapat masyarakat komunis
purba. Buktinya pada masa itu belum dikenal hak milik pribadi. Semua alat
produksi menjadi milik seluruh masyarakat. Adanya hak milik pribadi memecah
masyarakat menjadi dua kelas yang bertentangan, yaitu kelas masyarakat pemilik
alat-alat produksi dan yang bukan pemilik. Kelas yang pertama tidak merasa
aman dengan kelebihan yang dimilikinya dalam bidang ekonomi. Mereka
memerlukan organisasi paksa yang disebut negara., untuk mempertahankan pola
produksi yang telah memberikan posisi istimewa kepada mereka dan untuk
melanggengkan pemilikan atas alat-alat produksi tersebut.
H.J Laski berpendapat bahwa warga negara berkewenangan mengatur
tingkah laku manusia. Negara menyusun sejumlah peraturan untuk memaksakan
ketaatan kepada negara. Leon Duguit menyatakan bahwa seseorang dapat
memaksakan kehendaknya terhadap orang lain karena ia memiliki kelebihan atau
keistimewaan dalam bentuk lahiriah (fisik), kecerdasan, ekonomi, dan agama.
5. Teori Hukum Alam

Para penganut teori hukum alam menganggap adanya hukum yang berlaku
abadi dan universal (tidak berubah, berlaku di setiap waktu dan tempat). Hukum
alam bukan buatan negara, melainkan hukum yang berlaku menurut kehendak
alam. Penganut Teori Hukum Alam antara lain:

a. Masa Purba: Plato (429-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM)


b. Masa abad pertengahan :Augustinus (354-430) dan Thomas Aquino
(1226-1234)
c. Masa Renaissance : para penganut teori perjanjian masyarkat.

Menurut plato asal mula terjadinya negara adalah:


a. Adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang beraneka ragam
sehingga menyebabkan mereka harus bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
b. Manusia tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa berhubungan
dengan manusia lain dan harus menghasilkan segala sesuatu yang bisa
melebihi kebutuhannya sendiri untuk dipertukarkan.
c. Mereka saling menuikarkan karya satu sama lain dan kemudian
bergabung sesamanya dan membentuk desa.
d. Hubungan kerja sama antar desa lambat laun menimbulkan masyarakat
(negara kota).

Aristoteles meneruskan pandangan Plato tentang asala mula terjadinya


negara. Menurutnya, berdasarkan kodratnya manusia harus berhubungan dengan
manusia lain dalam mempertahankan keberadaanya dan memenuhi kebutahan
hidupnya. Hubungan itu pada awalnya terjadi di dalam keluarga, kemudian
berkembang menjadi suatu kelompok yang agak besar. Kelompok-kelompok
yang terbentuk dari keluarga-keluarga itu kemudian bergabung dan membentuk
desa. Dan kerja sama antardesa melahirkan negara kecil (negara kota).

Selanjutnya Thomas Aquinas sebagaimana ditulis Firdaus Syam


berpendapat bahwa hukum kodrat tidak mungkin bertentangan dengan hukum
abadi Tuhan, oleh karenanya keberadaan negara tidak terlepas dari hukum alam
dan eksistensi sebuah negara juga bersumber dari sifat alami manusia yang
bersifat sosial dan politis yang tidak hanya berdasarkan insting, tetapi akal budi
juga menyebabkan manusia disebut sebagai mahluk politik yang hidupnya akan
saling bergantung dengan manusia yang lainnya untuk mendapatkan hidup yang
layak dan membentuk suatu komunitas untuk menyalurkan serta
mengembangkan pemikiran dan akal budi meraka yaitu negara yang merupakan
kebutuhan kodrati manusia.

Artinya, negara adalah sebuah komunitas politik yang dapat


merefleksikaserta menggabungkan akal budi, pemikiran individu manusia,
dengan demikian juga negara merupakan kodrati manusia, maka jelaslah alam,
kekuasaan dan negara memiliki hubungan yang saling terkait.

6. Teori Hukum Murni

Menurut Hans Kelsen, negara adalah suatu kesatuan tata hukum yang
bersifat memaksa. Setiap orang harus taat dan tunduk, kehendak negara adalah
kehendak hukum, negara identik dengan hukum.
Hans Kelsen mengemukakan pandangan yuridis yang sangat ekstrim yaitu
menyamakan negara dengan tata hukum nasional dan berpendapat bahwa
problema negara harus diselesaikan dengan cara normatif. Ia mengabaikan faktor
sosiologis karena hal itu hanya akan mengaburkan analisis yuridis. Hans Kelsen
dikenal sebagai pejuang teori hukum murni, yaituteori yang mengenai
pembentukan dan perkembangan hukum secara formal, terlepas dari isi material
dan ideal norma-norma hukum yang bersangkutan. Menurutnya, negara adalah
suatu badan hukum seperti halnya NV, CV, PT. Dalam definisi Hans Kelsen,
badan hukum adalah sekelompok orang yang oleh hukum yang diperlakukan
sebagai suatu kesatuan yaitu sebagai suatu person yang memiliki hak dan
kewajiban.

Perbedaan antara negara sebagai badan hukum dengan badan-badan hukum


lain adalah bahwa negara merupakan badan-badan hukum tertinggi yang bersifat
mengatur dan menertibakan.

7. Teori Modern

Teori modern menitikberatkan fakta dan sudut pandang tertentu untuk


memperoleh kesimpulan tentang asal mula, hakikat dan bentuk negara.
Kranenburg mengatakan bahwa pada hakikatnya negara adalah suatu organisasi
kekuasaan yang diciptakan sekelompok manusia yang disebut bangsa. Sebaliknya ,
Logemann mengatakan bahwa negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang
menyatukan kelompok manusia yang kemudian disebut bangsa.

Perbedaan pandangan mereka sesungguhnya terletak pada pengertian istilah


bangsa. Kranenburg menitikberatkan pengertian bangsa secara etnologis,
sedangkan Logemann lebih menekankan pengertian rakyat suatu negara dan
memperhatikan hubungan antar organisasi kekuasaan dengan kelompok manusia
di dalamnya.

B. Syarat-syarat Berdirinya Negara

Syarat – syarat berdirinya suatu negara terdapa 4 unsur, dimana unsur tersebut dibedakan
menjadi 2 macam yaitu ( unsur deklaratif dan unsur konstitutif ).Unsur konstitutif adalah unsur
yang mutlak harus ada saat Negara itu didirikan.Unsur deklaratif adalah unsur yang tidak harus
ada di saat negara tersebut berdiri tetapi boleh dipenuhi saat Negara tersebut berdiri. Empat unsur
tersebut terdapat 3 unsur konstitutif dan 1 unsur deklaratif.Tiga unsur konstitutif tersebut
diantaranya:
1. Wilayah ( daerah kekuasaan )
Wilayah merupakan daerah yang menjadi kekuasaan Negara sekaligus menjadi
tempat tinggal bagi rakyat. Wilayah Negara mencakup wilayah darat, laut, dan udara.Batas
wilayah dapat berupa:
a. Batas alamiah (gunung, hutan, sungai)
b. Batas hutan (pos penjagaan, kawat berduri, patok, pagar tembok)
c. Batas secara geografis yaitu batas berdasarkan garis lintang dan garis bujur.
d. Batas perjanjian, batas wilayah ini dapat berupa konvensi, traktat, misalnya konvensi
hukum laut internasional.
Ada 2 konsep mengenai batas wilayah lautan, yaitu:
a. Res nullius, yaitu laut dapat diambil dan dimiliki oleh setiap Negara
b. Res communis adalah laut milik masyarakat dunia, sehingga tidak dapat diambil atau
dimiliki suatu Negara.
2. Rakyat atau Penduduk
Rakyat adalah semua orang yang secara nyata berada (tinggal) dalam wilayah suatu
negara yang tunduk dan patuh terhadap peraturan dalam duatu negara tersebut.Penduduk
adalah orang yang berdomisili secara tetap dalam wilayah suatu negara dalam jangka waktu
yang lama. Penduduk terdiri dari WNI dan WNA.Penduduk dibedakan menjadi warga negara
dan bukan warga negara. Warga Negara adalah orang yang secara sah menurut hukum
menjadi warga negara, yaitu penduduk asli dan WNI keturunan asing.Bukan warga Negara
adalah orang yang menurut hukum tidak menjadi warga suatu negara atau WNA.Bukan
penduduk adalah mereka yang tinggal di wilayah suatu negara tidak menetap (tinggal
sementara waktu). Contoh: turis asing yang berlibur di Bali.
3. Pemerintah yang berdaulat
Pemerintah yang berdaulat adalah suatu pemerintah yang mempunyai kekuasaan tertinggi
untuk mengamankan, mempertahankan, mengatur, dan melancarkan tata cara
penyelenggaraan pemerintah negara secara penuh.Ada 2 macam kedaulatan yaitu:
a. Berdaulat keluar artinya memiliki kedudukan sederajat dengan negara-negara lain,
sehingga bebas dari campur tangan negara lain.
b. Berdaulat ke dalam artinya berwibawa, berwenang menentukan dan menegakkan hukum
atas warga dan wilayah Negaranya.
Pemerintah dalam arti luas meliputi gabungan semua alat-alat perlengkapan negara,
sedangkan arti sempitnya hanya kepala negara saja atau organ eksekutif.
4. Unsur deklaratif
Diluar unsur mutlak diatas masih terdapat unsur deklaratif, dimana unsur ini penting bagi
suatu Negara walaupun bukan merupakan unsur mutlak.Contoh unsur deklaratif:
a. Tujuan Negara,
b. Undang - undang dasar,
c. Pengakuan dari Negara lain secara de jure atau pun secara de facto,
d. Serta masuknya Negara dalam perhimpunan bangsa - bangsa (PBB)
Terdapat 2 jenis pengakuan yaitu secara:
a. De facto adalah pengakuan atas fakta adanya suatu Negara telah terbentuk berdasarkan
adanya rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat.
b. De jure adalah pengakuan berdasarkan pernyataan resmi menurut hukum internasional,
sehingga suatu Negara mendapatkan hak - hak dan kewajibannya sebagai anggota
keluarga bangsa – bangsa di dunia.

C. Perbedaan Bangsa dan Negara

Bangsa menurut KBBI adalah kelompok yang bersamaan asaal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedaangkan negara menurut KBBI adalah organisasi dalam
suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh raktyat. Perbedaan
bangsa dan negara sebagai berikut:

Bangsa Negara

Elemen pembentuk Kesamaan ras, agama, bahasa, Penduduk, pemerintahan,


sejarah budaya dan kesamaan wilayah, dan kedaulatan
kultural lainnnya

Tipe organisasi Kesatuan sosial,kebudaayaaan, Organisasi politik


emosional, dan psikologis

Wilayah Tidak membutuhkan wilayah Membutuhkan wilayah


tertentu kedaulatan yang tetap

Kedaulatan Tidak membutuhkan Membutuhkan kedaulatan yang


kedaulatan membedakannya dari bentuk
organisasi masyarakat yang
lain

Cakupan wilayah Lebih luwes penyebarannya Sulit untuk memperluas


berdasarkan kesamaan latar wilayah dan cenderung tidak
belakaang berubah

Kesatuan Dalam satu negara bisa ada Tidak boleh ada negara lain
lebih dari satu bangsa dalam satu negara

Kestabilan Lebih stabil dibandingkan Mengandalkan kedaulatan agar


negara bisa tetap stabil

1. Elemen pembentuk negara lebih kompleks dibandingkan bangsa


Sebuah negara baru bisa disebut negara apabila memenuhi semua kriteria elemen
pembentuknya yaitu memiliki penduduk, memiliki pemerintahan, memiliki wilayah yang tetap, dan
memiliki kedaulatan. Apabila ada salah satu saja elemen yang tidak terpenuhi maka belum bisa
disebut dengan negara. Dalam praktek politik internasionalnya ada satu elemen lagi yang menentukan
terbentuknya negara yaitu adanya pengakuan dari negara lain. Seperti yang terjadi pada Pakistan di
mana negara Pakistan sudah menyatakan kemerdekaan dan memenuhi semua elemen yang diperlukan
untuk menjadi sebuah negara namun masih banyak negara lain yang belum mengakui Pakistan
sebagai sebuah negara merdeka, termasuk Israel dan Amerika Serikat.Sedangkan sebuah bangsa
terbentuk karena adanya kesamaan ras, bahasa, budaya, sejarah, dan juga kesamaan aspirasi politik
yang membentuk sekumpulan orang menjadi kesatuan dengan identitas yang khas dan unik. Meski
begitu, elemen pembentuk bangsa tidak harus tetap seperti yang disebutkan di atas, bisa hanya
sebagian saja dan bisa ada elemen yang lain.

2.Tipe organisasi pada negara dan bangsa


Negara adalah sebuah organisasi yang dibentuk dengan cara-cara atau jalan politik. Struktur
politik inilah yang menyediakan dan mengelola sumber daya bagi penduduknya dan juga penjamin
keamananannya. Organisasi politik pada sebuah negara juga diatur secara legal dan eksis secara fisik.
Sementara untuk bangsa merupakan organisasi yang strukturnya tidak menggunakan jalan politik
melainkan menggunakan kesatuan yang membentuk sebuah bangsa. Struktur pada bangsa lebih bisa
memenuhi hubungan antar manusianya dengan cara yang emosional, psikologis, dan juga spiritual.

3.Negara menempati wilayah yang tetap


Syarat untuk bisa menjadi negara adalah wilayah yang tetap dengan batas-batas tertentu yang
disepakati oleh negara lainnya dan diikat melalui perjanjian internasional. Upaya-upaya yang
dilakukan sebuah negara untuk memperluas cakupan wilayahnya tidak mudah untuk dilakukan dan
menjadi isu internasional karena ada kepentingan negara lain yang dilibatkan. Misalnya saja isu
perebutan wilayah Laut Cina Selatan yang saat ini menjadi rebutan bagi beberapa negara di Asia
Pasifik di mana Cina sangat agresif untuk mengklaim wilayah tersebut adalah wilayah Cina. Atau
upaya Belanda untuk memperluas wilayahnya dengan membendung wilayah lautnya menjadi daratan,
dan sebagainya. Sedangkan untuk bangsa agar bisa tetap eksis tidak membutuhkan wilayah tetap
tertentu seperti yang terjadi pada bangsa Kurdi dan Yahudi sebelum tahun 1948.

4. Kedaulatan bagi bangsa dan negara


Kedaulatan adalah esensial bagi sebuah negara yang menentukan apakah pemerintah yang
terbentuk punya kuasa terhadap penduduknya atau tidak. Kedaulatan juga berarti sikap negara
tersebut terhadap isu-isu internasional sebagai bagian dari posisi negara tersebut di hubungan
internasional. Negara yang tidak berdaulat terancam guncang dan pecah seperti kudeta-kudeta dan
juga perang saudara yang terjadi di berbagai negara di Timur Tengah. Bangsa tidak memerlukan
kedaulatan untuk eksis, seperti pada India yang masih menjadi bangsa ketika di bawah kekuasaan
Inggris dan baru menjadi negara ketika merdeka dari Inggris pada tahun 1947.

5.Bangsa bisa menempati wilayah yang lebih luas

Ada banyak contoh di mana bangsa bisa menempati wilayah yang tidak terbatasi oleh batas-
batas negara. Misalnya lagi-lagi adalah bangsa Kurdi yang menempati berbagai wilayah di Timur
Tengah, kemudian ada bangsa Yahudi yang sebagian besar sudah punya negara sendiri di Israel
namun banyak juga yang masih menjadi penduduk Amerika Serikat, kemudian bangsa Perancis yang
tersebar ke beberapa negara seperti Belgia, Italia, Swiss, dan juga Kanada.

6. Bisa ada lebih dari satu bangsa dalam satu negara


Dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi di mana arus perpindahan manusia
sudah sulit untuk dibendung, bukan hal yang aneh apabila dalam satu wilayah negara terdapat lebih
dari satu bangsa yang menjadi penghuni. Contohnya adalah negara Amerika Serikat yang merupakan
negara imigran di mana penduduk asilnya yaitu suku Indian saat ini jumlahnya semakin menurun.
Tetapi untuk negara tentu tidak mungkin ada lebih dari satu negara berkedaulatan penuh dalam satu
wilayah negara atau negara dengan kepala negara yang berbeda. Karena untuk bentuk negara
perserikatan, terdiri dari negara-negara bagian yang dipimpin oleh Gubernur dengan otonominya,
namun masih di bawah Presiden atau kepala pemerintah yang sama.

7. Bangsa lebih stabil dibandingkan negara


Negara tidak bisa menjadi negara tanpa kedaulatan. Apabila kedaulatan sudah hilang maka
negara tersebut juga akan hilang misalnya karena kolonialisme. Tapi tidak begitu dengan bangsa.
Misalnya apa yang terjadi pada Jepang dan Jerman pada masa setelah PD II di mana kedua negara ini
diilucuti kedaulatannya oleh sekutu. Namun bangsa yang berada di Jepang dan Jerman tetap bertahan
hidup dan eksis sampai akhirnya mereka mendapatkan kedaulatan mereka kembali dan menjadi
negara yang bebas.

8. Negara merupakan hasil dari rekayasa manusia


Negara dibentuk karena usaha-usaha manusia secara fisik berdasarkan keinginan untuk
menguasai wilayah tertentu dan keinginan untuk mendapatkan kebutuhan hidup. Sedangkan bangsa
adalah sesuatu yang berasal dari latar belakang seseorang, panggilan kulturalnya sehingga meski
secara wilayah kenegaraan terpisah, kesatuan bangsa tidak bisa diputus begitu saja.

9.Negara memiliki hukum yang mengikat


Negara memiliki kewenangan secara hukum yang bisa memaksakan aturannya kepada
penduduk dan memberikan hukuman apabila ada penduduk yang melakukan pelanggaran. Sedangkan
bangsa tidak memiliki kewenangan tersebut. Secara sederhana perbedaan bangsa dan negara secara
hukum adalah jika bangsa menyerukan – negara memerintah, bangsa membujuk – negara memaksa,
bangsa melakukan boikot – negara memberikan hukuman. Hal ini dikarenakan bangsa adalah sebuah
kesatuan sedangkan negara merupakan organisasi politik.

D. PENYEBAB RUNTUHNYA SUATU BANGSA DAN NEGARA

Ada lima poin penting yang menjadi penyebab runtuhnya sebuah negara, seperti dirumuskan Jared
Diamond, Profesor Geografi dari Universitas California, Amerika Serikat. Jared Diamond adalah
pemenang berbagai penghargaan, Pulitzer Prize, Tyler Prize, dan Lewis Thomas Prize.

1. Rusaknya lingkungan oleh manusia - terutama bila merusak sumber daya yang merupakan sumber
pendapatan utama. 
2. Perubahan iklim.
3. Tiadanya/runtuhnya negara tetangga yang biasanya membantu kelangsungan hidup negara itu.
4. Hubungan dengan negara yang tidak baik.
5. Faktor politik, ekonomi, sosial dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai