Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN USAHA PEMANFAATAN

ENERGI GEOTHERMAL DI INDONESIA

Makalah ini diajukan untuk tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia di


Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Trisakti, semester ganjil tahun
akademik 2015/2016

Oleh

Arthur Gemas Pradhana Nayoan 072001500014

Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi

UniversitasTrisakti

Jakarta

2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT yang Mahakuasa atas
segala rahmat-Nya karena penulis dapat menuntaskan dan menyelesaikan pembuatan
makalah tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang penulis beri judul “Pengembangan
Usaha Pemanfaatan Energi Geothermal di Indonesia ”.

Tidak lupa dalam proses penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan penyusunan
makalah ini.

Makalah ini penulis buat agar para pembaca dapat mengambil pelajaran-pelajaran
baru yang terdapat dalam makalah ini. Tentu saja makalah ini belum sempurna dan
masih banyak kesalahan yang penulis buat secara tidak sengaja. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jakarta, Desember 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Hipotesis..................................................................................................................2
1.5 Kerangka Teori.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................5
2.1 Cincin Api................................................................................................................5
2.2 Geothermal...............................................................................................................6
2.3 Pengelolaan Geothermal...........................................................................................7
2.4 Tantangan suatu Negara Mengelola Geothermal......................................................9
2.5 Produksi dan Konsumsi Energi Geothermal di Indonesia......................................12
BAB III SIMPULAN.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin berkembangnya zaman, manusia selalu mencari energi untuk
digunakannya sebagai motor kehidupan mereka sehari-hari. Energi adalah tenaga
yang kita gunakan sehari-hari untuk hidup. Dari definisi yang telah penulis
katakan dapat kita maknai bahwa manusia tidak akan bisa lepas dari energi untuk
hidup. Energi terbagi dua menjadi energi terbarukan dan energi tidak terbarukan.
Geothermal ialah energi panas bumi yang tergolong sebagai energi terbarukan.
Untuk memperoleh energi geothermal dibutuhkan kondisi geografis tertentu.
Indonesia merupakan negara yang sudah memenuhi kondisi untuk
menjalankannya pengolahan energi geothermal.
Indonesia merupakan negara yang dilalui oleh cincin api (Ring of Fire). Karena
dilalui oleh cincin api, sumber panas bumi yang dimiliki Indonesia dapat
digunakan sebagai energi yang besar untuk kehidupan masyarakat. Saat ini
pencemaran lingkungan bukanlah masalah yang biasa dihadapi oleh kita. Untuk
mengurangi dan mengecilkan pencemaran yang telah terjadi manusia harus
menggunakan energi yang ramah lingkungan salah satunya ialah energi
geothermal, sehingga pengembangan usaha energi geothermal harus dilakukan
sejak dini karena manfaatnya sangat baik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah kami adalah
bagaimana cara mengolah energi geotermal, pembandingan jumlah emisi
geotermal dengan energi tidak terbarukan (fosil), serta aktifnya Indonesia dalam
usaha geothermal atau pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTB).

1
1.3 Tujuan

Mengetahui prinsip mengubah panas bumi menjadi listrik, membandingkan jumlah


emisi geotermal dengan energi fosil, dan aktifnya Indonesia dalam usaha mengelola
energi geothermal.

1.4 Hipotesis

Dalam hipotesis ini penulis berasumsi bahwa energi terbarukan geothermal dapat
menjadi energi yang berperan aktif dalam beberapa tahun kedepan serta memiliki
dampak positif pada kehidupan masyarakat sebagai energi yang ramah lingkungan
dan pemanfaatannya pada segi geografis Indonesia yang membuat usaha energi
geothermal marak dilakukan.

1.5 Kerangka Teori


 Hochstein (1990) membedakan sistim panasbumi (Geothermal) menjadi tiga,
yaitu:
1. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim yang
reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari
125°C.
2. Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim yang
reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 125°C dan 225°C.
3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida bertemperatur diatas 225°C.
 Kenzie dan Parker (1967) mengemukakan teori yang bernama teori Lempeng
Tektonik (Plate Tectonic). Teori ini menjelaskan bahwa proses dinamika
bumi yang mengakibatkan adanya jalur pegunungan dan adanya gempa pada
kerak bumi atau kulit bumi. Kulit atau kerak bumi di sini dinamakan litosfer
(sebuah lempengan keras) dan astenosfer (lempengan yang mengambang di
atas cairan kental (magma). Lempeng-lempeng tersebut bergerak karena
pengaruh arus konveksi yang terjadi pada astenosfer. Arus konvkesi sendiri

2
terjadi karena tingginya temperatur magma yang berada di bawah astenosfer.
Gerak lempengan tektonik dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1. Konvergensi : Gerakan antarlempeng yang saling mendekat sehingga
terjadi tumbukan. Tumbukan ini dapat mengakibatkan satu lempeng
menunjam ke bawah lempeng yang lain. Biasanya proses konvergensi
selalu terjadi antara lempeng samudra dan lempeng benua. Zona tempat
terjadinya konvergensi disebut zona subduksi.
2. Divergensi : Gerakan saling menjauh antarlempengan. Jarak pisah
antarlempengan itu nantinya akan diisi dengan kerak lempengan yang
baru. Zona tempat terjadinya proses divergensi disebut zona divergen.
3. Transform : Disebut juga sebagai sesar mendatar ialah gerakan saling
melewati yang terjadi antarlempengan sehingga terjadi gesekan, tetapi
tidak saling bertabrakan. Kejadian ini akan memunculkan gempa
berkekuatan besar. Zona tempat terjadinya proses transform disebut
sebagai zona transform.
 Sanyal dan Koenig (1995), ada beberapa risiko dalam pengusahaan panas
bumi yaitu :
1. Risiko yang berkaitan dengan sumberdaya (resource risk), yaitu resiko
yang berkaitan dengan:

o Kemungkinan tidak ditemukannya sumber energi panas bumi di


daerah yang sedang dieksplorasi (risiko eksplorasi).
o Kemungkinan besarnya cadangan dan potensi listrik di daerah tersebut
lebih kecil dari yang diperkirakan atau tidak bernilai komersial (risiko
eksplorasi).
o Kemungkinan jumlah sumur eksplorasi yang berhasil lebih sedikit dari
yang diharapkan (risiko eksplorasi).
o Kemungkinan potensi sumur (well output), baik sumur eksplorasi
lebih kecil dari yang diperkirakan semula (risiko eksplorasi).

3
o Kemungkinan jumlah sumur pengembangan yang berhasil lebih
sedikit dari yang diharapkan (risiko pengembangan).
o Kemungkinan potensi sumur (well output) sumur pengembangan lebih
kecil dari yang diperkirakan semula (risiko pengembangan).
o Kemungkinan biaya eksplorasi, pengembangan lapangan dan
pembangunan PLTP lebih mahal dari yang diperkirakan semula.
o Kemungkinan terjadinya problem‐problem teknis, seperti korosi dan

scaling (risiko teknologi) dan problem‐problem lingkungan.

2. Risiko yang berkaitan dengan kemungkinan penurunan laju produksi atau


penurunan temperatur lebih cepat dari yang diperkirakan semula
(resource degradation).
3. Risiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan pasar dan harga
(market access dan price risk).
4. Risiko pembangunan (construction risk).
5. Risiko yang berkaitan dengan perubahan manajemen (management risk).
6. Risiko yang menyangkut perubahan aspek legal dan kemungkinan
perubahan kebijaksanaan pemerintah (legal & regulatory risk).
7. Risiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan bunga bank dan
laju inflasi (Interest & inflation risk).
8. Force Majeure

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cincin Api
Cincin api atau bisa disebut juga dengan Ring of Fire merupakan daerah atau jalur
yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi
cekungan Samudra Pasifik. Daerah atau jalur tersebut dinamakan cincin api
karena pada daerah tersebut banyak sekali gunung api yang masih aktif dan rawan
meletus. Kawasan cincin api membentang luas mulai dari pantai barat Amerika
Utara hingga ke pantai timur Asia. Beberapa daratan yang dilalui ialah
pegunungan Andes (Chile dan Bolivia), Amerika Tengah, Amerika Utara
(Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada), Rusia, Jepang, Indonesia, Selandia
Baru, dan Antartika. Daerah yang dilalui oleh jalur cincin api selalu dilanda
gempa karena berbatasan langsung dengan laut dan memiliki gunung api yang
masih aktif karena ini negara-negara di Eropa jarang sekali terjadi gempa karena
tidak berbatasan langsung dengan laut dan sedikit sekali gunung api yang masih
aktif di Eropa.

Gambar 2.1 Jalur cincin api di dunia

5
Menurut Kenzie dan Parker (1967) dalam teorinya yaitu teori pergerakan
lempeng, dijelaskan bahwa proses dinamika bumi yang mengakibatkan adanya
jalur pegunungan dan adanya gempa pada kerak bumi atau kulit bumi.
Pegunungan bisa terbentuk ialah karena adanya proses subduksi yang membuat
jalur gunung api yang kita sebut sebagai cincin api. Dalam teori ini dijelaskan
juga bahwa proses subduksi dikarenakan adanya penunjaman satu lempeng ke
lempeng yang lain. Hal ini dapat dilihat bahwa gunung-gunung api yang berada
pada jalur cincin api letak nya tidak jauh dari pinggir pantai yang menandakan
bahwa gunung-gunung api pada jalur cincin api terbentuk karena penunjaman
lempeng samudra terhadap lempeng benua.

Gambar 2.2 Proses terjadinya gunung api yang disebabkan oleh proses subduksi

2.2 Geothermal
Energi geothermal merupakan sumber energi terbarukan berupa energi thermal
(panas) yang dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Istilah geothermal
berakar dari bahasa Yunani, geo, berarti bumi dan, thermos, berarti panas,
menjadi geothermal yang juga sering disebut panas bumi. Energi panas di inti
bumi sebagian besar berasal dari peluruhan radioaktif dari berbagai mineral di

6
dalam inti bumi. Energi geothermal merupakan sumber energi bersih apabila
dibandingkan dengan bahan bakar fosil karena sumur geothermal melepaskan
sangat sedikit gas rumah kaca yang terperangkap jauh di dalam inti bumi. Ini
dapat diabaikan apabila dibandingkan dengan jumlah gas rumah kaca yang
dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Ada cukup energi geothermal di
dalam inti bumi, lebih dari kebutuhan energi dunia saat ini. Namun, sangat sedikit
dari total energi panas bumi yang dimanfaatkan pada skala global karena dengan
teknologi saat ini hanya daerah di dekat batas-batas tektonik yang
menguntungkan untuk dieksploitasi. Menurut Hochstein (1990) dalam teorinya
menjelaskan sistim panasbumi (Geothermal) menjadi tiga, yaitu:
1. Sistem panasbumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil dari 125°C.
2. Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida bertemperatur antara 125°C dan 225°C.
3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistim yang reservoirnya
mengandung fluida bertemperatur diatas 225°C.

Sistem panas bumi seringkali juga diklasifikasikan berdasarkan entalpi fluida,


yaitu sistem entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang digunakan sebagai
dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan pada harga entalphi. Akan
tetapi, berdasarkan pada temperatur mengingat entalphi adalah fungsi dari
temperatur.

2.3 Pengelolaan Geothermal


Pembangkit (power plants) yang digunakan untuk mengkonversi fluida
geothermal menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama
dengan pembangkit lain yang bukan berbasis geothermal, yaitu terdiri dari
generator, turbin, sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa,
dan sebagainya. Terdapat tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas
bumi (PLTB) yaitu :

7
1. Dry Steam Power Plants : Pada tipe ini uap panas (steam) langsung
diarahkan ke turbin dan mengaktifkan generator untuk bekerja
menghasilkan listrik. Sisa panas yang datang dari production well
dialirkan kembali ke reservoir melalui injection well. Pembangkit tipe ini
ialah pembangkit yang sudah ada sejak tahun 1904.
2. Flash Steam Power Plants : Panas bumi yang berupa fluida seperti air
panas alam yang mempunyai temperatur di atas 175 derajat Celcius dapat
digunakan sebagai sumber pembangkit tipe ini. Cara kerjanya ialah fluida
panas dialirkan ke dalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah
sehingga terjadi uap panas secara cepat. Uap panas yang disebut dengan
flash inilah yang menggerakkan turbin untuk mengaktifkan generator yang
kemudian menghasilkan listrik kemudian sisa panas yang tidak dipakai
masuk kembali ke reservoir melalui injection well.
3. Binary Cycle Power Plants : Binary Cycle Power Plants (BCPP)
menggunakan teknologi yang berbeda dari dua tipe sebelumnya. Pada tipe
ini air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi (production
well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk
memanaskan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian
menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di
heat exchanger inilah yang disebut dengan secondary (binary) fluid.
BCPP ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi, tidak ada yang
dilepas ke atmosfer seperti asap. Keunggulan dari tipe ini ialah dapat
dioperasikan pada suhu rendah yaitu pada temperatur 90 – 175 derajat
Celcius.

8
Gambar 2.3 Kerangka pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTB)

2.4 Tantangan suatu Negara Mengelola Geothermal

Energi geothermal mengacu pada panas yang tersimpan dalam inti bumi. Seperti
sumber energi lainnya, energi geothermal memiliki keunggulan dan kelemahan
karena tidak ada sumber energi yang sempurna. Memanfaatkan energi geothermal
membutuhkan lahan dan kebutuhan air minimal, tidak seperti pada energi surya yang
membutuhkan area yang luas dan banyak air untuk pendinginan. Pembangkit panas
bumi menggunakan lahan hanya 3,5 kilometer persegi (1,4 mil persegi) per gigawatt
produksi listrik dan memerlukan hanya 20 liter air tawar per MW / jam.

Kelemahan terbesar energi panas bumi adalah biaya modal yang tinggi, yang
sebagian besar mengacu pada eksploitasi dan pengeboran. Pembangunan pembangkit
listrik geothermal dan pengeboran sumur saat ini membutuhkan biaya sekitar € 2-5
juta per MW listrik yang dihasilkan.
Kelemahan lainnya terlihat pada sedikitnya negara yang memanfaatkan energi
geothermal di saat ini. Energi geothermal saat ini dimanfaatkan hanya di 24 negara di
dunia. Alasan utama mengapa lebih banyak negara tidak memanfaatkan energi
geothermal adalah karena pembangkit listrik geothermal saat ini hanya efektif secara
ekonomi di daerah dekat batas lempeng tektonik. Namun, kemajuan teknologi terbaru
seperti EGS (enhanced geothermal systems) tentunya akan memperluas kelayakan
sumber daya geothermal secara signifikan di tahun-tahun mendatang.

Kurangnya personal yang memenuhi syarat yang diperlukan untuk menginstal sistem
geothermal sering disebut-sebut sebagai salah satu kelemahan energi geothermal.
Energi geothermal tidak sepopuler energi surya dan angin yang berarti hanya tersedia
sedikit tenaga ahli di bidang ini dan tentu saja gajinya juga mahal. Jika tidak
dilakukan dengan sistem perawatan yang memadai, pemanfaatan energi geothermal
bahkan dapat memicu gempa bumi karena penggunaan geothermal sangat
mempengaruhi stabilitas tanah.

9
Proyek panas bumi memiliki risiko yang tinggi dan memerlukan dana yang besar.
Oleh karena itu, sebelum suatu lapangan panas bumi dikembangkan perlu dilakukan
pengkajian yang hati‐hati untuk menilai apakah sumber daya panas bumi yang
terdapat di daerah tersebut menarik untuk diproduksikan. Penilaian kelayakan
meliputi beberapa aspek, yang utama adalah aspek teknis, pasar dan pemasaran,
finansial, legal, serta sosial ekonomi Dari segi aspek teknis, hal‐hal yang harus
dipertimbangkan adalah :

1. Sumber daya mempunyai kandungan panas atau cadangan yang besar


sehingga mampu memproduksikan uap untuk jangka waktu yang cukup lama,
yaitu sekitar 25‐30 tahun.
2. Reservoirnya tidak terlalu dalam, biasanya tidak lebih dari 3 km.
3. Sumber daya panas bumi terdapat di daerah yang relatif tidak sulit dicapai.
4. Sumber daya panas bumi memproduksikan fluida yang mempunyai pH
hampir netral agar laju korosinya relatif rendah sehingga fasilitas produksi
tidak cepat terkorosi. Selain itu hendaknya kecenderungan fluida membentuk
scale relatif rendah
5. Sumber daya panas bumi terletak di daerah dengan kemungkinan terjadinya
erupsi hidrothermal relatif rendah. Diproduksikannya fluida panas bumi dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya erupsi hidrotermal
6. Hasil kajian dampak lingkungan

Dari aspek pasar dan pemasaran, hal‐hal yang harus dipertimbangkan adalah
kebutuhan konsumen dan ketersediaan jaringan distribusi. Dari aspek finansial, perlu
dilakukan pengkajian terhadap dana yang diperlukan, sumber dana, proyeksi arus kas,
indikator ekonomi, seperti NPV, IRR, PI, dll, serta perlu juga dipertimbangkan
pengaruh perubahan ekonomi makro. Dari aspek sosial ekonomi, perlu
dipertimbangkan pengaruh proyek terhadap penerimaan negara, kontribusi proyek

10
terhadap penerimaan pajak, jasa‐jasa umum yang dapat dinikmati manfaatnya oleh
masyarakat dan kontribusi proyek terhadap kesempatan kerja, alih teknologi dan
pemberdayaan usaha kecil Menurut Sanyal dan Koenig (1995), ada beberapa risiko
dalam pengusahaan panas bumi, yaitu:

1. Risiko yang berkaitan dengan sumberdaya (resource risk), yaitu resiko yang
berkaitan dengan :
o Kemungkinan tidak ditemukannya sumber energi panas bumi di daerah
yang sedang dieksplorasi (risiko eksplorasi).
o Kemungkinan besarnya cadangan dan potensi listrik di daerah tersebut
lebih kecil dari yang diperkirakan atau tidak bernilai komersial (resiko
eksplorasi).
o Kemungkinan jumlah sumur eksplorasi yang berhasil lebih sedikit dari
yang diharapkan (resiko eksplorasi).
o Kemungkinan potensi sumur (well output), baik sumur eksplorasi lebih
kecil dari yang diperkirakan semula (risiko eksplorasi).
o Kemungkinan jumlah sumur pengembangan yang berhasil lebih sedikit
dari yang diharapkan (risiko pengembangan).
o Kemungkinan potensi sumur (well output) sumur pengembangan lebih
kecil dari yang diperkirakan semula (risiko pengembangan).
o Kemungkinan biaya eksplorasi, pengembangan lapangan dan
pembangunan PLTP lebih mahal dari yang diperkirakan semula.
o Kemungkinan terjadinya problem‐problem teknis, seperti korosi dan

scaling (risiko teknologi) dan problem‐problem lingkungan.


2. Risiko yang berkaitan dengan kemungkinan penurunan laju produksi atau
penurunan temperatur lebih cepat dari yang diperkirakan semula (resource
degradation).
3. Risiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan pasar dan harga (market
access dan price risk).

11
4. Risiko pembangunan (construction risk).
5. Risiko yang berkaitan dengan perubahan manajemen (Management risk).
6. Risiko yang menyangkut perubahan aspek legal dan kemungkinan perubahan
kebijaksanaan pemerintah (legal & regulatory risk).
7. Risiko yang berkaitan dengan kemungkinan perubahan bunga bank dan laju
inflasi (Interest & inflation risk).
8. Force Majeure.

Risiko pertama dalam suatu proyek panas bumi (dihadapi pada waktu eksplorasi dan
awal pemboran sumur eksplorasi) adalah risiko yang berkaitan dengan kemungkinan
tidak ditemukannya sumber energi panas bumi di daerah yang sedang dieksplorasi
atau sumber energi yang ditemukan tidak bernilai komersial. Lembaga keuangan
tidak akan memberikan pinjaman dana untuk pengembangan lapangan sebelum hasil
pemboran dan pengujian sumur membuktikan bahwa di daerah tersebut terdapat
sumber energi panas bumi yang mempunyai potensi yang cukup menarik dari segi
ekonomi.

2.5 Produksi dan Konsumsi Energi Geothermal di Indonesia

Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di bawah tanah Indonesia,
maka negara ini diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi geotermal terbesar
di dunia dan karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan.
Namun, sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat ini, Indonesia hanya
menggunakan 4-5% dari kapasitas geothermalnya. Faktor utama yang menghalangi
investasi pengembangan geothermal di Indonesia adalah hukum di Indonesia sendiri.
Dulu aktivitas geothermal didefinisikan sebagai aktivitas pertambangan (Undang-
Undang No. 27/2003) yang mengimplikasikan bahwa hal ini dilarang untuk
dilaksanakan di wilayah hutan lindung dan area konservasi (Undang-Undang No.
41/1999), walaupun faktanya aktivitas-aktivitas tambang geothermal hanya
memberikan dampak kecil pada lingkungan (dibandingkan aktivitas-aktivitas
pertambangan yang lain). Namun, sekitar 80% dari cadangan geothermal Indonesia

12
terletak di hutan lindung dan area konservasi, oleh karena itu mustahil untuk
memanfaatkan potensi ini. Pada Agustus 2014, waktu periode kedua administrasi
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hampir selesai, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) Indonesia mengesahkan Undang-Undang Geothermal No. 21/2014
(menggantikan Undang-Undang No. 27/2003) yang memisahkan geotermal dari
aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain dan karena itu membuka jalan untuk
eksplorasi geothermal di wilayah hutan lindung dan area konservasi. Pengesahan
Undang-Undang ini adalah gebrakan yang penting. Namun, pada saat tulisan ini
dibuat (Desember 2014), Undang-Undang baru ini masih perlu diatur pelaksanaannya
dengan peraturan-peraturan kementerian yang lain.

Pemerintah Indonesia juga telah melaksanakan berbagai upaya lain untuk membuat
investasi energi panas bumi lebih menarik. Geothermal Fund Facility
(GFF) menyediakan dukungan untuk memitigasi resiko-resiko dan menyediakan
informasi mengenai biaya pengembangan awal geothermal yang relatif tinggi.
Halangan lain di Indonesia adalah tarif listrik yang tidak kompetitif. Melalui subsidi
pemerintah, tarif listrik menjadi murah. Selain itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN)
memiliki monopoli distribusi listrik di Indonesia dan karena itu energi listrik dari
produsen-produsen independen harus dijual kepada PLN. Namun, Juni 2014,
Pemerintah Indonesia mengumumkan akan membuat harga pembelian (dibayar oleh
PLN) menjadi lebih menarik melalui kebijakan tarif feed-in yang baru.

Terakhir, eksplorasi geothermal di Indonesia dihalangi oleh keadaan infrastruktur


yang buruk di wilayah-wilayah terpencil, perlawanan masyarakat lokal pada proyek-
proyek ini, dan birokrasi yang buruk (prosedur perizinan yang panjang dan mahal
yang melibatkan pemerintah pusat provinsi dan kabupaten). Cadangan energi panas
bumi yang terbesar terletak di wilayah barat Indonesia dimana ada permintaan energi
yang paling tinggi: Sumatra, Jawa dan Bali. Sulawesi Utara adalah provinsi yang
paling maju dalam penggunaan geotermal untuk energi listrik sekitar 40% dari
pasokan listriknya didapat dari energi geothermal.

13
BAB III
SIMPULAN
Indonesia memiliki banyak potensi yang dapat membantu perkembangan
negara ini menjadi negara maju, dalam permasalahan ini Indonesia seharusnya dapat
mengembangkan potensi energi geothermal karena wilayah negara Indonesia ini
dikelilingi oleh cincin api (Ring Of Fire) yang memiliki potensi besar dalam
pengembangan energi terbarukan yaitu energi geothermal. Energi geothermal sendiri
menjadi alternatif lain apabila minyak bumi sudah mendekati masa kritis dan sudah
diperkiraan akan menurun. Dimata masyarakat energi utama yang dapat
dimanfaatkan adalah energi minyak bumi, tetapi pandangan masyarakat selalu
terpaku pada satu sudut pandang. Indonesia sedang dalam masa mengembangkan
energi geothermal ini agar dapat menjadi energi primer bagi rakyat Indonesia dan
dapat menunjang dalam segi ekonomi negara. Energi ini tidak dapat diimpor oleh
sebab itu energi panas bumi hanya dapat dirasakan oleh negara yang letak
geografisnya sangat strategis dalam pengembangan energi geothermal dan Indonesia
mempunyai letak geografis yang sangat strategis itu.

Energi geothermal sendiri mempunyai berbagai kelebihan dari dampaknya pada


lingkungan dan dampaknya pada masyarakat, hanya saja energi ini memakan dana
yang cukup besar dalam proses mengeksploitasikannya dan tenaga ahli dalam bidang
geothermal. Oleh sebab itu, penyebaran PLTB sendiri masih sangat sedikit di negara
ini dikarenakan masalah aspek biaya pengelolahannya yang memakan dana cukup
besar dan masalah lainnya seperti hukum Indonesia yang mengghalangi usaha
geothermal itu sendiri. Dalam permasalahan ini Indonesia tidak menutup
kemungkinan dalam pengelolahan energi geothermal ini dikarenakan hanya negara
Indonesia saja yang dapat mengelola energi panas bumi ini dan hanya dapat dirasakan

14
oleh masyarakat Indonesia. Energi ini tidak dapat diperjualbelikan. Oleh sebab itu,
negara harus dapat mendukung proyek pengembangan energi geothermal ini dengan
tujuan untuk Indonesia yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/05/teori-tektonik-lempeng.html

http://www.ahmadsains.com/2013/07/ring-of-fire-cincin-api.html

http://www.kurniadinews.com/makalah-listrik/cara-kerja-pembangkit-listrik-tenaga-
panas-bumi/

http://kliksma.com/2015/02/kelebihan-dan-kekurangan-dari-energi-panas-bumi.html

http://m.kompasiana.com/pewarisnegri/pemanfaatan-panas-bumi-menjawab-
tantangan-kebutuhan-listrik-masa-depan_55208b81a33311b54646cff8

http://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panas-
bumi/item268

15

Anda mungkin juga menyukai