Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PEMAPARAN KASUS

I. Identitas

Nama : Ny. K

Umur : 60 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Medang Lestari 04/06

Nomor rekam medis : 101xx

II. Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis di Puskesmas Pagedangan tanggal 13 Agustus 2019


pukul 08.00 WIB

A. Keluhan Utama

Nyeri pada kedua lutut saat berjalan jauh dan naik tangga sejak timbul trakhir 2 bulan
lalu.

B. Keluhan Tambahan

Kaku, kemerahan di kedua lutut pada pagi hari

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke puskesmas pagedangan pada tanggal 13 Agustus 2019 dengan


keluhan nyeri pada kedua lutut yang dialami kurang lebih 2 bulan lalu, rasa nyerinya
seperti ditusuk tusuk dan hilang timbul. Pasien tidak mengeluhkan ada penjalaran rasa
nyeri tersebut. Rasa nyeri semakin parah jika pasien menaiki maupun menuruni
tangga atau berjalan jauh, namun nyeri berkurang setelah beristirahat dalam waktu
tertentu. Pasien juga merasa kesulitan berdiri setelah duduk dalam waktu yang cukup
lama dikarenakan nyeri yang dialaminya Dari skala 1 sampai 10 dimana angka 1 tidak
meraskan sakit apapun dan 10 adalah rasa nyeri yang paling parah yang pernah
dialami, pasien mengaku berada di angka 5. Selain nyeri, pasien mengeluh kaku pada
lutut kiri sekitar 15 menit sehabis bangun tidur, Terdapat gemeretak pada kedua lutut.
Nyeri tidak hilang setelah pasien melakukan kompres maupun di urut pada kedua
lutut, pasien juga belum pernah meminum obat pengurang rasa sakit sebelumnya.
Rasa nyeri yang dihasilkan pasien selama berjalan jauh maupun menaiki tangga
cukup menganggu aktivitas sehari hari. Pasien mengaku pernah berobat ke
pengobatan alternatif (pijat) namun tidak meredakan nyeri yang dirasakan. Pasien
mengaku tidak pernah memiliki riwayat jatuh dari ketinggian maupun riwayat trauma
lainnya. Tidak ditemukan ada pembengkakan, namun terdapat kemerahan di kedua
lutut pasien

D. Riwayat Penyakit Dahulu

Gejala pasien muncul sejak 2 bulan lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
dengan keluhan yang serupa, tidak terdapat juga riwayat hipertensi, diabetes, asma,
jantung, TBC, maag, kolesterol, maupun asam urat. Pasien tidak pernah seperti ini
sebelumnya. Pasien juga mengaku tidak pernah memiliki riwayat operasi, namun
pernah memiliki riwayat opname dikarenakan demam berdarah, tetapi pasien lupa
waktu opnamenya.

E. Riwayat Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi, diabetes, asma, jantung,
TBC, maupun asam urat. Dan tidak ada keluarga yang memiliki keluhan serupa
dengan pasien

F. Riwayat Kebiasaan

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, meminum minuman alkohol, maupun


mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung narkotika dalam jangka panjang.

G. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien berkata bahwa lingkungan sekitar tempat pasien tinggal bersih. Pasien berkata
kegiatan sehari-harinya adalah bekerja di kantor sebagai pegawai negeri sipil.

H. Riwayat alergi

Pasien mengaku tidak memiliki alergi makanan maupun obat obatan


III. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Sakit sedang
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda – tanda vital :
a. Suhu tubuh : 36.50 C
b. Tekanan darah: 120/80 mmHg
c. Detak jantung : 90x / menit
d. Nafas : 20x / menit
4. Berat badan : 72 kg
5. Tinggi badan : 159 cm
6. BMI : 28.5 (Overweight)

- Tidak ada ikteris/jaundice/kekuningan


Kulit - Tidak ada kemerahan
keseluruhan - Tidak ada edema

Bentuk kepala normosefali


Bentuk kepala

Kepala dan - Rambut berwarna hitam


wajah (Normal Rambut - Rambut tersebar merata
cephal)
- Pergerakan kepala normal
Fungsi - Tidak ada keterbatasan gerak (range of motion)

- Mata cembung
Mata - Skelera iterik (-/-)
- Konjugtiva anemis (-/-)
- Pupil bulat (+/+)
- Bentuk sama besar dan isokor (+/+)
- Penampakan hidung normal
- Pernapasan cuping hidung (-/-)
- Septum deviasi (-)
Hidung - Darah kering (-/-)
- Masa (-/-)
- Discharge (-/-)
Telinga - Bentuk normal (+/+)
- Auricula hiperemis (-/-)
- Nyeri tekan tragus (-/-/)
- Serumen (+/+)
- Bibir cyanosis (-)
- Uvula ditengah (-)
- Tonsil (T1/T1)
- Faring hiperemis (-)
Mulut
- Lidah kotor (-)
- Papila (+)

Thorax
- Scars (-)
- Bekas operasi (-)
Inspeksi - Ictus Cordis (-)
- Diskolorisasi (-)

- Ictus Cordis teraba (-)


Jantung Palpasi
Perkusi Batas jantung normal
- S1-S2 reguler
Auskultasi - S3 (-)
- S4 (-)

- Scars (-)
- Barrel chest (-)
- Pactus excavatum (-)
- Pactus carinatum (-)
Inspeksi - Retraksi (-)
- Diskolorisasi (-)
- Pernapasan statis dinamis, tidak ada paru yang
tertinggal

- Chest expansion : Pernapasan statis dinamis, tidak


ada pernapasan tertinggal
Paru-paru Palpasi - Taktil vokal fermitus simetris

- Seluruh lapang paru terdengar sonor (+)


Perkusi

- Seluruh lapang paru terdengar vesikular (+)


- Ronchi (-)
Auskultasi - Wheezing (-)

Abdomen Inspeksi - bekas luka dan operasi (-)


- bentuk perut datar
- caput medusa (-)
- Spider navy (-)

- Bising usus normal 8x/menit


- metalic sound (-)
Auskultasi - borborytmic (-)
- bruit (-)

Perkusi - seluruh lapang abdomen terdengar timpani (+)

Palpasi - Nyeri tekan (-)

- Tendelenbrug (-)
- Antalgic (-)
- Scars (-/-)
Look - Erythrema (+/+)
- Muscle wasting (-/-)
- Nodule (-/-)
- Edema (-/-)
Ekstremitas
- Deformitas (-/-)
bawah - Lutut simetris (-/-)
- Perubahan suhu (+/+)
- CRT < 2 detik (+/+)
feel - Nyeri (+/+)
- Patellar tap (-/-)

- Krepitus (+/+)
- Active movement : nyeri ketika extensi dan flexi
Move (+/+)
- Passive movement : nyeri ketika extensi dan flexi (-/-)

IV. Pemeriksaan penunjang

Pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan


radiologi x-ray pada lutut +lab

V. Resume
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri pada kedua lutut saat berjalan jauh da naik
tangga sejak 2 bulan lalu dan pasien juga menambahkan ada kekakuan pada lutut
kurang lebih 15 menit di pagi hari, rasa nyeri hilang timbul dan membaik pada saat
pasien sedang beristirahat. Pada pemeriksaan fisik, terdapat krepitasi (bunyi
gemeretak) pada saat dilakukan gerakan pasif, lalu terdapat kemerahan juga pada
kedua lutut dan juga nyeri pada saat melakukan gerakan aktif flexi dan ekstensi.

VI. Diagnosis
A. Diagnosis Banding

Artritis reumatoid, pseudogout, gout,

B. Diagnosis Utama

Osteoartritis genu bilateral

VII. Tatalaksana
A. Medical mentosa
 Ibuprofen 200 mg 3x1
B. Non-medical mentosa
 Menyarankan untuk menurunkan berat badan
 Mengurangi aktivitas yang merangsang sendi secara berlebihan seperti
berjalan jauh dan naik turun tangga.
 Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit osteoartritis seperti
gejala dan cara pencegahannya
 Fisioterapi dan rehabilitasi untuk melatih persendian dan mengurangi rasa
sakit
 Menggunakan fitted brace saat berjalan
 Terapi akupuntur untuk mengurangi rasa nyeri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit kronis multifaktorial yang ditandai dengan degenerasi
sendi yang progresif disertai sklerosis tulang subchondral yang dapat menyebabkan pembentukan
kista tulang dan osteofit marginal.

Osteoarthritis (OA) juga dikenal sebagai arthritis degeneratif, penyakit sendi degeneratif atau
osteoarthrosis merupakan sekelompok kelainan mekanik yang melibatkan degradasi sendi,
termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral.

B. Anatomi Sendi Lutut

Gambar : Synovial Joint3

Keterangan :
a. Membran synovial h. Bantalan lemak
b. Cartilago articular i. Bursa suprapatellar
c. joint cavity j. Bursa prepatellar
d. Ligamentum k. Bursa intrapatellar
e. Femur l.Mantacus (cartilago)
f. Tibia m. Tendon quadriceps
g. Patella
C. Patogenesis Osteoarthritis
Osteoartritis timbul akibat gangguan metabolisme kartilago dan kerusakan
proteoglikan dengan etiologi beragam, salah satunya jejas mekanis dan kimiawi pada
sinovial sendi. Ketika sendi mengalami jejas, akan terjadi replikasi kondrosit dan
produksi matriks baru. Kondrosit akan mensintesis DNA dan kolagen serta peptidoglikan.
Akan tetapi, terjadi ketidakseimbangan antara sintesis dengan degradasi kolagen dan
protein tersebut. Peningkatan produk hasil degradasi matriks kartilago akan berkupul di
sendi sehingga mengakibatkan inflamasi.

Pada kartilago penderita OA ditemukan pula peningkatan aktivitas fibrinogen dan


penurunan aktivitas fibrinolitik. Akibatnya, terjadi akumulasi trombus dan lipid di
pembuluh darah subkondral sehingga terjadi iskemia dan nekrosis jaringan. Adanya
proses inflamasi mengakibatkan pengeluaran mediator kimia sehingga timbul rasa nyeri

D. Epidemiologi Osteoartritis
Prevalensi osteoarthritis meningkat seiring dengan usia (Pearson, 2008). Penambahan
usia berhubungan langsung dengan proses degeneratif dalam sendi, mengingat
kemampuan kartilago artikuler untuk bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban
muatan rendah yang berulang-ulang mengalami penurunan. Osteoarthritis sering dimulai
pada dekade usia ketiga, dan mencapai puncaknya di antara dekade kelima dan keenam
(Smeltzer dan Bare, 2002). Lebih dari 75% orang dengan usia di atas 70 tahun
menunjukan bukti radiografi adanya osrteoarthritis (Pearson, 2008).

Osteoarthritis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Sebelum usia 50
tahun pria memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita, namun setelah usia
50 tahun wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini
disebabkan karena defisiensi hormon esterogen post-menopause yang berperan dalam
peningkatan risiko terjadinya osteoarthritis pada wanita (Yatim, 2008). WHO
memperkirakan 9,6% pria dan 18% wanita di seluruh dunia dengan usia lebih dari 60
tahun memiliki gejala osteoarthritis (Pearson, 2008).

E. Manifestasi Klinik
 Nyeri sendi bertambah saat beraktivitas dan berkurang dengan istirahat.
 Gangguan range of motion akibat nyeri
 Kekakuan sendi pada pagi hari umumnya setelah imobilisasi yang cukup lama (biasanya <
30menit)
 Krepitasi dapat ditemukan pada sendi yang nyeri
 Deformitas sendi yang permanen
 Perubahan gaya jalan dan gangguan fungsi sendi
 Tanda inflamasi akut sendi : peningkatan suhu, nyeri tekan, gangguan gerak, kemerahan
 Pembengkakan sendi yang asimetris akibat adanya efusi dan osteofit

F. Diagnosis osteoarthritis
Diagnosis osteoarthritis lutut ditegakkan berdasarkan klasifikasi dari   American College
of Rheumatology (ACR).

Tabel Kriteria diagnosis osteoarthritis lutut menurut The American College of


Rheumatology (ACR) 1986

Klinis dan laboratoris Klinis dan radiologis Klinis

Nyeri lutut ditambah Nyeri lutut ditambah Nyeri lutut ditambah


sedikitnya lima dari sedikitnya satu dari tiga sedikitnya tiga dari enam
sembilan hal berikut ini: hal berikut ini: hal berikut ini:

Usia >50 tahun Usia >50 tahun Usia > 50 tahun

Kekakuan <30 menit -         Kekakuan <30 menit -          Kekakuan <30 menit

Krepitasi -          Krepitasi + osteofit Krepitasi

Nyeri tulang Nyeri tulang

Pembengkakan tulang -          Pembengkakan tulang

Perabaan tidak hangat -          Perabaan tidak hangat

LED <40 mm/jam

RF < 1:40

Tanda cairan sinovia OA

92% sensitif 91% sensitive 95% sensitif

75% spesifik 86% spesifik 69% spesifik

Keterangan : LED: laju endap darah (Westergen); RF: rhematoid factor, tanda cairan
sendi osteoarthritis adalah jernih, viskus, atau hitung sel darah putih kurang dari
2.000/mm3

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium: dapat ditemui tanda-tanda peradangan. Tidak ditemukan
abnormalitas pada pemeriksaan imunologi. Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA
umumnya menunjukkan hasil yang normal, begitu pula pada pemeriksaan
imunologinya
2. Pemeriksaan radioloi: rontgen sendi, MRI, artroskopi, atau artrografi. Gambaran
radiologis yang mengarah pada OA :
 Celah sendi menyempit (asimetris)
 Sklerosis subkondral
 Osteofit di sekitar sendi
 Struktur anatomi sendi berubah
 Ditemukannya kista pada tulang

H. Tata Laksana
1. Terapi Medikamentosa
 Analgesik oral non-opioat: dapat dipetimbangkan penggunaan asetaminofen,
OAIANS (ibuprofen, naproksen, dan salisilat)
 Analgesik topikal: gel natrium diklofenak 1%
 Agen kondroprotektif: tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat,
glikosaminoglikan, vitamin C, superoxide desmutase, steroid intrartikuler
2. Terapi bedah, apabila terapi farmakologis tidak berhasil dan untuk mengoreksi
deformitas yang dapat menurunkan kualitas hidup (mal-alignment, deformitas lutut
valgus-varus). Prosedur dapat berupa arthroscopic debriment dan joint lavage,
osteotomi, maupun artroplasti sendi total
3. Terapi Non-medikamentosa
 Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai penyakit
 Fisioterapi dan rehabilitasi untuk melatih persendian dan mengurangi rasa sakit
 Menghindari terjadinya obesitas dengan menjaga berat badan maupun
menurunkan berat badan hingga berat ideal
 Mengurangi aktivitas yang merangsang sendi secara berlebihan karena dapat
menyebabkan timbulnya rasa nyeri
 Menjaga agar berat badan tidak ditumpukan sepenuhnya ke sendi, misalya dengan
menggunakan tongkat jalan atau splint
 Koreksi mal-alignment, misalnya dengan fitted brace atau orthotic
 Terapi akupuntur secara teratur untuk mengurangi rasa nyeri
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Pasien Perempuan Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua lutut yang dialami
kurang lebih 2 bulan lalu, rasa nyeri nya seperti ditusuk tusuk dan hilang timbul. Pasien tidak
mengeluhkan ada penjalaran rasa nyeri tersebut. Rasa nyeri semakin parah jika pasien
menaiki maupun menuruni tangga atau berjalan jauh, namun nyeri hilang setelah beristirahat
dalam waktu tertentu. Riwayat trauma disangkal, Hipertensi (-), Diabetes melitus disangkal.
Pasien belum pernah berobat sebelumnya, merokok (-), alkohol (-).

Dari hasil pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan thorax
dalam batas normal. Hasil pemeriksaan abdomen dalam batas normal. Pada ekstremitas
didapatkan krepitus di kedua sendi lutut dan pasien merasakan nyeri saat pemeriksaan nyeri
tekan di kedua lutut. Dan juga ada perubuhan suhu saat merasakan kedua lutut pasien
menggunakan bagian dorsal tangan. Pasien juga mengaku terdapat kekakuan sendi pada pagi
hari selama 15 menit, ditemukan ada pembengkakan pada kedua sendi lutut.

Namun pasien tidak melakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi


untuk melihat apakah ada penyempitan pada celah sendi, sklerosis subkondral, perubahan
struktur anatomi sendi, dan osteofit (tulang yang tumbuh menonjol di sekitar persendian atau
tempat pertemuan antara dua tulang).

Berdasarkan kriteria diagnosis artritis American College of Rheumatology. Pasien


harus memenuhi 5 dari 9 kriteria untukdapat didiagnosis osteoartritis. Kriteria yang harus
dipenuhi antara lain : Usia diatas 50 tahun, Kekakuan kurang dari 30 menit, terdapat krepitus,
ada body tenderness, pembengkakan tulang, no palpable warmth, LED dibawah 40 mm/ jam,
Rheumatoid faktor dibawah 1:40, dan analisis cairan sinovium berdasarkan osteoartritis. Dan
pasien memenuhi 5 dari 9 kriteria diatas setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik,
maka pasien Ny. K dapat di diagnosis mengalami osteoartritis

Pasien juga dapat di diagnosis menderita osteorartritis karena memenuhi beberapa


factor resiko terjadinya osteoarthritis seperti usia diatas 50 tahun, jenis kelamin (perempuan
lebih sering terkena osteoartiris) yang merukapan salah satu factor intrinsik, pasien juga
mengalami obesitas, yang merupakan factor extrinsik terjadinya osteoarthritis
Untuk terapi Medical mentosa, pasien diberikan ibuprofen dengan dosis 500 mg 3x1
sedangkan untuk terapi Non-medical mentosa, pasien disarankan untuk menurunkan berat
badan, mengurangi aktivitas yang merangsang sendi secara berlebihan, dan menggunakan
splint saat berjalan jauh atau menaiki tangga untuk mengurangi rasa nyeri.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

 Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, J. Larry Jameson, Anthony S. Fauci, Dan L.


Longo, Joseph Loscalzo. Harrison's Principles of Internal Medicine, 19th ed. United
States: McGraw-Hill Professional; 2015.
 Chronic rheumatic conditions [Internet]. World Health Organization. 2019 [cited 30
September 2019]. Available from: https://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/
 Kumar V, Abbas A, Aster J. Pathologic Basis of Disease. 9th ed. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2015.

Anda mungkin juga menyukai