Anda di halaman 1dari 5

2020/3/30

KULTUR MIKROSPORA
RESUME oleh Soni Ariyanto (19/449933/PMU/9939)

KULTUR MIKROSPORA
 Mempersingkat waktu pemuliaan tanaman, dibandingkan dengan metode
konvensional.
 Tahapan pemuliaan tanaman:
◦ Pemilihan donor unggul
◦ Penanaman donor unggul atau dapat diganti dengan kultur mikrospora
untuk mempersingkat waktu.
◦ penanaman pengujian H0->H1, dan stabilitas hasil tanaman terpilih
hinggan H4-H5
◦ Pelepasan varietas/ klon unggul
 Melalui kultur mikrospora didapatkan keturunan F1 yang cukup banyak
dengan waktu yang singkat dibanding penanaman konvensional. Dilanjutkan
seleksi lanjutan.
 Mikrospora adalah serbuk sari yang masih muda di dalam suatu tanaman, bila
sudah dewasa serbuk sari berperan dalam penyerbukan . Bersifat haploid.
 Melalui kultur in-vitro, mikrospora diinduksi untuk menjadi embriogenik
mikrospora, karena secara alami mikrospora akan berubah menjadi polen
(gamet jantan) diploid.
(Suaib et al, 2013)

1
2020/3/30

MIKROSPORA ?
 Berdasarkan tahap perkembangannya mikrospora terbentuk di dalam anther yang
disebut mikrosporogenesis.
Mikrosporogenesis diawali dengan adanya pembelahan meiosis I pada sel induk
mikrospora yang bersifat diploid (mikrosporosit) menghasilkan sepasang sel haploid
(dyad).
Pembelahan meiosis II menghasilkan empat sel mikrospora haploid yang berlekatan
menjadi satu (tetrad).
Masing- masing sel pada tetrad memisahkan diri kemudian membentuk empat buah
sel mikrospora dengan satu inti.
Gb 1. Mikrospora dengan  Dalam kultur in vitro mikrospora diinduksi dengan stressing agar menjadi mikrospora
mikroskop fluorescenc embriogenik.
 Mikrospora embriogenik adalah mikrospora yang berada pada kondisi siap untuk
melanjutkan perkembangan sporofitik untuk membentuk proembrio selanjutnya
menjadi kalus

 Ciri morfologi dapat diketahui melalui tahap:


1. Sitoplasma dengan vakuola besar sehingga inti terdorong dekat dinding.
(gb1)
2. Inti mikrospora berada relatif menjauhi dinding dengan vakuola
terfragmentasi
3. Inti mikrospora terletak relatif pada bagian tengah dengan vakuola
Gb 2. Mikrospora dengan terfragmentasi.
pewarnaan DAPI terserap oleh inti (Suaib et al, 2013)
mikrospora

Tahapan mikrospora menjadi


embriogenik microspora

 A) Mikrospora segar, 1 stadium Uninukleat Awal Tengah, 2. Uninukleat Akhir, 3. Binukleat,4.


Mikrospora yang mengalami plasmolisis;
 (B-D) Dengan Pengecatan DAPI posisi inti stadium Uninukleat Awal Tengah, Uninukleat Akhir,
dan Binukleat; ig inti generatif, iv. Inti vegetatif;
 (E-G) Mikrospora embriogenik Tipe 1, 2, 3 yang terjadi setelah perlakuan stress; vk. Vakuola, hs
helaian sitoplasmik
 (H-J) Pembelahan simetri dan asimetri serta posisi intinya; ps pembelahan simetri, pas
pembelahan asimetri, ss sekat sel
 (Wahidah 2010)

2
2020/3/30

Langkah--langkah Stressing pada Mikrospora sebagai induksi


Langkah
embriogenik
1. Stressing suhu rendah
Suaib (2013) telah membuktikan mikrospora pada beberapa varietas
tanaman tebu dapat menjadi mikrospora embriogenik. Pada perlakuan
suhu 4 C dengan kombinasi perendaman manitol 0,3M selama 2 hari,
o

mikrospora mampu mempertahankan viabilitas spora berkisar antara


51-69%. Tetapi menghasilkan ketahanan viabilitas spora yang berbeda-
beda pada berbagai varietas.
Narkhedkhar (2016) juga membuktikan bahwa pretreatmen dengan suhu
8 C selama 10 hari mampu menginduksi mikrospora pada Catharanthus
o

roseus menjadi mikrospora embriogenik sebanyak 59,9%.

2. Stressing Suhu tinggi


Ahmadi & Shariatpanahi (2015), memberikan pretreament pada
microsopra Brassica napus pada 30 C selama 14 hari microspora
o

mampu berubah menjadi embriogenik microsopora.

Wahidah (2010) melakukan pretreatmen pada mikrospora Nicotiana


tobacum pada suhu 34oC selama 4 hngga 8 hari dapt menghasilkan 3
tipe embrionok mikrosopra (gambar pada slide sebelumnya)

 Gambar tahapan perkembangan mikrospora


dalam anther (A) setelah di beri pretreatment
suhu dingin 8oC selama 10 hari diculturkan pada
medium MS menjadi kalus (F) pada keadaan gelap
(Narkhedkhar 2016)

3
2020/3/30

Langkah--langkah Stressing pada Mikrospora sebagai induksi


Langkah
embriogenik

3. Stressing pelaparan.
Mikropsora dengan treatmen pada medium
B yaitu medium tanpa gula dan nitrogen
selama 4-8 hari , kemudian disubkulutr ke
medium embrigenesis (medium A2)
diinkubasi pada suhu ruang secara gelap
dapat membuat mikrospora tembakau
berubah menjadi embriogenik
mikrosopora dengan 3 tipe yang berbeda
(wahidah 2010).

Tahapan perkembangan embriogenik mikrospora


pada tembakau

 (A-C) tahap 2,3,4 sel dilihat dengan mikroskop cahaya; ss. Sekat sel;
 (D-F) pengamatan inti tahap 2,3,4 sel dengan pengecatan DAPI; is. Inti sel;
 (G) multiseluler/proembrio sedang keluar dari cangkangnya
 (H) proembrio yang telah keluar dari cangkangnya;
 (I) Struktur Globuler,
 (J-K) Struktur kalus

4
2020/3/30

Referensi
Ahmadi B., & ME. Shariatpanahi, 2015, Proline and chitosan
enhanced efficiency of microspore embryogenesis induction and
plantlet regeneration in Brassica napus L., Plant Cell Tiss Organ
Cult, Springer
Narkhedhar, VR., JA.Tidke, NJ. Chikhale, SN. Bhusari, 2016, Cold
Stress-induced Callogenesis From Isolated Anthers Of
Catharanthus Roseus (L.) G. Don, International Journal of
Pharma and Bio Sciences, Vol 7(2), 40-45p.
Suaib, Woerjono MD., Mirzawan PDN, Ari I, 2013, Microspore Culture:
Alternative, Opportunities, and Genetic Improvement Prospect of
Sugarcane (Saccharum Spp.) Population, Penelitian Agronomi
Vol 2(1), 79-87p.
Wahidah, BF., 2010, The Effect Of Starvation And Heat Shock Towards
Embryogenesis Of Tobacco Microspores, Jurnal Biologi Vol xiv(i),
1-6p.

Anda mungkin juga menyukai