Bab 2 Melvi
Bab 2 Melvi
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi ISK
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,
Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh
Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu
ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2011).
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri,
pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )
b Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah f Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan organisme yang paling
sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan
perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas,
Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus
koagulsenegatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-kanak
(Wong, 2012).
3. Patofisiologi ISK
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan
dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau
urin bebas dari mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin
(Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan
hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai
ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis, kulit
perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui
empat tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal (Israr, 2009).
2) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah.
3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik
yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang
terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009).
Pathway
4. Tanda dan Gejala ISK
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air
kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Permenkes, 2011) Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu
diketahui atau ditemukan pada penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan
kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.
(Stamm dkk, 2001).
5. Pemeriksaaan Penunjang
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air
kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Kemkes RI , 2011). Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif
≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 -
90%. Positif nitrit pada dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh
bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50% untuk
infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin (piuria) adalah
indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC / hpf pada spesimen
berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, >
100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK (M.Grabe dkk,
2015).
Penegakan diagnosis ISK selain dengan manifestasi klinis juga diperlukan
pemeriksaan penunjang seperti analisis urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar
tanpa sentrifus, kultur urin juga jumlah kuman CFU/ml.1 Cara pengambilan urin juga
perlu diperhatikan agar terhindar dari kontaminasi bakteri yang berada di kulit vagina
atau preputium. Sampel urin ini dapat diambil dengan cara :
(1) Aspirasi suprapubik sering dilakukan pada anak.
(2) Kateterisasi per-uretra sering dilakukan pada wanita.
(3) Miksi dengan mengambil urin porsi tengah.
6. Penatalaksanaan ISK
Tatalaksana terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor
mikrobiologis dan data hasil klinis (Kurniawan, 2010). Antibiotik (antibakteri) adalah
zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau yang berasal dari senyawa nonorganik yang
dapat membunuh bakteri patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya).
Antibiotik harus bersifat selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai
tempat bakteri berada (Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
menyebabkan kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten Tatalaksana
terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor mikrobiologis dan data
hasil klinis (Kurniawan, 2010). Antibiotik (antibakteri) adalah zat yang diperoleh dari
suatu sintesis atau yang berasal dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh
bakteri patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus bersifat
selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai tempat bakteri berada
(Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan
kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten.
7. Klasifikasi ISK
Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:
ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated
(sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit) adalah infeksi
saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau
struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan
pemberantasan kuman oleh antibiotika. Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat
dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan
berdasarkan anatomi, yaitu: 1) Infeksi saluran kemih bawah Berdasarkan presentasi
klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Perempuan 8 Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna
dan Sindroma uretra akut
b) Laki-laki Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis. 2) Infeksi saluran
kemih atas Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2011).
b) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza, 2011). Berdasarkan klinisnya,
ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
1) ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
2) ISK berkomplikasi 2.1.3 Epidemiologi ISK.
2) Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan dengan sekiranya, sikapnya acuh
tag acuh.
5) Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6) Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin tidak ada respon pupil terhadap
cahaya.
Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus ( pembukaan yang
dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah terjadi adanya oliguria, dan disuria.
Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi Perkusi : pada perkusi
terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah abdomen dan nyeri saat berkemih
Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dihedrasi, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan pasien yang ada pada
tanggung jawabnya (Carpenito, 1983 dalam Tarwoto&Wartonah, 2011).
Dilihat dari status kesehatan pasien, diagnosa dapat dibedakan menjadi actual,
potensial, resiko dan kemungkinan.
a.actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan pasien yang ada pada kemih
yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.
b. Potensial: diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi pasien kearah yang lebih
positif (kekuatan pasien).
c. Resiko: diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu lebih rentan
mengalami masalah. Kemungkinan Diagnosa yang muncul:
3. Intervensi