Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Infeksi Saluran Kemih


1. Pengertian ISK
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna
(IDAI, 2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit
dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat
banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2011).
(ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2010).
(ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran
kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadibaik di pria maupun wanita
dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita
daripada pria (Sudoyo Aru,dkk 2013). (ISK) merupakan faktor resiko yang penting
pada terjadinya insufisiensi ginjal atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran
kemih terjadi secara asending oleh sistitis karena kuan berasal dari flora fekal yang
menimbulkan koloni perineum lalu kuman masuk melalui uretra (Widagdo, 2012).
(ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri di dalam
saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih.
Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar
tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK (IDI,
2011).

2. Etiologi ISK
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,
Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh
Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu
ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2011).
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela, enterobakteri,
pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk 2013).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )
b Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e. Adanya hambatan pada aliran darah f Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan organisme yang paling
sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan
perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas,
Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus
koagulsenegatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di masa kanak-kanak
(Wong, 2012).

3. Patofisiologi ISK
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan
dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau
urin bebas dari mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat
mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin
(Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan
hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan
sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran
kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai
ke ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
1) Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari
flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina, preposium penis, kulit
perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara ascending (naik) dapat terjadi melalui
empat tahapan, yaitu :
a) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
b) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
c) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
d) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal (Israr, 2009).
2) Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi pada
ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih melalui peredaran
darah.
3) Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem limfatik
yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang terakhir ini jarang
terjadi (Coyle dan Prince, 2009).
4) Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen
sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009).

Pathway
4. Tanda dan Gejala ISK
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air
kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Permenkes, 2011) Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu
diketahui atau ditemukan pada penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan
kreatinin, kadar gula darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.
(Stamm dkk, 2001).

5. Pemeriksaaan Penunjang
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang air
kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
suprapubik (Kemkes RI , 2011). Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif
≥100.000 CFU/mL. Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 -
90%. Positif nitrit pada dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh
bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50% untuk
infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin (piuria) adalah
indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC / hpf pada spesimen
berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik untuk ISK. Secara umum, >
100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap diagnostik untuk ISK (M.Grabe dkk,
2015).
Penegakan diagnosis ISK selain dengan manifestasi klinis juga diperlukan
pemeriksaan penunjang seperti analisis urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar
tanpa sentrifus, kultur urin juga jumlah kuman CFU/ml.1 Cara pengambilan urin juga
perlu diperhatikan agar terhindar dari kontaminasi bakteri yang berada di kulit vagina
atau preputium. Sampel urin ini dapat diambil dengan cara :
(1) Aspirasi suprapubik sering dilakukan pada anak.
(2) Kateterisasi per-uretra sering dilakukan pada wanita.
(3) Miksi dengan mengambil urin porsi tengah.

6. Penatalaksanaan ISK
Tatalaksana terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor
mikrobiologis dan data hasil klinis (Kurniawan, 2010). Antibiotik (antibakteri) adalah
zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau yang berasal dari senyawa nonorganik yang
dapat membunuh bakteri patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya).
Antibiotik harus bersifat selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai
tempat bakteri berada (Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
menyebabkan kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten Tatalaksana
terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor mikrobiologis dan data
hasil klinis (Kurniawan, 2010). Antibiotik (antibakteri) adalah zat yang diperoleh dari
suatu sintesis atau yang berasal dari senyawa nonorganik yang dapat membunuh
bakteri patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya). Antibiotik harus bersifat
selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai tempat bakteri berada
(Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan
kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten.

7. Klasifikasi ISK
Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu:
ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated
(sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit) adalah infeksi
saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomik atau
struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan
pemberantasan kuman oleh antibiotika. Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat
dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan
berdasarkan anatomi, yaitu: 1) Infeksi saluran kemih bawah Berdasarkan presentasi
klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
a) Perempuan 8 Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna
dan Sindroma uretra akut
b) Laki-laki Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis. 2) Infeksi saluran
kemih atas Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan
oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2011).
b) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza, 2011). Berdasarkan klinisnya,
ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
1) ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
2) ISK berkomplikasi 2.1.3 Epidemiologi ISK.

B. Asuhan Keperawatan Pasien dengan infeksi saluran kemih


1. Pengkajian
1) Identitas klien
Pada klien penderita Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di pria maupun wanita
dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita
dari pada pria (Sudoyo Aru,dkk,2009).
2) Keluhan utama penyakit infeksi saluran kemih Keluhan utama yang sering terjadi
pada pasien infeksi saluran kemih ,nyeri saat berkemih, sering bolak balik kamar
mandi tetapi kemih yang di keluarkan hanya sedikit.
3) Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan saat ini berupa uraian mengenai
penyakit yang di derita oleh klien dan mulai timbulnya keluhan yang di rasakan
sampai klien di bawa ke Rumah Sakit, dan apakah pernah memeriksakan diri ke
tempat lain sekalin Rumah Sakit umum serta pengobatan apa yang pernah di berikan
dan bagaimana perubahan data yang didapatkan saat periksa.
4) Riwayat penyakit dahulu Adanya penyakit infeksi saluran kemih
5) Riwayat penyakit keluarga Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu
anggota keluraga ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau
penyakit yang lain yang ada di dalam keluarga.
6) Riwayat psikososial Meliputi informasi mengenai perilku, perassan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
7) Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi Pola persepsi menggambarkan persepsi klien terhadap penyakitnya
tentang pengetahuan dan penatalaksanaan infeksi saluran kemih dengan gangguan
eliminasi urine
b. Pola nutrisi Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan mengalami
penurunan akibat nafsu makan yang kurang karena mual, muntah saat makan hanya
sedikit bahkan tidak makan sama sekali
c. Pola eliminasi Eliminasi alvi klien tidak dapat mengalami konstipasi oleh karena
tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine mengalami gangguan karena ada
organisme yang masuk sehingga urine tidak lancar.
d. Pola aktivitas/istirahat Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, karena
nyeri yang di alami
e. Nilai dan keyakinan Gambaran tentang penyakit infeksi saluran kemih dengan
penyakit yang d ideritanya menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan
kesembuhan, tujuan dan harapan akan sakitnya.

2. Pemeriksaan fisik persistem

1. Keadaan umum Di dapatkan klien tampak lemah

2. Kesadaran Normal GCS 4-5-6 A. Secara Kualitatif

1) Composmentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat


menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2) Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan dengan sekiranya, sikapnya acuh
tag acuh.

3) Delerium, yaitu gelisah, disorentasi (orang, tempat waktu), memberontak, berteriak-


teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4) Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5) Stupor yaitu kesadaran seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6) Coma yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin tidak ada respon pupil terhadap
cahaya.

7) Sistem Pernafasan Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit

8) Sistem Kardiovaskuler Terjadi penurunan tekanan darah

9) Sistem Neurologi Terjadi penurunan sensori, parathesia, anastesia, mengantuk, reflek


lambat, kacau mental, disorentasi.

10) Sistem Perkemihan

Inspeksi : Pada pasien ISK , Lakukan inspeksi pada daerah meatus ( pembukaan yang
dilalui urine untuk meninggalkan tubuh) apakah terjadi adanya oliguria, dan disuria.
Palpasi : pada palpasi biasanya terjadi nyeri hebat dan distensi Perkusi : pada perkusi
terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah abdomen dan nyeri saat berkemih

11) Sistem Pencernaan

Terdapat polifagia, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dihedrasi, perubahan berat
badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

12) Sistem Integument

Turgor kulit menurun, kulit kering

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan atau
masalah actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan pasien yang ada pada
tanggung jawabnya (Carpenito, 1983 dalam Tarwoto&Wartonah, 2011).

Dilihat dari status kesehatan pasien, diagnosa dapat dibedakan menjadi actual,
potensial, resiko dan kemungkinan.
a.actual atau resiko mengidentifikasi serta menentukan intervensi keperawatan untuk
mengurangi, mencegah atau menghilangkan masalah kesehatan pasien yang ada pada kemih
yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan hematuri.

b. Potensial: diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi pasien kearah yang lebih
positif (kekuatan pasien).

c. Resiko: diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu lebih rentan
mengalami masalah. Kemungkinan Diagnosa yang muncul:

1. Gangguan eliminasi Urine berhubungan dengan adanya nyeri saat berkemih .

3. Intervensi

Gangguan eliminasi urine NOC Gangguan Eliminasi NIC Gangguan Eliminasi


Urine Urine
Gangguan eliminasi urine Eliminasi urine: Kontrol infeksi :
Definisi : disfungsi eliminasi 1. Pola eliminasi 1. Alokasikan kesesuain
urine Faktor yang 2. Bau urine luas ruang perpasien, seperti
berhubugan : 1. Gangguan 3. Jumlah urine yang diindikasikan oleh
sensori motorik 2. Infeksi 4. Warna urine pedoman pusat pengendalian
saluran kemih 5. Kejernihan urine dan pencegahan penyakit
3. Obstruksi anatomik 6. Intake cairan (Centers for disease control
4. Penyebab multipel 7. Mengosongkan kantong and prevention I CDC)
Batasan karakteristik kemih sepenuhnya 2. Bersihkan lingkungan
1. Anyang- anyangan 8. Mengenali keinginan dengan baik setelah
2. Disuria untuk berkemih digunakan untuk setiap
3. Dorongan berkemih 9. Partikel-partikel urine pasien
4. Inkontinensia terlihat 3. Ganti peralatan parawatan
5. Inkontinensia urine 10. Drah terlihat dalam urine perpasien sesuai protoko
6 . Nokturia 11. Nyeri saat kencing institusi
7 . Retensi urine 12 . Rasa terbakar saat 4 . Isolasi orang yang
8 . Sering berkemih berkemih terkena penyakit menular
13 . Ragu untuk berkemih 5 . Tempatkan isolasi sesuai
14 . Frekuensi untuk tindakan pencegahan yang
berkemih 15 . Keinginan sesuai
mendesak untuk berkemih 6 . Pertahankan teknik
16 . Retensi urine isolasi yang sesuai
17 . Nokturia 7 . Batasi jumlah
18 . Inkontinensia urine pengunjung 8 . Ajarkan cuci
19 . Stress inkontinensia tangan bagi tenaga
20 . Inkontinensia berkemih kesehatan
21 . Inkontinensia 9 . Anjurkan pasien
fungsional mengenai teknik cuci tangan
dengan tepat
10 . Anjurkan pengunjung
untuk mencuci tangan pada
saat memasuki dan
meningglkan ruangan pasien
11 . Gunakan sabun
antimikroba untuk cuci
tangan yang sesuai
12 . Cuci tanga sebelum dan
sesudah kegiatan perawatan
pasien
13 . Lakukan tindakan -
tindakan pencegahan yang
bersifat universal
14 . Pakai sarung tangan
sebagaimana di anjurkan
oleh kebijakan pencegahan
universal/universal
precautions
15 . Pakai pakaian ganti atau
jubah saat menangani bahan
-bahan yang infeksius
16 . Pakai sarung tangan
stiril dengan tepat
17 . Gosok kulit pasien
dengan agen entibakteri
yang sesuai 18 . Cukur dan
siapkan daerah untuk
persiapan prosedur invasif
atau operasi sesuia indikasi
19 . Jaga lingkungan aseptik
yang optimal selama
penusukan di samping
tempat tidur dari

Anda mungkin juga menyukai